download makalah, skripsi, tesis dll. | TUGAS KAMPUS

Forum MT5 (1 Post = 0.2$ )

download makalah, skripsi, tesis dll.

download makalah, skripsi, tesis dll.


SKRIPSI EFEKTIVITAS PENYAJIAN PRESS RELEASE OLEH HUMAS DISKOMINFO PEMKOT TERHADAP KEPUASAAN PEROLEHAN INFORMASI BAGI WARTAWAN

Posted: 23 Sep 2013 02:06 AM PDT

(KODE : ILMU-KOM-0078) : SKRIPSI EFEKTIVITAS PENYAJIAN PRESS RELEASE OLEH HUMAS DISKOMINFO PEMKOT TERHADAP KEPUASAAN PEROLEHAN INFORMASI BAGI WARTAWAN



BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian
Komunikasi yang semula merupakan fenomena sosial kemudian menjadi ilmu yang secara akademik berdisiplin mandiri, komunikasi dianggap amat penting sehubungan dengan dampak sosial yang menjadi kendala bagi kemaslahatan umat manusia akibat perkembangan teknologi. Komunikasi juga merupakan salah satu proses sosial yang sangat mendasar karena setiap orang dalam kehidupannya selalu berkeinginan untuk mempertahankan suatu persetujuan mengenai berbagai aturan sosial melalui komunikasi.
Menurut David K. Berto dari Michigan State University dalam buku pengantar ilmu komunikasi yang dikutip oleh Hafied Cangara menyebutkan secara ringkas bahwa komunikasi sebagai instrumen dari interaksi sosial berguna untuk mengetahui dan memprediksi sikap orang lain, juga untuk mengetahui keberadaan diri sendiri dalam menciptakan keseimbangan dengan masyarakat (Cangara, 2004 : 3).
Pentingnya komunikasi bagi manusia tidaklah dapat dipungkiri begitu juga halnya bagi suatu organisasi. Dengan adanya komunikasi yang baik suatu organisasi dapat berjalan lancar dan berhasil dan begitu pula sebaliknya, kurangnya atau tidak adanya komunikasi organisasi dapat macet atau berantakan. Adapun persepsi komunikasi organisasi menurut Katz dan khan mengatakan bahwa : 
"Komunikasi organisasi merupakan arus informasi, pertukaran informasi dan pemindahan arti di dalam suatu organisasi. Menurut Katz dan Khan organisasi adalah sebagai suatu sistem terbuka yang menerima energi dari lingkungannya dan mengubah energi ini menjadi produk atau servis dari sistem dan mengeluarkan produk atau servis ini kepada lingkungan. (Muhammad, 2009 : 65). Komunikasi memberikan sesuatu kepada orang lain dengan kontak tertentu atau dengan mempergunakan sesuatu alat. Banyak komunikasi terjadi dan berlangsung tetapi kadang-kadang tidak tercapai kepada sasaran tentang apa yang dikomunikasikan. Dimungkinkan adanya komunikasi yang kurang baik antara pemberi pesan dan penerima pesan kalau tidak terjalin persesuaian di antara keduanya. Karena jika komunikasi yang baik maka akan terjalin persesuaian di antara keduanya.
Maka dari itu agar komunikasi organisasi dapat berjalan dengan baik maka diperlukan adanya bagian yang bisa mengatasinya dan disini peran Public Relation atau Humaslah yang bisa mengatasinya. Terdapat beberapa definisi mengenai Humas atau (Public Relations) salah satunya menurut Cutlip, Center dan Brown menyebutkan mengenai pengertian Public Relations antara lain : 
"Public Relations is the distinctive management function which help establish and mutual lines of communications, understanding, acceptance and cooperation between on organization and its public" (PR adalah fungsi manajemen secara khusus yang mendukung terbentuknya saling pengertian dalam komunikasi, pemahaman, penerimaan dan kerja sama antara organisasi dengan berbagai publiknya". (Cutlip, Center dan Brown, 2000 : 4). Berdasarkan definisi tersebut dapat dikatakan bahwa Public Relations merupakan salah satu bentuk yang dapat mendukung terbentuknya sebuah pengertian di dalam sebuah komunikasi dan kegiatan untuk menanamkan dan memperoleh pengertian, goodwill, kepercayaan, penghargaan perusahaan dan publik terutama masyarakat pada umumnya untuk mencapai tujuan itu di antara mengembangkan goodwill dan memperoleh opini publik yang favorable atau menciptakan kerjasama berdasarkan hubungan yang harmonis dengan berbagai publik, kegiatan public relations harus dikerahkan ke dalam dan luar.
Humas tidak hanya diperlukan di perusahaan swasta saja tetapi pada instansi pemerintah bagian humas pun diperlukan. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Oemi Abdurachman bahwa pentingnya peranan Humas di instansi-instansi dan lembaga-lembaga pemerintahan dalam masyarakat modern, yaitu dalam melakukan kegiatan-kegiatannya dan operasi-operasinya di berbagai tempat dan berbagai bidang, terutama dalam proses pembangunan negara (Abddurachman, 2001 : 112).
Humas di instansi/lembaga pemerintahan biasanya tidak dapat diikut sertakan dalam menentukan kebijaksanaan pemerintah dan ia harus mengikut garis yang sudah ditentukan, kecuali bila di dalam bagian organisasi. Humas ditempatkan sedemikian rupa, Agar ia dapat mengetahui keputusan yang diambil dan sebab-sebabnya sebelum diumumkan. Sehingga pihak Humas dapat menujukan atau menjelaskan kesulitan-kesulitan yang mungkin akan timbul bila keputusan-keputusan itu disampaikan kepada publik. Humas pun dapat memberikan saran-saran untuk mengatasi kesulitan yang mungkin akan timbul.
Adanya unit kehumasan pada setiap instansi pemerintah merupakan suatu keharusan fungsional dalam rangka penyebaran tentang aktivitas instansi tersebut baik ke dalam maupun ke luar yaitu kepada masyarakat pada umumnya. Humas merupakan suatu alat untuk memperlancar jalannya interaksi serta penyebaran informasi. Singkatnya humas sebagai komunikator mempunyai fungsi ganda yaitu keluar, ia memberikan informasi kepada khalayak sesuai dengan kebijaksanaan instansinya dan ke dalam, ia wajib menyerap reaksi dari khalayak untuk kepentingan instansinya.
Kegiatan ke dalam (Internal PR) adalah untuk lebih mengeratkan hubungan antara para karyawan dan pimpinan, agar dapat mengenal satu sama lain (termasuk keluarganya) antara lain adalah : 
1. Mengadakan rapat
2. Kliping
3. Memasang pengumuman
4. Menerbitkan majalah internal, 
5. Coffee morning dan sebagainya.
Sedangkan kegiatan keluar (Eksternal PR) dilakukan dengan khalayak diluar perusahaan diantaranya adalah : 
1. Menyiarkan press release
2. Government
3. Press Relations
4. Artikel Surat kabar atau majalah.
5. Pameran
6. Media Relations
Dalam penelitian ini, peneliti akan meneliti bagian Humas eksternal khususnya pada kegiatan humas melalui Press Release. Adapun pengertian dari Press Release menurut Effendy adalah : 
"Bahan berita yang dikirimkan pihak instansi atau organisasi, biasanya biasanya dikerjakan oleh bagian Humas ke media massa dengan harapan dapat disiarkan" (Effendy, 1898 : 80). Press Release atau siaran pers biasanya hanya berupa lembaran siaran berita yang disampaikan kepada wartawan atau media massa. (Abdullah, 2004 : 80).
Pada penulisan Press Release PR harus memiliki kemampuan penulisan Press Release dengan gaya piramida terbalik. Dimulai dengan membuat judul, lalu lead yang mengandung 5W+1H dan diikuti dengan penulisan rincian lead sebelumnya. Hal ini dikarenakan agar berita menjadi singkat dan informative baik itu bagi pembaca maupun bagi redaksi yang akan memuat berita tersebut. (Soemirar dan Ardianto, 2005 : 55).
Press Release merupakan tulisan yang berisi mengenai berita-berita tentang suatu kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan/instansi yang dipilih untuk dimuat dalam media. Penyampaian press release merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh Bagian Dinas Komunikasi dan Informatika Pemerintah kota X untuk membangun hubungan dengan pers (wartawan media massa), karena apa yang ditulis dan dikatakan wartawan media massa adalah menjadi image (citra) masyarakat atau publik terhadap lembaga.
Hubungan Eksternal dalam penelitian ini lebih dikhususkan pada kegiatan hubungan pers dalam hal penyampaian Press Release kepada wartawan. Ini dikarenakan peneliti melihat bahwa dalam pembuatan hingga penyampaian Press Release oleh suatu perusahaan kepada wartawan itu tidak begitu saja diterima oleh wartawan dan disiarkan oleh media.
Dalam proses penyebaran Press Release yang dilakukan oleh Humas Dinas Komunikasi dan Informatika (DISKOMINFO) Pemerintah Kota X yaitu melalui media Online Email yang dikirimkan kepada masing-masing alamat Email Wartawan yang terdata dalam daftar peliput kegiatan di lingkungan Dinas Komunikasi dan Informatika (DISKOMINFO) Pemerintah Kota X.
Wartawan dalam kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang yang pekerjaannya mencari dan menyusun berita untuk dimuat di surat kabar, majalah, radio, televisi. (Depdikbud, 2004 : 407). Wartawan dalam menjalankan tugas dan kewajibannya mencari berita sudah tentu akan berinteraksi dengan berbagai kalangan di masyarakat. Salah satu yang berhubungan dengan wartawan adalah instansi dan dalam hal ini perusahaan/instansi biasanya diwakili oleh petugas Humas dan tugas humas pun dilaksanakan oleh bagian informatika. Oleh karenanya untuk menjaga citra dan nama baik instansi dari kesalahan dan menjadikan hubungan dengan pers dapat lebih terbuka, petugas humas dan wartawan perlu saling memahami satu sama lain.
Masalah yang terjadi bahwa menjalin suatu hubungan kerja sama yang harmonis antara Humas dengan pihak Pers tentu saja tidak mudah, seperti yang disampaikan Rosady Ruslan (2003 : 151) bahwa terdapat pertentangan atau perbedaan fungsi dan tugas antar Pers (wartawan) dengan pihak humas.
Hal ini dapat diketahui bahwa secara umum pers berfungsi memberikan informasi, penyebaran informasi. Begitupun dengan wartawan Diskominfo Kota X, Setiap wartawan tentunya membutuhkan informasi baik untuk kepentingan dirinya ataupun kepentingan perusahaan. Dalam hal informasi yang menyangkut perusahaan, ada beberapa informasi yang harus disampaikan kembali oleh para wartawan pada publik.
Selain itu fungsi khusus/>ers adalah mempengaruhi (influence) opini masyarakat, melakukan si stem kepengawasan sosial (social control) dan memiliki kekuatan (power of press). Sedangkan dimensi fungsi Public Relations akan bertolak belakang dengan fungsi pers, karena publikasi yang berkaitan dengan Public Relations (Humas) justru bersifat positif. Hal tersebut dapat dilakukan dengan penyebaran informasi atau pesan untuk meningkatkan pengenalan (awareness), pengetahuan (knowledge), bujukan (persuasive), pendidikan (education).
Semua itu dilakukan sebagai upaya menciptakan dan opini masyarakat kepada sesuatu yang positif, serta menghindarkan unsur-unsur pemberitaan atau publikasi yang bersifat negatif, sensasional dan kontroversial di masyarakat. Pertentangan yang terjadi atau saling berprasangka buruk antara pihak Humas dan pers dapat diatasi seandainya hubungan itu berlandaskan kepada prinsip-prinsip keterbukaan, serta saling menghargai peran satu sama lainnya dan saling mendukung. Serta setiap pihak akan berfungsi serta bertindak sesuai dan terikat dengan kode etik profesinya masing-masing.
Penyampaian Press Release kepada pihak wartawan mengenai berbagai kegiatan yang dilakukan oleh Walikota, Wakil Walikota dan Sekretaris Daerah Kota X diharapkan agar kebijakan-kebijakan serta program-program kerja instansi akan cepat sampai ke masyarakat. Selain itu penyampaian Press Release pun dapat dijadikan tolak ukur untuk dapat mengetahui keberhasilan dari suatu tugas dan fungsi Humas, yaitu untuk menilai efektif tidaknya pekerjaan Humas pada suatu lembaga. Keberhasilan tersebut dapat dilihat dari pemberitaan pers dalam suatu instansi, melalui komunikasi yang efektif.
Komunikasi efektif dapat diartikan sebagai, suatu kegiatan komunikasi yang dapat mencapai hasil (Output) sebagaimana yang diharapkan (target) dan termuat dalam pesan tersebut serta dapat memberikan kemanfaatan (benefit) yang besar kepada sasaran komunikasi atau penerima pesan. Komunikasi yang efektif dapat terjadi apabila tidak ada penyimpangan (distorsi) dari target hasil (output) yang hendak dicapai, dan manfaat (benefit) yang dapat dirasakan oleh sasaran.
Menurut Andre Hardjana untuk mengukur keefektifan suatu komunikasi, kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut : 
1. Sumber pesan (source). Merupakan orang yang memberikan pesan kepada pengguna.
2. Isi Pesan (content). Isi pesan yang diterima atau tersalur.
3. Media (media). Merupakan saluran yang digunakan oleh komunikator atau sumber dalam menyampaikan pesannya kepada komunikan atau pemakai.
4. Siapa penerima atau pemakai (receiver or user). Merupakan penerima pesan yang dituju atau komunikan yang dituju.
(Hardjana : 2000)
Tingkat efektivitas komunikasi sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor tersebut dapat dikelompokkan dalam dua golongan, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern merupakan faktor yang berasal dari dalam lingkungan kegiatan komunikasi tersebut. Sementara itu, faktor ekstern berasal dari luar lingkup kegiatan komunikasi tersebut, atau juga sering disebut dengan faktor lingkungan. Faktor intern yang dimaksudkan, antara lain : 
a. Sumber pesan (encoder), 
b. Isi pesan itu sendiri, 
c. Penerima pesan (decoder), dan
d. Media yang digunakan untuk melakukan komunikasi.
Faktor ekstern yang dimaksudkan, antara lain : 
a. Kebijakan yang melingkupi proses komunikasi tersebut, 
b. Kondisi sosial/politik yang melingkupi proses komunikasi tersebut, dan
c. Kondisi lingkungan yang kondusif lainnya.
Press Release yang dibuat oleh Bagian Humas Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) mengenai informasi seputar kegiatan Pejabat Kota X yang sudah menjadi kewajiban bagi Humas Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Pemerintah Kota X untuk meliput kegiatan tersebut yang nantinya akan dibuat menjadi sebuah Press Release. Dan Press Release tersebut setelah selesai dibuat langsung dikirim ke website Pemerintah Kota dan setelah itu baru dikirimkan ke email-email wartawan yang terdaftar dalam data wartawan peliput kegiatan di lingkungan pemerintah kota X.
Proses seperti ini dikarenakan agar para wartawan mengetahui kegiatan yang sedang berlangsung di Pemerintahan Kota X yang nantinya informasi yang ada pada Press Release bisa dikembangkan dan diberitakan oleh wartawan ke media, baik media cetak maupun elektronik. Melalui proses penyampaian pesan seperti ini diharapkan dapat memberikan kepuasan bagi wartawan untuk memberitakan informasi yang diberikan melalui komunikasi yang baik.
Yang dimaksud dengan kepuasan komunikasi adalah satu fungsi dari apa yang seorang dapatkan dengan apa yang dia harapkan. Adapun kepuasan dengan kualitas media faktor ini mencakup berapa baikan mutu tulisan, nilai informasi yang diterima, keseimbangan informasi yang tersedia dan ketepatan informasi yang datang. Hasil penelitian menyarankan bahwa penampilan, ketepatan dan tersedianya informasi mempunyai pengaruh kepada kepuasan orang dengan komunikasi dalam organisasi. (Masmuh, 2010 : 48)
Sehingga dengan adanya bentuk penyampaian informasi melalui Press Release oleh Humas Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Pemerintah Kota X dapat menimbulkan sebuah kepuasan bagi wartawannya dalam memperoleh informasi.
Bertolak dari latar belakang masalah di atas, maka peneliti menarik rumusan masalah sebagai berikut : "Sejauh mana Efektivitas Penyajian Press Release oleh Humas Dinas Komunikasi dan Informatika (DISKOMINFO) Pemerintah Kota X terhadap Kepuasan Perolehan Informasi bagi wartawan?".

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah dan rumusan masalah tersebut, maka peneliti mengidentifikasikan masalah yang akan dibahas sebagai berikut : 
1. Sejauh mana Kredibilitas Sumber Penyajian Press Release Oleh Humas Dinas Komunikasi Dan Informatika (DISKOMINFO) Pemerintah Kota X Terhadap Kepuasan Perolehan Informasi Bagi Wartawan?
2. Sejauh mana Isi Pesan Penyajian Press Release Oleh Humas Dinas Komunikasi Dan Informatika (DISKOMINFO) Pemerintah Kota X Terhadap Kepuasan Perolehan Informasi Bagi Wartawan?
3. Sejauh mana Media yang digunakan dalam Penyajian Press Release Oleh Humas Dinas Komunikasi Dan Informatika (DISKOMINFO) Pemerintah Kota X Terhadap Kepuasan Perolehan Informasi Bagi Wartawan?
4. Sejauh mana Efektivitas Penyajian Press Release Oleh Humas Dinas Komunikasi Dan Informatika (DISKOMINFO) Pemerintah Kota X Terhadap Hasil Perolehan Informasi Bagi Wartawan?
5. Sejauh mana Efektivitas Penyajian Press Release Oleh Humas Dinas Komunikasi Dan Informatika (DISKOMINFO) Pemerintah Kota X Terhadap Harapan Perolehan Informasi Bagi Wartawan?
6. Sejauh mana Efektivitas Penyajian Press Release Oleh Humas Dinas Komunikasi Dan Informatika (DISKOMINFO) Pemerintah Kota X Terhadap Kepuasan Perolehan Informasi Bagi Wartawan?

C. Maksud dan Tujuan Penelitian 
1. Maksud Penelitian
Dari permasalahan diatas maka maksud dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk menganalisa dan menjelaskan mengenai Efektivitas Penyajian Press Release Oleh Humas Dinas Komunikasi dan Informatika (DISKOMINFO) Pemerintah Kota X Terhadap Kepuasan Perolehan Informasi Bagi Wartawan.
2. Tujuan Penelitian
Sedangkan tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut : 
a. Untuk Mengetahui Kredibilitas Sumber Penyajian Press Release Oleh Humas Dinas Komunikasi dan Informatika (DISKOMINFO) Pemerintah Kota X Terhadap Kepuasan Perolehan Informasi Bagi Wartawan.
b. Untuk Mengetahui Isi Pesan Penyajian Press Release Oleh Humas Dinas Komunikasi dan Informatika (DISKOMINFO) Pemerintah Kota X Terhadap Kepuasan Perolehan Informasi Bagi Wartawan.
c. Untuk mengetahui Media yang digunakan dalam Penyajian Press Release Oleh Humas Dinas Komunikasi dan Informatika (DISKOMINFO) Pemerintah Kota X Terhadap Kepuasan Perolehan Informasi Bagi Wartawan.
d. Untuk Mengetahui Efektivitas Penyajian Press Release Oleh Humas Dinas Komunikasi dan Informatika (DISKOMINFO) Pemerintah Kota X Terhadap Hasil Perolehan Informasi Bagi Wartawan.
e. Untuk Mengetahui Efektivitas Penyajian Press Release oleh Humas Dinas Komunikasi dan Informatika (DISKOMINFO) Pemerintah Kota X Terhadap Harapan Perolehan Informasi Bagi Wartawan.
f. Untuk mengetahui Efektivitas Penyajian Press Release Oleh Humas Dinas Komunikasi dan Informatika (DISKOMINFO) Pemerintah Kota X Terhadap Kepuasan Perolehan Informasi Bagi Wartawan.

D. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
Kegunaan penelitian secara teoritis berguna sebagai pengembang untuk mengembangkan Ilmu Komunikasi secara umum dan ilmu Humas atau Public Relations khususnya mengenai Efektivitas Penyajian Press Release terhadap Kepuasan Wartawan Memperoleh Informasi.
2. Kegunaan Praktis
a. Untuk Penelitian
Penelitian ini secara praktis berguna untuk peneliti sebagai aplikasi ilmu yang selama studi diterima secara teori dan diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dalam bidang komunikasi dan Public Relations.
b. Untuk Universitas
Penelitian ini secara praktis berguna bagi mahasiswa/i Universitas secara umum, dan untuk mahasiswa/i Ilmu Komunikasi konsentrasi Humas secara khusus sebagai literatur terutama untuk peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian pada kajian yang sama.
c. Untuk Perusahaan
Penelitian ini secara praktis berguna bagi perusahaan sebagai referensi atau evaluasi khususnya mengenai Efektivitas Penyajian Press Release Oleh Humas Dinas Komunikasi dan Informatika (DISKOMINFO) Pemerintah Kota X Terhadap Kepuasan Perolehan Informasi Bagi Wartawan.

SKRIPSI IMPRESSION MANAGEMENT PENYIAR PRIA DI STATION RADIO

Posted: 23 Sep 2013 02:02 AM PDT

(KODE : ILMU-KOM-0077) : SKRIPSI IMPRESSION MANAGEMENT PENYIAR PRIA DI STATION RADIO



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Impression Management atau yang lebih dikenal dengan istilah pengelolaan kesan sering kali dilakukan oleh orang-orang yang memiliki profesi dan dituntut untuk memiliki self image yang positif. Salah satu profesi tersebut antara lain penyiar pria di station radio di Kota X.
Impression Management atau pengelolaan kesan di temukan dan dikembangkan oleh Erving Goffman pada tahun 1959, dan telah dipaparkan dalam bukunya yang berjudul "The Presentation of Self in Everyday Life". Pengelolaan kesan juga secara umum dapat didefinisikan sebagai sebuah teknik presentasi diri yang didasarkan pada tindakan mengontrol persepsi orang lain dengan cepat dengan mengungkapkan aspek yang dapat menguntungkan diri sendiri atau tim.
Menurut Goffman, Impression Management erat kaitannya dengan sebuah permainan drama, dimana aktor pelakunya dibentuk oleh lingkungan dan target penontonnya. Tujuannya tak lain ialah untuk memberikan penonton sebuah kesan yang konsisten yang dilandasi tujuan yang diinginkan oleh aktor itu sendiri.
Kehidupan yang dijalani oleh seorang individu dengan berbagai peran yang dijalaninya setiap hari, memiliki kesamaan dengan sebuah pementasan drama. Kehidupan diibaratkan sebuah teater, dimana interaksi sosial di atas panggung menampilkan peran-peran yang dimainkan oleh para aktor tersebut. Seringkali sang aktor tersebut tanpa sadar melakukan pengelolaan kesan (Impression Management), namun tak jarang pula aktor tersebut dengan sengaja melakukan pengelolaan kesan (Impression Management) tersebut.
Disadari atau tidak dalam kehidupan dan proses interaksinya sehari-hari, banyak individu yang melakukan pengelolaan kesan khususnya jika individu tersebut menjalani suatu profesi tertentu yang bersinggungan dengan khalayak ramai. Profesi tersebut juga menuntut individu memiliki citra positif di kalangan khalayak ramai seperti misalnya profesi sebagai seorang penyiar radio.
Profesi penyiar pria yang sedang berkembang hampir di seluruh station radio di kota X saat ini di tuntut memiliki self image yang baik dan positif. Self image tersebut dapat diraih salah satunya dengan cara pengelolaan kesan yang dilakukan oleh penyiar pria tersebut.
Pengelolaan kesan yang dilakukan oleh penyiar pria dilakukan atas dasar tujuan tertentu yakni untuk menciptakan suatu kesan tertentu yang dapat menambah citra positif dirinya di kalangan pendengar atau orang-orang yang berada di lingkungannya. Dimana pada akhirnya dapat menarik jumlah pendengar sebanyak mungkin.
Seorang penyiar khususnya penyiar pria wajib dapat melakukan tugasnya dengan baik sehingga dapat memperoleh jumlah pendengar yang sangat banyak atau sesuai dengan target dari station radio yang menaunginya. Dalam buku "Broadcasting Radio" karangan A. Y. Triartanto dikatakan bahwa, "secara umum penyiar adalah unsur utama yang terdengar dalam produk siaran (program). Penyiar adalah juru bicara perusahaan bagi khalayak atau pendengar. Penyiar juga merupakan alat atau pelaku untuk mencapai sasaran perusahaan, disamping sebagai anggota perusahaan yang dipersiapkan untuk ikut serta dalam fungsi manajemen."
Penyiar sebagai ujung tombak siaran, tentunya identik sebagai representasi stasiun radionya. Dengan kata lain penyiar dapat menjadi salah satu cermin identitas stasiun (station identity). Demikian pula penyiar radio dapat dikatakan sebagai profesi yang vital. Disamping itu, seorang penyiar perlu menyadari bahwa dirinya merupakan representasi dari isi siaran dan citra perusahaan.
Mulut dan suara merupakan senjata utama bagi seorang penyiar. Karena hanya dengan suara ia dapat menyampaikan informasi, pikiran, dan emosi kepada pendengarnya tanpa adanya gerak anggota tubuh lainnya yang terlihat sebagaimana penyiar televisi. Penyiar dapat juga disebut layaknya seorang aktor. Kacaunya suasana hati dan pikiran yang sedang dirasakan, tidak perlu diketahui bahkan dirasakan pula oleh pendengarnya. Selain memiliki suara yang standar, syarat utama lainnya untuk menjadi seorang penyiar antara lain, gemar berbicara, memiliki wawasan yang luas, memiliki kesukaan terhadap musik, menguasai alat-alat siaran, dan mengenali visi-misi, segmentasi pendengar serta program radio.
Trend profesi penyiar pria berkembang pesat setelah beberapa tahun terakhir ini banyak station radio siaran di kota X yang menjadikan wanita sebagai target utama pendengar dengan persentase lebih besar dari pada pendengar pria. Persentase tersebut memang relatif dan disesuaikan dengan segmentasi dan format radio siaran masing-masing. Dengan kata lain, persentase di suatu radio siaran bisa memiliki kesamaan antara satu station radio siaran dengan yang lainnya, namun juga bisa berbeda namun tetap pada koridor persentase lebih besar untuk pendengar wanita.
Keputusan yang diambil oleh hampir seluruh stasiun radio siaran menjadikan target pendengar wanita yang lebih besar dari pada pria didasari oleh sifat dasar wanita yang cenderung konsumtif dan cenderung sebagai decision maker (pembuat keputusan) dalam hal berbelanja. Inilah yang mengakibatkan banyak produsen yang menjadikan wanita sebagai target utama konsumen. 
Hal tersebut juga ditegaskan oleh seorang pakar di bidang broadcasting radio sekaligus pemilik dari sekolah siaran ternama DJ Arie mengatakan : 
"Karena sikap cewek yang cenderung konsumtif itulah banyak radio yang membidik cewek sebagai target pendengar utamanya. Target utama pendengar cewek itulah yang dijadikan sebagai daya tarik ke pemasang iklan mereka. Sebenarnya kalau cowok lebih konsumtif bisa jadi dijadikan target utama, tidak menutup kemungkinan, soalnya sekarang aja cowok udah suka gadget tapi cewek itu pernak-perniknya banyak. Dari situlah berawal pendengar cewek banyak dijadikan target utama, biarpun di setiap radio sebetulnya beda-beda. Yang akhirnya, banyak station radio memasang penyiar pria sebagai salah satu strateginya. Dan bisa jadi karena itu juga kenapa penyiar cowok jadi trend sekarang ini. Mungkin karena emang peluang jadi penyiar cowok lagi dibuka selebar-lebarnya sama station radio." 
Pernyataan DJ Arie tersebut didasarkan atas pengalamannya selama beberapa tahun terakhir saat menjabat sebagai program director dan manager on air di salah satu stasiun radio di Kota X. Selain itu, dia juga sering diminta untuk menjadi konsultan bagi beberapa stasiun radio di Kota X dan di beberapa kota lainnya. Berkaitan dengan hal tersebut, jika diamati lebih jauh banyak iklan yang diputar di station radio siaran merupakan iklan jenis produk yang menjadikan wanita sebagai target utama konsumennya. Pihak stasiun radio akan menyesuaikan format dari perkembangan dunia bisnis radio tersebut. Mengingat pendapatan sebuah radio siaran berasal dari pemasangan iklan di stasiun tersebut
Sebagaimana dari pernyataan DJ Arie diatas, dimana banyak stasiun radio yang memasang strategi untuk memperoleh jumlah pendengar khususnya pendengar wanita sebanyak-banyaknya. Salah satu strategi tersebut dengan cara menempatkan penyiar pria lebih banyak dibandingkan penyiar wanita. Hal tersebut dikarenakan wanita cenderung memiliki ketertarikan yang tinggi terhadap lawan jenis begitupun terhadap penyiar. Penyiar pria pun dianggap memiliki kelebihan tersendiri dibandingkan seorang penyiar wanita. Berdasarkan pengalamannya bertahun-tahun dalam mencetak penyiar-penyiar radio dan video jockey yang diantara telah yang menjadi broadcaster handal baik di ditingkat regional kota X maupun nasional, DJ Arie memiliki pandangannya mengenai kelebihan penyiar pria : 
"Kelebihan lainnya dari seorang penyiar cowok itu biasanya cowok lebih on beat". Pendengar itu kan mendengarkan radio buat mendengarkan musik, nah mereka bakalan tambah senang kalau misalkan mendengarkan penyiar yang bisa on beat banget dengan musik. Nah kebetulan biasanya penyiar cowok yang lebih on beat. Karena cowok tuh biasanya lebih menghayati semua instrument dalam musik. Beda dengan penyiar cewek" 
Meski demikian, hal tersebut tidak berarti seorang penyiar pria memiliki pendengar yang terdiri wanita secara keseluruhan. Tidak menutup kemungkinan pendengar pria pun turut mendengarkan program siaran radio yang dibawakan oleh penyiar pria.
Berdasarkan perkembangan industri radio itulah, banyak stasiun radio di Kota X berlomba-lomba untuk menyuguhkan penyiar pria dengan kualitas dan performa (Air Personality) on air yang memukau.
Profesi penyiar radio dalam bidang komunikasi, termasuk seorang komunikator. Hal tersebut dikarenakan penyiar radio menyampaikan suatu pesan kepada pendengarnya yang dalam hal ini menempati posisi sebagai komunikan. Dan dalam upaya menyampaikan pesan secara optimal tersebut dan memenuhi target station radio yang menaunginya tersebut, mereka melakukan pengelolaan kesan agar tercipta air personality yang memukau. Pengelolaan kesan tersebut salah satunya dilakukan dengan mengelola kesan mereka melalui simbol verbal dan non verbal.
Pengelolaan kesan yang dilakukan penyiar pria tersebut sangat lumrah dilakukan dalam menjalani profesinya tersebut, guna menunjang air personality yang baik. Seorang penyiar pria jika telah berhasil menciptakan kesan di hadapan pendengarnya bahwa ia memiliki air personality yang baik, maka ia akan semakin disukai oleh pendengarnya.
Dari uraian yang telah penulis ungkapkan dalam latar belakang penelitian diatas, maka penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut : "Bagaimana impression management seorang penyiar pria di station radio di Kota X (Studi dramaturgi tentang pengelolaan kesan di kehidupan panggung depan dan panggung belakang pada diri seorang penyiar pria di station radio kota X)?"

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka peneliti mengidentifikasi yang menjadi pokok masalah yang akan diteliti yaitu sebagai berikut : 
1. Bagaimana impression management di kehidupan front stage (panggung depan) seorang penyiar pria di station radio Kota X?
2. Bagaimana impression management di kehidupan back stage (panggung belakang) seorang penyiar pria di station radio Kota X?
3. Bagaimana impression management seorang penyiar pria di station radio Kota X?

C. Maksud dan Tujuan Penelitian
1. Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk menganalisa dan mendeskripsikan tentang impression management di kalangan penyiar pria di station radio kota X.
2. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui impression management di kehidupan front stage (panggung depan) seorang penyiar pria di station radio Kota X.
b. Untuk mengetahui impression management di kehidupan back stage (panggung belakang) seorang penyiar pria di station radio Kota X.
c. Untuk mengetahui impression management seorang penyiar pria di station radio Kota X.

D. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan Ilmu Komunikasi secara umum, khususnya mengenai bidang kajian Impression Management. Terlebih lagi mengenai impression management pada diri seorang penyiar radio.
2. Kegunaan Praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat melengkapi kepustakaan mengenai impression management dalam hal ini pada diri penyiar pria di station radio di Kota X, sehingga dapat berguna bagi mahasiswa secara umum, dan mahasiswa program studi Ilmu Komunikasi pada khususnya. Serta sebagai literatur bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti kajian yang sama.
b. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang ingin mendapatkan informasi mengenai penyiar pria di kota X khususnya tentang impression management, sehingga diharapkan pula dapat memberikan pengaruh terhadap proses pembentukan persepsi pihak-pihak tersebut.
c. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dalam bidang komunikasi serta melatih kemampuan berfikir secara sistematis, juga sebagai proses belajar untuk dapat mempertajam daya nalar.

SKRIPSI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN PROSES AKULTURASI BUDAYA KAUM URBAN

Posted: 23 Sep 2013 02:00 AM PDT

(KODE : ILMU-KOM-0076) : SKRIPSI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN PROSES AKULTURASI BUDAYA KAUM URBAN



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Komunikasi tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia sehari-hari. Komunikasi merupakan hal yang membantu manusia dalam bertumbuh dan berkembang serta menemukan pribadinya masing-masing. Ekspresi, keinginan, maksud, tanggapan serta tujuan manusia disampaikan melalui media komunikasi. Komunikasi adalah hal yang menghubungkan interaksi sosial, baik itu secara individu maupun kelompok.
Kebutuhan manusia dalam berkomunikasi tidak terlepas dari perkembangan teknologi informasi dan pertumbuhan ekonomi. Kedua hal tersebut mendorong manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik bagi dirinya sendiri, misalnya saja dengan berpindah tempat tinggal, menuju daerah yang kehidupan ekonominya lebih baik dari daerah asal.
Perpindahan penduduk dari daerah asal mereka menuju daerah yang mempunyai daya tarik ekonomi, menyebabkan terjadinya percampuran-percampuran budaya atau akulturasi antara budaya masyarakat setempat dengan masyarakat pendatang atau masyarakat urban. Sering kali hal ini menimbulkan kebiasaan-kebiasaan baru dalam kehidupan bermasyarakat, baik bagi pendatang maupun masyarakat setempat.
Komunikasi sebagai bagian dari budaya, berperan penting dalam proses akulturasi ini. Lewat komunikasi, interaksi-interaksi dari masyarakat yang berbeda budaya terjadi. Percampuran budaya ini diawali dengan adanya komunikasi antar budaya yang terjadi di masyarakat setempat dan masyarakat pendatang tersebut.
Pencampuran budaya yang terjadi dimulai dari hal-hal yang kecil terlebih dahulu, misalnya penggunaan bahasa sehari-hari. Bahasa yang digunakan merupakan bahasa Indonesia yang dicampur dengan bahasa daerah pada kata-kata tertentu, aksen kedaerahan, ataupun nada yang digunakan dalam mengekspresikan sesuatu. Hal ini perlahan bercampur dengan budaya masyarakat setempat, kata-kata dalam bahasa daerah mulai berkurang, aksen yang perlahan menipis atau bercampur dengan aksen masyarakat asli, maupun nada suara berbeda dalam berbicara.
Komunikasi juga merupakan hal yang membuat interaksi-interaksi antara masyarakat pendatang atau masyarakat urban dan masyarakat setempat terjadi lebih dalam lagi. Percampuran budaya tersebut pada akhirnya mencapai elemen-elemen yang lebih besar dalam kehidupan masyarakat pendatang dan masyarakat setempat tersebut. Hal-hal kecil seperti bahasa, aksen dan nada bicara pada akhirnya membawa kebiasaan-kebiasaan yang sudah turun-temurun dilakukan oleh masyarakat setempat mengalami sedikit pergeseran, begitu juga sebaliknya yang terjadi pada masyarakat pendatang. Budaya-budaya lama yang dibawa dari daerah asal oleh masyarakat asal, perlahan-lahan sudah mulai bercampur dengan kebudayaan yang ada di daerah setempat.
Pola pikir masyarakat Indonesia yang sebagian besar masih terpaku pada adat timur, membuat masyarakat takut untuk menjadi berbeda, takut apabila keputusan yang diambil salah, maka akan menjadi pembicaraan orang-orang sekitar. Namun di saat yang sama, masyarakat juga tidak dapat meninggalkan adat yang sudah ada dan dijalankan selama turun-temurun, karena hal tersebut sudah menjadi kebiasaan dalam kehidupan masyarakat tersebut. Hal ini terjadi di kedua belah pihak, baik masyarakat pendatang, maupun masyarakat setempat yang sudah terlebih dahulu tinggal di daerah tersebut. Pola pikir ini juga yang mendorong pencampuran budaya untuk masuk lebih dalam lagi ke dalam kehidupan bermasyarakat.
Budaya-budaya tradisional yang melekat di masyarakat, namun dilaksanakan dengan cara berbeda bagi masing-masing kebudayaan mulai dijalankan dengan cara yang berbeda pula. Acara-acara kemasyarakatan seperti tahlilan, kenduri atau selamatan, peringatan hari-hari besar keagamaan tidak luput dari pencampuran ini. Detail-detail kecil dalam kebiasaan-kebiasaan tersebut menghilang, atau bertambah seiring dengan percampuran budaya. Hal inilah yang pada akhirnya membentuk suatu kebudayaan baru, yang disebut akulturasi budaya.
Pernikahan khususnya pernikahan adat atau tradisional merupakan salah satu bentuk upacara kedaerahan yang paling jelas membuktikan terjadinya akulturasi budaya. Pernikahan adat yang cenderung unik dan memiliki ciri khas tersendiri dari setiap daerah mulai mengalami proses pergeseran. Terdapat banyak perubahan yang terjadi dalam detail-detail suatu pernikahan adat tersebut, yang disesuaikan dengan keadaan daerah serta masyarakat setempat, misalnya saja terjadi pengurangan atau penambahan unsur-unsur kebudayaan yang terkandung di dalam upacara pernikahan adat itu sendiri.
Masyarakat kelurahan X merupakan masyarakat yang heterogen. Kelurahan X merupakan kawasan perumahan nasional, dimana di kawasan ini terdapat mobilitas penduduk yang tinggi. Kelurahan X juga menjadi sasaran bagi masyarakat urban untuk memulai kehidupan baru di tanah yang baru, sebagian besar dikarenakan faktor ekonomi.
Berangkat dari kondisi tersebut, maka penulis memilih Kelurahan X sebagai lokasi penelitian. Jarak rumah bertetangga yang tidak terlalu jauh juga mendorong terjadinya kehidupan sosial yang erat antar tetangga pada masyarakat kelurahan X.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti Pengaruh Komunikasi Antar Budaya terhadap Proses Akulturasi Budaya Kaum Urban Masyarakat di Kelurahan X.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
"Bagaimana pengaruh komunikasi antar budaya terhadap upacara pernikahan adat sebagai proses akulturasi budaya kaum urban masyarakat di Kelurahan X ?"

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 
a. Untuk mengetahui kegiatan komunikasi antar budaya masyarakat pendatang dan masyarakat setempat di Kelurahan X. 
b. Untuk mengetahui peranan komunikasi antar budaya terhadap pernikahan adat sebagai proses akulturasi masyarakat urban/pendatang terhadap masyarakat setempat di Kelurahan X 
c. Untuk mengetahui bagaimana proses akulturasi masyarakat pendatang dan masyarakat setempat di Kelurahan X 
2. Manfaat Penelitian
a. Secara akademis, agar dapat memperkaya sumber ilmu pengetahuan dan bacaan.
2. Secara teoritis, penelitian ini dapat membantu penulis menerapkan ilmu yang didapat selama masa kuliah dan memperluas cakrawala pengetahuan.
3. Secara praktis, penelitian ini dapat membantu memperluas ilmu pengetahuan serta menjadi sumber literatur khususnya dalam bidang komunikasi antar budaya dan proses akulturasi budaya.

SKRIPSI PENGARUH KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANGTUA DENGAN ANAK DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR ANAK SD

Posted: 23 Sep 2013 01:58 AM PDT

(KODE : ILMU-KOM-0075) : SKRIPSI PENGARUH KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANGTUA DENGAN ANAK DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR ANAK SD



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat melepaskan diri dari jalinan relasi sosial, dimana manusia selalu akan mengadakan kontak sosial yaitu selalu berhubungan dengan orang lain. Bahkan sebagian besar dari waktu tersebut digunakan untuk berkomunikasi. Mengingat kuantitas komunikasi yang dilakukan dibandingkan dengan kegiatan lainnya, maka dapat dikatakan bahwa komunikasi merupakan salah satu hal yang penting bagi manusia, dengan kata lain kualitas hidup manusia juga ditentukan oleh pola komunikasi yang dilakukannya. Suatu jalinan dapat menentukan harmonisasi (Rakhmat, 2005, p.13). Salah satu bentuk yang dapat menentukan keharmonisan antar manusia tersebut adalah komunikasi interpersonal
Pada umumnya komunikasi interpersonal terjadi karena pada hakikatnya setiap manusia suka berkomunikasi dengan manusia lain, karena itu tiap-tiap orang selalu berusaha agar mereka lebih dekat satu sama lain. Komunikasi interpersonal sangat penting bagi kebahagiaan hidup manusia. Kegiatan komunikasi tersebut dilakukan sebagai upaya memenuhi kebutuhan bersekutu dengan orang lain. Pemenuhan kebutuhan ini guna mengembangkan diri menjadi makhluk sosial dan pribadi yang lengkap serta untuk menjamin kelangsungan hidupnya yang memerlukan banyak hal, seperti kebutuhan sandang, pangan, papan, hiburan, pendidikan dan kebutuhan-kebutuhan lainnya. Namun karena adanya keterbatasan pada diri manusia, maka seluruh kebutuhan itu memerlukan bantuan orang lain
Bentuk komunikasi interpersonal dapat juga terjadi dalam sebuah keluarga yang melibatkan komunikasi antara anak dan orangtua. Anak, membutuhkan orang lain dalam berkembang. Dalam hal ini, orang yang paling utama dan pertama bertanggungjawab adalah orangtua. Perbedaan umur antara orangtua dan anak yang cukup besar, berarti pula perbedaan masa yang dialami oleh kedua belah pihak. Perbedaan masa yang dialami akan memberikan jejak-jejak yang berbeda pula dalam bentuk perbedaan sikap dan pandangan-pandangan antara orangtua dan anak. Yang menarik dari status sebagai orangtua adalah bahwa apapun yang diperbuat orangtua, tujuan mereka semata-mata adalah mengasuh, melindungi, dan mengatur anak-anak. Termasuk pula tanggungjawab orangtua dalam memenuhi kebutuhan si anak, baik dari sudut organis-psikologis, antara lain makanan; maupun kebutuhan-kebutuhan psikis, salah satunya adalah kebutuhan akan perkembangan intelektual seorang anak melalui pendidikan (Gunarsa, 2003, p.6)
Pendidikan memegang peranan penting bagi kehidupan seseorang. Melalui pendidikan, seseorang dapat memperoleh pengetahuan. Inti dari kegiatan pendidikan dicapai melalui proses belajar. Belajar selalu mempunyai hubungan dengan perubahan, baik yang meliputi keseluruhan tingkah laku maupun yang hanya terjadi pada aspek kepribadian. Sebagai orangtua, mereka harus berbuat sesuatu untuk memperkembangkan diri si anak secara keseluruhan meliputi tingkah laku yang diharapkan. Subjek dari penelitian ini adalah orangtua, dengan melihat pertimbangan bahwa orangtua memiliki suatu fenomena tersendiri dalam menuntut keberhasilan prestasi pada anak. Banyak orang tua yang terlalu memaksakan kehendaknya, atau ambisinya kepada anak, terlebih lagi dalam hal prestasi (Ekomadyo, 2005, p.4). Orangtua menuntut prestasi tinggi kepada anak, tanpa dibarengi sikap demokratis dan pendekatan komunikasi yang kurang sehingga perkembangan anak terabaikan; yang pada akhirnya berpengaruh pada prestasi belajar anak tersebut (Sutedja, 1991, p.34). Orangtua merasa tindakannya benar karena semua itu dilakukan semata-mata demi kebaikan anak. Adalah salah berpendapat bila anak harus berprestasi demi harga diri orangtua, sehingga bila anak tidak mencapai prestasi seperti yang diharapkan orangtua, orangtua menjadi frustasi dan anaklah yang menjadi korban (Sintha, 2000, p.6)
Orangtua bertanggung jawab dalam membimbing anak, agar proses belajarnya tetap berlangsung dengan terarah. Untuk mencapai prestasi yang diharapkan, seorang anak membutuhkan lingkungan yang kondusif untuk belajar dan menyenangi apa yang dipelajarinya. Di sini orangtua sangat berperan dalam menciptakan suasana yang dapat mendorong anak senang belajar sehingga prestasi anak tersebut dapat meningkat. Orangtua dapat mendampingi anak dengan menciptakan suasana belajar di rumah yang menyenangkan. Dunia anak adalah dunia yang khas, bukan miniatur dunia orang dewasa, maka semangat berkomunikasi kepada anak adalah bukan memberitahukan sesuatu yang dianggap baik dari sudut pandang orang dewasa, melainkan duduk sejajar bersama anak, berempati, dan menemani anak (Ekomadyo, 2005, p.6). Bimbingan adalah proses pemberian bantuan terhadap anak untuk mencapai pemahaman dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri terhadap sekolah, keluarga, serta masyarakat.
Proses belajar yang berhasil mengacu pada prestasi belajar. Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa prestasi belajar sorang anak yang mendapat perhatian dari orang tua, lebih baik dibandingkan dengan prestasi anak yang kurang mendapat perhatian dari orang tua. Peranan orang tua dalam lingkungan keluarga yang penting adalah memberikan pengalaman pertama pada masa anak-anak. Itu karena pengalaman pertama merupakan faktor penting dalam perkembangan pribadi dan menjamin kehidupan emosional seorang anak (www.republika.co.id/suplemen/cetak_detail)
Arti pentingnya sebuah keluarga bagi diri seorang anak dikemukakan pula oleh Susan U. Philips (dikutip dalam Shinta, 2000, p.15) dalam buku The Invisible Culture, ditemukan bahwa anak orang Indian (penduduk asli Amerika) selalu kalah cerdas dengan anak orang kulit putih. Ini terjadi karena keluarga orang Indian sangat pendiam. Ocehan anak Indian tidak direspon oleh keluarganya, sebagaimana anak orang kulit putih. Akhirnya, anak orang Indian tidak memiliki kemampuan berkomunikasi pada waktu mereka bermain dan belajar di kelas. Sebaliknya, karena anak orang kulit putih sejak kecil dibiasakan memiliki komunikasi interaktif dengan keluarganya, maka mereka berhasil memberikan respon terhadap lingkungan, baik pada waktu bermain maupun pada waktu belajar di sekolah
Dilatarbelakangi kondisi seperti diatas, maka peneliti tertarik untuk mengenal, dan memahami pengaruh komunikasi interpersonal yang terjadi antara orang tua dengan anak dalam meningkatkan prestasi belajar anak. Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah murid-murid kelas VI SD X, dengan mengambil pertimbangan bahwa pada usia tersebut, anak-anak membutuhkan bimbingan lebih dari orangtua dalam hal belajar. Dengan adanya pembinaan pola belajar anak sejak dini akan membawa anak pada kebiasaan belajar teratur, kemandirian dan kesuksesan kelak di kemudian hari (Astrid, 1979, p.13). Murid-murid kelas VI sengaja dipilih oleh peneliti karena mereka sudah memiliki kematangan pola berpikir secara rasional, konkrit, logis, serta memiliki daya ingat yang baik dan pengalaman yang lebih lengkap untuk menunjang perkembangan mereka masuk ke tahap masa remaja (informasi awal diperoleh dari wawancara dengan Kepala Pusat Konseling & Pengembangan Pribadi). Didukung pula oleh unsur kedekatan lokasi penelitian dengan tempat tinggal peneliti sehingga memudahkan proses penelitian.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut : 
"Bagaimanakah Pengaruh Komunikasi Interpersonal antara orangtua dengan anak dalam meningkatkan prestasi belajar anak di SD X?"

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai peneliti dalam penelitian ini adalah : Ingin mengetahui Pengaruh Komunikasi Interpersonal antara orang tua dengan anak dalam meningkatkan prestasi belajar anak di SD X

D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diambil peneliti, maka manfaat dari pelaksanaan penelitian ini adalah : 
1. Manfaat Akademis
Menambah perbendaharaan kepustakaan bagi Jurusan Ilmu Komunikasi, berkaitan dengan masalah komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak, serta sebagai masukan bagi rekan-rekan mahasiswa yang akan mengadakan penelitian di masa yang akan datang
2. Manfaat Praktis
Dapat memberikan masukan dan informasi bagi para orangtua mengenai bentuk komunikasi interpersonal yang baik dengan anak dalam meningkatkan prestasi belajar anak

E. Sistematika Penulisan
Dari batasan penelitian di atas maka sistematika penulisan sebagai berikut : 
a) BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian, serta sistematika penulisan.
b) BAB II : LANDASAN TEORI
Berisi mengenai teori-teori yang mendukung dan berkaitan dengan permasalahan yang diangkat oleh peneliti dalam penulisan skripsi ini. Adapun teori-teori yang digunakan adalah teori mengenai Komunikasi, Komunikasi antar pribadi, Komunikasi Keluarga, Psikologi Belajar, Teori Belajar dan Psikologi Perkembangan
c) BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bagian ini akan menguraikan metode yang akan dipakai peneliti, yaitu definisi konseptual, definisi operasional, jenis metode penelitian, gambaran populasi, teknik pengambilan sample, jenis sumber data, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data.
d) BAB IV : ANALISIS dan DATA PEMBAHASAN
Bab ini memuat gambaran lokasi penelitian, hasil pengolahan data disertai dengan pembahasan yang terkait dengan penelitian
e) B ab V : KESIMPULAN dan SARAN
Bab ini merupakan penutup dari skripsi ini, yang di dalamnya terdapat kesimpulan dan saran dari seluruh proses penelitian yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

SKRIPSI STRATEGI PROGRAM RADIO DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN INDUSTRI SIARAN RADIO

Posted: 23 Sep 2013 01:55 AM PDT

(KODE : ILMU-KOM-0074) : SKRIPSI STRATEGI PROGRAM RADIO DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN INDUSTRI SIARAN RADIO



BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Menjamurnya stasiun radio siaran di Ibu Kota Jakarta membuat persaingan makin keras. Pada masa krisis seperti sekarang, industri penyiaran radio harus semakin kreatif menggarap program-program acaranya, jika tidak inovatif, sebuah stasiun radio pasti akan kehilangan pendengar dan ujungnya tak mendatangkan iklan (Kompas, 2010 : 15).
Berdasarkan catatan Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI), jumlah perusahaan radio se-Indonesia saat ini berkisar 1.300 stasiun. Di wilayah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan X) sendiri ada sekitar 60 stasiun. Dari 60 stasiun radio legal di Jabodetabek, yang terdaftar sebagai anggota PRSSNI sebanyak 48 stasiun. Jumlah pendengar radio pun menurun dari 15 juta pendengar tahun lalu menjadi 12 juta pendengar saja di tahun 2009.
Sebuah stasiun radio tidak hanya bersaing dengan sesama radio, namun juga bersaing dengan media yang lain seperti televisi, surat kabar, dan majalah Oi (2007 : 196) menjelaskan, radio dan televisi termasuk media elektronik, surat kabar merupakan media cetak. Radio dan televisi mencari, meliput berita hampir sama. Bedanya radio mengutamakan suara dan efek suara, sedangkan televisi hanya gambar saja semua sudah terwakilkan, penonton tinggal menyaksikan, emosi cenderung tidak terganggu.
Effendy (2008 : 107) menyatakan bahwa radio siaran mendapat julukan "kekuasaan kelima" atau the fifth estate, setelah pers dianggap sebagai "kekuasaan keempat" (the fourth estate). Ada tiga hal yang mendukung radio dijuluki sebagai kekuasaan kelima, yaitu : (1) radio siaran bersifat langsung; (2) radio siaran tidak mengenal jarak dan rintangan; (3) radio siaran memiliki daya tarik.
Jika dibandingkan dengan televisi siaran, televisi sebenarnya lebih lengkap daripada radio. Meskipun demikian, sampai sekarang televisi belum pernah diberi julukan "kekuasaan keenam" (the sixth estate) (Effendy, 2008 : 107). Hal ini tentu menguatkan bahwa siaran radio tidak kalah saing dengan media baru yang banyak bermunculan saat ini.
Masing-masing media memiliki kelebihan dan juga kelemahan dalam fungsinya sebagai sarana, namun demikian, bagi khalayak, kelebihan dan kelemahan ini justru dapat saling melengkapi dalam memperjelas penerimaan informasi atau isi pesan (Wahyudi, 1996 : 2).
Dalam persaingan radio yang ada berarti Radio X harus memiliki strategi yang tepat dalam menyusun berbagai program acaranya agar tidak kalah saing dengan radio lainnya. Munthe (1996 : 56) menyatakan pendengar radio selektif memilih acara. Hanya acara yang menurut penilaiannya baik yang dinikmati, sementara acara yang menurutnya tidak baik akan dilewatkan begitu saja.
Radio X lebih mempertegas sebagai radio yang memiliki konten hiburan dan informasi lewat diperkenalkannya program variety show pagi yang memadukan informasi, obrolan ringan dan musik dangdut untuk menemani aktifitas di pagi hari. Selain itu program lain yang disuguhkan oleh Radio X adalah Lift, chart lagu pop Indonesia yang disiarkan berbarengan di empat radio Group.
Program yang baik dan menarik akan mendatangkan banyak pendengar. Jumlah pendengar tersebut akan membuat para pengiklan yang akan memasukan iklan yang akan mendatangkan pendapatan dan keuntungan bagi stasiun radio tersebut (Romli, 2007 : 103).
Program acara yang berkualitas merupakan hasil akhir yang sangat diharapkan masing-masing stasiun radio, sejak awal beroperasi. Keunggulan dalam bidang manajemen suatu organisasi stasiun radio tidak dapat dilepaskan dari keunggulan dalam mengelola program acara, karena ini merupakan penentu untuk memenangkan persaingan dalam industri siaran radio. Seperti yang dikatakan Omar Abidin Gilang dalam Munthe (1996 : 54) salah satu aspek yang dapat menentukan keberhasilan radio adalah berkaitan dengan program-program acara yang disiarkan.
Program-program unggulan Radio X dalam menghadapi persaingan siaran dikemas secara menarik dan ringan sesuai dengan segmentasinya. Radio X berusaha menyuguhkan program-programnya dengan format dan tema yang enak untuk didengar serta mengenai hati pendengarnya, seperti tag linenya yaitu "enak didengar, kena di hati".
Untuk itu penulis tertarik meneliti strategi program Radio X dalam menghadapi persaingan industri siaran radio. Penulis mengangkat Radio X sebagai unit analisis penelitian dengan judul penelitian : "STRATEGI PROGRAM RADIO X DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN INDUSTRI SIARAN RADIO".

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah di atas, maka peneliti merumuskan masalah penelitian, "Bagaimana strategi program Radio X dalam menghadapi persaingan industri siaran radio".

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi program Radio X dalam menghadapi persaingan industri siaran radio.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis
Penulis berharap hasil penelitian ini dapat menambah wawasan mahasiswa ilmu komunikasi bidang jurnalistik untuk mengembangkan wawasan pemahaman lebih baik mengenai perkembangan ilmu komunikasi. 
2. Manfaat Praktis
Sebagai informasi bagi perusahaan yang dapat menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan dalam membuat suatu program acara dan dapat dijadikan bahan evaluasi bagi setiap kebijakan perusahaan dalam menghadapi persaingan di dunia penyiaran khususnya siaran radio dan diharapkan dapat bermanfaat bagi akademis maupun masyarakat pada umumnya. 

E. Sistematika Penulisan
Sebagai sebuah karya ilmiah, penulis berusaha menyusun kerangka sistematika penulisan yang disusun dengan urutan sebagai berikut : 
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab pertama ini, penulis membahas latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II : KAJIAN TEORITIS
Pada bab ini, penulis menguraikan teori-teori yang relevan dengan kasus yang diteliti. Antara lain, komunikasi, komunikasi massa, media massa radio, strategi program, program radio.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini, penulis menguraikan metode yang digunakan dalam pengumpulan data, teknik dan metode analisis data selama melakukan penelitian untuk menyusun skripsi ini.
BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini, berisi hasil penelitian mencakup gambaran umum tentang objek penelitian, serta hal pengumpulan data yang berhubungan dengan masalah penelitian.
BAB V : PENUTUP
Bab ini merupakan bab terakhir, di mana untuk menyempurnakan skripsi ini akan dikemukakan tentang kesimpulan dari bab-bab sebelumnya yang telah dibahas dan berdasarkan kesimpulan tersebut akan dikemukakan saran-saran yang dapat bermanfaat bagi semua pihak yang bersangkutan, khususnya Radio X.

Related Posts



0 komentar:

Cari Skripsi | Artikel | Makalah | Panduan Bisnis Internet Disini

Custom Search
 

Mybloglog

blogcatalog

Alphainventions.com

Followers

TUGAS KAMPUS Copyright © 2009 Blogger Template Designed by Bie Blogger Template