download makalah, skripsi, tesis dll. | TUGAS KAMPUS

Forum MT5 (1 Post = 0.2$ )

download makalah, skripsi, tesis dll.

download makalah, skripsi, tesis dll.


TESIS HUBUNGAN PERILAKU KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KOMPETENSI GURU DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA

Posted: 24 Mar 2015 10:51 PM PDT

(KODE : PASCSARJ-0314) : TESIS HUBUNGAN PERILAKU KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KOMPETENSI GURU DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA (PROGRAM STUDI : MANAJEMEN PENDIDIKAN)


BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Kedudukan Guru dan Kepala Sekolah dalam Administrasi Pendidikan
Pendidikan yang sangat luas yaitu bimbingan menuju kedewasaan sampai pengertian pendidikan yang menyempit hanya pada proses belajar mengajar di sekolah memiliki implikasi luas yang mencengkeram dalam pemikiran-pemikiran pendidikan, sehingga kedewasaan dapat diartikan sebagai pengembangan pengetahuan, keterampilan dan sikap seorang individu (Satori, dkk. 2007 : 145).
Guru dan kepala sekolah merupakan unsur dalam mengantarkan pencapaian anak bangsa ke arah yang berkualitas sesuai dengan tujuan dan pengertian dari pendidikan itu sendiri. Sejarah pendidik dalam mengelola institusi pendidikan menunjukkan bahwa tidak adanya peran guru dan kepala akan menghancurkan sistem administrasi. Kepala sekolah yang membuat kebijakan, menata, mengkoordinasikan dan menilai segala aktifitas pendidikan serta guru dalam mengelola proses pembelajaran untuk menunjang peningkatan kualitas pendidikan.
Berkaitan dengan hal tersebut, administrasi pendidikan menurut Jam'an Satori (2007 : 145) menyatakan,
"Administrasi pendidikan yang berkembang dewasa ini menganut filsafat pengakuan terhadap manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk etis. Sebagai makhluk individu, pengakuan mendalam terhadap perbedaan dan prestasi, serta ciri yang bervariasi sangat ditekankan. Berangkat dari perbedaan tersebut, manusia menyatu dalam antar hubungan di samping cara kerjanya dilandasi oleh nilai-nilai dan norma-norma tertentu yang bersifat etis."
Pemerintah, pengawas, kepala sekolah, gum, dan konselor adalah pelaku administrasi dan manajemen pendidikan sesuai dengan kewenangan dan tanggung jawabnya. Dan kegiatan administrasi pendidikan merupakan kegiatan makhluk sosial modern dalam mengelola pendidikan ke arah yang lebih baik. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Syaiful Sagala (2009 : 42) bahwa, "...dalam menganalisa peran dan fungsi yang terkait dengan administrasi dan manajemen pendidikan perlu mendapat perhatian. Karena sebagai obyek studi ilmu administrasi dan manajemen, merupakan fenomena masyarakat modern, karena sebagian besar kegiatan-kegiatan para warganya dilangsungkan dalam organisasi-organisasi modern.
Administrasi pendidikan dapat dilihat dari sudut pandang (1) proses, (2) fungsi, dan (3) kelembagaan. Dari sudut proses, pengertian administrasi dapat dikatakan sebagai suatu keseluruhan tingkatan yang harus dilaksanakan yang dimulai dari proses pengambilan keputusan, penentuan tujuan, pembagian tugas dan juga pelaksanaan tugas yang harus dikerjakan sampai kepada pencapaian tujuan yang telah dirumuskan tahap penentuan tujuan dapat direalisasikan. Sementara dari sudut fungsi pengertian administrasi dapat dikatakan sebagai suatu tugas atau pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh individu atau pun kelompok, sedangkan pengertian administrasi yang dilihat dari sudut pandang kelembagaan, administrasi dapat dikatakan sebagai individu atau kelompok yang menjalankan fungsi-fungsi administrasi.
Fungsi adalah kegiatan atau tugas-tugas yang harus dikerjakan dalam usaha mencapai tujuan. Fungsi-fungsi administrasi adalah fungsi perencanaan, penggerakan (Actuating), pengkoordinasian, pengarahan, dan pengawasan dan pemantauan (Sagala, 2009 : 54).
Gum dan kepala sekolah adalah tenaga kependidikan yang telah diberi tugas dan wewenangnya dalam satuan pendidikan. Tenaga kependidikan menurut UU no 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah "anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan". Menurut PP No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan berbunyi, "standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan".
Secara rinci dapat dijelaskan bahwa yang termasuk pendidik dan tenaga kependidikan adalah : tenaga pendidik (pembimbing, pengajar, pelatih, guru), pengelola satuan pendidikan (kepala sekolah, direktur, ketua, rektor, dan pimpinan satuan pendidikan luar sekolah), penilik pengawas, peneliti dan pengembang di bidang pendidikan, pustakawan, laboran, teknisi sumber belajar dan penguji.
Berdasarkan pernyataan di atas, kepala sekolah, guru, siswa dalam kerangka administrasi pendidikan dapat diartikan sebagai keseluruhan proses pengadaan dan pemberdayaan atas orang-orang yang bekerja untuk kepentingan kependidikan secara efektif dan efisien bagi kepentingan pencapaian tujuan pendidikan.
tesis manajemen pendidikan-2
Kepala sekolah dan guru adalah sumber daya manusia yang termasuk sumber daya manusia dalam administrasi pendidikan atau istilah sederhana dengan sebutan sebagai "administrasi tenaga kependidikan". Tenaga kependidikan yang dimaksud, menurut UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah "anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan". Secara lebih rinci yang termasuk tenaga kependidikan adalah tenaga pendidik (pembimbing, pengajar, dan pelatih), pengelola satuan pendidikan (kepala sekolah, direktur, ketua, rektor dan pimpinan satuan pendidikan), pustakawan, laboran, teknisi sumber belajar, dan penguji.
Administrasi tenaga kependidikan dalam kerangka administrasi pendidikan dapat diartikan sebagai keseluruhan proses pengadaan dan pemberdayaan atas orang-orang yang bekerja untuk kepentingan kependidikan secara efektif dan efisien bagi kepentingan pencapaian tujuan pendidikan.

B. Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah
1. Pengertian Perilaku
Modul Bappenas (2007 : 6) perilaku merupakan seperangkat perbuatan/ tindakan seseorang dalam melakukan respon terhadap sesuatu dan kemudian dijadikan kebiasaan karena adanya nilai yang diyakini. Menurut Nurhasanah (2007 : 545) pengertian perilaku adalah "tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan". Pendapat lain mengenai perilaku dikemukakan oleh Furqon (2005 : 150) menyatakan, "perilaku dalam arti luas sebagai manifestasi hayati (hidup) yakni mencakup perilaku motoris, kognitif, dan efektif.
Perilaku mengisyaratkan bahwa perilaku dapat terjadi karena adanya rangsangan manusia yang bersumber dari kekuatan-kekuatan atau nilai-nilai yang dimiliki oleh individu. Permadi (1998 : 34) menyatakan bahwa perilaku semua aktivitas yang mendorong individu untuk mencapai tujuan tertentu. Semua aktivitas tersebut adalah segala apa yang dipikirkan, dirasakan, dan yang ditanggapi. Pendapat tersebut menyatakan perilaku adalah interaksi situasi dengan faktor-faktor kognisi, sikap, dan respon individu, perilaku dapat terjadi pula apabila ada sesuatu yang dirasakan perlu apabila mendesak.

TESIS HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DAN PENGALAMAN KERJA INDUSTRI PESERTA DIDIK TERHADAP EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN PRODUKTIF DI SMK

Posted: 24 Mar 2015 10:48 PM PDT

(KODE : PASCSARJ-0313) : TESIS HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DAN PENGALAMAN KERJA INDUSTRI PESERTA DIDIK TERHADAP EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN PRODUKTIF DI SMK (PROGRAM STUDI : MANAJEMEN PENDIDIKAN)



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Administrasi Pendidikan
Pengertian administrasi pendidikan dapat dilakukan dari dua pendekatan; sebagai suatu ilmu dan sebagai suatu proses atau kegiatan. Administrasi pendidikan sebagai ilmu mempelajari bentuk kerjasama antara dua orang atau lebih untuk memberdayakan sumber-sumber yang ada bagi pencapaian tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.
Menurut pendapat Engkoswara (2001 : 2-3), administrasi pendidikan adalah ilmu yang mempelajari penataan sumber daya yaitu manusia, kurikulum, atau sumber belajar dan fasilitas untuk mencapai tujuan pendidikan secara optimal dan penciptaan suasana yang baik bagi manusia yang disepakati.
Administrasi pendidikan sebagai proses atau kegiatan adalah keseluruhan kegiatan menyediakan dan memberdayakan sumber-sumber untuk pencapaian tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.
Administrasi pendidikan dapat diartikan sebagai proses kerjasama sumber daya manusia dalam mengelola pendidikan, baik dalam proses pembuatan kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, koordinasi, maupun pengawasan terhadap semua sumber daya lain yang menjadi bidang garapannya untuk mencapai tujuan pendidikan secara produktif.
Administrasi pendidikan dilakukan dalam organisasi dan lembaga-lembaga pendidikan dengan bidang garapan dan fungsi-fungsinya. Secara umum, bidang garapan administrasi pendidikan meliputi : man (manusia), material (fasilitas), metode (kurikulum), money (dana) dan market ( pemasaran lulusan). Sedangkan fungsinya meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan.
Pengguna jasa pendidikan dalam hal ini adalah dunia kerja juga memberikan kontribusi yang berarti dalam mewujudkan terciptanya efektifitas pembelajaran produktif sehingga peran sertanya dalam mewujudkan pembelajaran produktif yang efektif dapat terus ditingkatkan.

B. Sumber Daya Manusia dalam Administrasi Pendidikan
Sumber daya manusia merupakan salah satu unsur dan menjadi bidang garapan penting dalam administrasi pendidikan. Manajemen sumber daya manusia (human resource management) sering pula disebut sebagai manajemen personalia (personnel management), "administrasi kepegawaian (personel administration) atau manajemen tenaga kerja (labour management).
Robbins (1999 : 8) mengemukakan dua cara dalam memahami manajemen sumber daya manusia. Pertama, manajemen sumber daya manusia adalah suatu staf atau penunjang yang mempunyai fungsi di dalam organisasi. Fungsinya adalah memberikan bantuan dalam permasalahan manajemen sumber daya manusia kepada para pekerja atau secara langsung termasuk di dalam produksi barang dan layanan organisasi. Kedua, manajemen sumber daya manusia adalah sebuah fungsi pada setiap jabatan manager, ada atau tidak ada perbedaan pada bagian manajemen sumber daya manusia, fakta membuktikan bahwa untuk mengelola pekerjaan secara efektif memerlukan seluruh manajer yang dapat menangani kegiatan dengan baik.
tesis manajemen pendidikan-1
Berdasarkan kedua pendekatan itu dapat diambil suatu pemahaman bahwa manajemen sumber daya manusia merupakan salah satu bidang garapan manajemen dalam sebuah organisasi yang mempunyai fungsi antara lain untuk menangani masalah-masalah ketenagakerjaan dan akan membantu manager bersama-sama dengan pekerja mencapai tujuan organisasi secara aktif. Untuk itu, seluruh manager dalam organisasi harus memahami tentang prinsip-prinsip manajemen sumber daya manusia tersebut.
Manajemen sumber daya manusia dapat didefinisikan juga sebagai suatu pengelolaan dan pendayagunaan sumber daya yang ada pada individu (pegawai). Pengelolaan dan pendayagunaan tersebut dikembangkan secara maksimal di dalam dunia kerja untuk mencapai tujuan organisasi dan pengembangan individu pegawai.
Pengertian tentang manajemen personalia yang mencakup fungsi manajerial dan fungsi operatif ini menjelaskan bahwa manajemen personalia dilakukan melalui serangkaian proses yang terencana, terarah dan terkendali secara sistematis dalam sebuah kerangka manajemen di dalam sebuah organisasi.

TESIS MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK MELALUI PENDEKATAN OPEN ENDED

Posted: 24 Mar 2015 10:36 PM PDT

(KODE : PASCSARJ-0312) : TESIS MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK MELALUI PENDEKATAN OPEN ENDED (PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN MATEMATIKA)



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran dengan Pendekatan Open Ended
Aliran konstruktivisme memandang bahwa pengetahuan itu dibangun secara aktif oleh individu sendiri (Suparno, 1997). Piaget dalam Labinowicz (Depdiknas, 2003) memandang bahwa ilmu pengetahuan bukan sebagai hal yang diserap secara pasif dari lingkungan atau dibentuk dalam pikiran siswa. Namun, ia memandang bahwa ilmu pengetahuan sebagai suatu hal yang secara aktif dikonstruksi siswa dalam proses adaptasi terhadap lingkungannya. Sebagai konsekuensinya, hal tersebut mendorong ke arah terbentuknya suatu pembelajaran yang dapat membelajarkan siswa dengan prinsip "konstruktif bukan menggunakan prinsip "transmission of knowledge".
Selanjutnya menurut Karli dan Yuliariatiningsih (Noor, 2007) bahwa dalam pembelajaran perolehan pengetahuan diawali dengan adanya konflik kognitif. Konflik kognitif ini hanya dapat di atasi melalui kegiatan kajian tugas mandiri. Pada akhir proses belajar, pengetahuan akan dibangun sendiri oleh siswa melalui pengalamannya dari hasil interaksi dengan lingkungannya (Karli dan Yuliariatiningsih dalam Noor, 2007). Oleh karena itu menurut pandangan ini, tujuan pembelajaran adalah membangun pemahaman, sehingga belajar tidak ditekankan untuk memperoleh pengetahuan yang banyak, tetapi yang utama adalah memberikan interpretasi melalui skemata yang dimiliki siswa (Hudoyo dalam Noor, 2007).
Salah satu pendekatan pembelajaran yang didasari oleh pandangan konstruktivisme adalah pendekatan open ended. Menurut Shimada dan Becker (1997) munculnya pendekatan open ended berawal dari pandangan bagaimana menilai kemampuan siswa secara objektif kemampuan berfikir tingkat tinggi matematika. Seperti diketahui bahwa dalam pembelajaran matematika, rangkaian pengetahuan, keterampilan, konsep-konsep, prinsip-prinsip atau aturan-aturan biasanya diberikan pada siswa dalam langkah sistematis. Tentu saja rangkaian tersebut tidak diajarkan secara langsung terpisah-pisah atau masing-masing, namun harus disadari sebagai rangkaian yang terintegrasi dengan kemampuan dan sikap setiap siswa.
Dalam pembelajaran siswa diberikan berbagai masalah dari suatu topik, kemudian diselesaikan dengan caranya sendiri dan berbagai cara. Masalah yang diambil untuk tugas matematika dapat diperoleh dari masalah yang kontekstual (real world) dan masalah dalam matematika (Shimada dan Becker, 1997). Masalah kontekstual dapat diambil dari masalah-masalah keseharian atau masalah-masalah yang dapat dipahami oleh pikiran siswa.
tesis pendidikan matematika-3
Berdasarkan ciri-ciri pembelajaran dengan pendekatan open ended, terlihat bahwa terdapat beberapa kelebihan dan kelemahan dalam pendekatan ini, sebagaimana dikemukakan Sawada (Shimada dan Becker, 1997) adalah sebagai berikut :
1. Siswa berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran dan lebih sering mengekspresikan ide.
2. Siswa memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan matematik secara komprehensif.
3. Siswa dengan kemampuan matematika rendah dapat merespon permasalahan dengan cara mereka sendiri.
4. Siswa secara intrinsic termotivasi untuk memberikan bukti atau penjelasan.
5. Siswa menjadi kaya akan pengalaman dalam menemukan dan menerima pengakuan dari siswa lainnya.
Adapun kelemahan dari pendekatan open ended adalah sebagai berikut :
1. Membuat dan menyiapkan masalah matematika yang bermakna bagi siswa bukanlah pekerjaan mudah.
2. Sulit bagi guru untuk menyajikan masalah secara sempurna. Seringkali siswa menghadapi kesulitan untuk memahami bagaimana caranya merespon atau menjawab permasalahan yang diberikan.
3. Mungkin ada sebagian siswa yang merasa bahwa kegiatan belajar mereka tidak menyenangkan karena mereka merasa kesulitan dalam mengajukan kesimpulan secara tepat dan jelas.
Menurut Sawada (Shimada dan Becker, 1997) untuk mengembangkan rencana pembelajaran dengan pendekatan ini, guru perlu memperhatikan hal-hal berikut ini :
1. Tuliskan semua respon yang diharapkan muncul dari siswa (berupa jawaban yang beragam atas permasalahan yang diajukan oleh guru).
2. Tujuan permasalahan yang diajukan oleh guru kepada siswa, harus jelas.
3. Sajikan permasalahan semenarik mungkin.
4. Lengkapi prinsip "posing problem" sehingga siswa memahami dengan mudah maksud dari permasalahan itu.
5. Berikan waktu yang cukup kepada siswa untuk mengeksplorasi jawaban.
Nohda (Suherman, 2003) menyatakan bahwa pembelajaran open ended bertujuan untuk membantu mengembangkan kegiatan kreatif dan pola pikir matematis siswa melalui problem solving secara simultan. Dengan kata lain, kegiatan kreatif dan pola pikir matematis harus dikembangkan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan setiap siswa. Hal yang dapat digarisbawahi adalah perlunya memberi kesempatan siswa untuk berpikir dengan minat dan kemampuannya. Aktivitas kelas yang penuh idea-idea matematika ini pada gilirannya akan memacu kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Selain itu, pendekatan open ended dapat digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam proses pengajaran matematika. Sehingga siswa memahami bahwa proses dalam penyelesaian masalah berperan sama pentingnya seperti hasil akhir dari pemecahan masalah itu. Menurut Sawada (Suherman, 2003) bahwa sebenarnya tidak mudah dalam mengembangkan problem open ended yang tepat dan baik untuk siswa dengan beragam kemampuan. Melalui penelitian yang panjang di Jepang, ditemukan beberapa hal yang dapat dijadikan acuan dalam mengkreasi problem tersebut, diantaranya :
1. Sajikan permasalahan melalui situasi fisik yang nyata di mana konsep-konsep matematika dapat diamati dan dikaji siswa.
2. Soal-soal pembuktian dapat diubah sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan hubungan dan sifat-sifat dari variabel dalam persoalan itu.
3. Sajikan bentuk-bentuk atau bangun-bangun (geometri) sehingga siswa dapat membuat suatu konektor.
4. Sajikan urutan bilangan atau tabel sehingga siswa dapat menemukan aturan matematika.
5. Berikan beberapa contoh konkrit dalam beberapa kategori sehingga siswa bisa mengelaborasi sifat-sifat dari contoh itu untuk menemukan sifat-sifat yang umum.
6. Berikan beberapa latihan serupa sehingga siswa dapat menggeneralisasi dari pekerjaannya.

TESIS PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN PENALARAN MATEMATIK SISWA SMA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

Posted: 24 Mar 2015 10:31 PM PDT

(KODE : PASCSARJ-0311) : TESIS PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN PENALARAN MATEMATIK SISWA SMA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING (PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN MATEMATIKA)



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pemahaman Matematik
Pemahaman merupakan bagian yang sangat penting dalam proses belajar dan pemecahan masalah, baik di dalam proses belajar itu sendiri maupun di dalam kehidupan sehari-hari seperti yang tercantum dalam Undang-undang tentang sistem pendidikan nasional. Kemampuan untuk memahami konsep menjadi landasan untuk berpikir dalam menyelesaikan persoalan .
Jika dihubungkan dengan pandangan matematika sebagai proses dan produk, maka aspek pemahaman matematik harus memuat pemahaman proses dan pemahaman produk. Contoh pemahaman produk dalam matematika yaitu pemahaman konsep, postulat, rumus, hukum, pernyataan, teorema dan lain-lain. Sedangkan pemahaman proses, terbatas pada proses mengenai aspek kognitif yang sesuai dengan aspek kognitif pemahaman. Jika dikaitkan dengan taksonomi tujuan dari Bloom, maka pemahaman proses matematik meliputi menghitung, merumuskan, membuat simbol, mengabstraksi, membandingkan, mengemukakan, menginterpretasi dan mengekstrapolasi.
Dalam matematika, produk dan proses tersusun secara sistematis dan terstruktur. Dengan demikian, maka pemahaman proses dan produk juga berhubungan dengan pandangan matematika sebagai ilmu deduktif dan terstruktur. Pemahaman matematik dihubungkan dengan pandangan matematika sebagai bahasa yaitu bahasa simbol, terlukis dalam simbolisasi, dan formulasi yaitu mengubah pernyataan ke dalam bentuk rumus, simbol atau gambar.
Wahyudin (2008) menyatakan pemahaman menawarkan cara-cara yang tangguh untuk membangun dan mengekspresikan gagasan-gagasan tentang beragam fenomena yang luas. Orang-orang yang menggunakan nalar dan berfikir secara analitis cenderung memperhatikan pola-pola, struktur, atau keteraturan-keteraturan baik itu dalam situasi-situasi dunia nyata maupun dalam obyek simbolis. Pada pokoknya, suatu bukti matematika adalah suatu cara yang formal untuk mengekspresikan jenis-jenis pemahaman dan justifikasi tertentu.
tesis pendidikan matematika-2
Beberapa indikator mengenai pemahaman menurut Sumarmo (2003, 2004) diantaranya adalah :
• Pemahaman mekanikal, instrumental, komputasional, dan knowing how to : melaksanakan perhitungan rutin, algoritmik dan menerapkan rumus pada kasus serupa.
• Pemahaman rasional, relasional, fungsional, dan knowing how to : membuktikan kebenaran, mengaitkan suatu konsep dengan konsep lainnya, mengerjakan kegiatan matematik secara sadar, dan memperkirakan suatu kebenaran tanpa ragu
Sebagai contoh, siswa yang memiliki pemahaman instrumental terampil menyelesaikan persamaan kuadrat 2x2 + Sx + 3 = 0 dengan menggunakan rumus abc, tetapi pekerjaannya salah apabila diberikan Sx + 2x2 + 3 = 0, karena siswa menganggap bahwa a = 5, b = 2, dan c = 3. Akan tetapi siswa yang memiliki pemahaman relasional dapat menyelesaikan persamaan kuadrat tersebut walau bentuknya berbeda-beda.
Contoh lain misalnya, siswa terampil menyelesaikan persamaan linear 4-5 = 2-1, namun ia tidak menyadari apa yang dikerjakannya. Dengan kata lain siswa hanya memahami urutan pengerjaan atau algoritma, tetapi ia tidak menyadari proses yang dilakukannya. Copeland (dalam Sumarmo, 1987) menyebutkan keadaan subjek seperti ini baru pada tahap knowing how to do dan belum sampai pada taraf knowing yang sebenarnya. Dalam pengertian knowing termuat kesadaran akan proses yang sedang berlangsung.
Pemahaman konsep akan berkembang apabila guru dapat membantu siswa mengeksplorasi topik secara mendalam dan memberi mereka contoh yang tepat dan menarik dari suatu konsep. Satu dari beberapa ide yang diterima di komunitas pendidikan matematika adalah ide bahwa siswa harus memahami matematika. Hampir semua teori belajar menjadikan pemahaman sebagai tujuan dari pembelajaran (Dahlan, 2004).

B. Penalaran Matematik
Selain kemampuan pemahaman siswa, ada kemampuan lain yang harus termuat dalam pembelajaran matematika yaitu kemampuan penalaran. Pada dasarnya setiap penyelesaian soal matematika memerlukan kemampuan pemahaman dan penalaran. Melalui penalaran, siswa diharapkan dapat melihat bahwa matematika merupakan kajian yang masuk akal atau logis. Dengan demikian siswa merasa yakin bahwa matematika dapat dipahami, dipikirkan, dibuktikan dan dapat dievaluasi.
Penalaran merupakan kegiatan berpikir yang dilakukan dengan satu cara untuk menarik kesimpulan. Suherman dan Winataputra (1994) menyatakan bahwa proses penarikan kesimpulan dapat terjadi dari masalah-masalah yang bersifat individual kepada masalah-masalah yang bersifat umum, atau sebaliknya dari masalah yang bersifat umum kepada sesuatu yang bersifat khusus.
Broody (dalam Dahlan, 2004) menyatakan bahwa terdapat beberapa keuntungan apabila siswa diperkenalkan dengan penalaran yaitu :
1. Jika siswa melakukan pendugaan-pendugaan berdasarkan pengalamannya sendiri maka siswa akan lebih mudah memahaminya. Hal ini akan lebih membantu siswa dalam memahami proses yang telah disiapkan dengan cara doing mathematics dan eksplorasi matematika.
2. Jika siswa dituntut untuk menggunakan kemampuan bernalarnya, maka akan mendorong mereka untuk melakukan guessing atau dugaan-dugaan. Hal ini dilakukan untuk menumbuhkan rasa percaya diri dan menghilangkan rasa takut salah pada diri siswa ketika diminta untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru.
3. Membantu siswa untuk memahami nilai balikan yang negatif (negative feedback) dalam memutuskan suatu jawaban. Siswa perlu memahami bahwa dugaan yang salah dapat menghilangkan kemungkinan yang pasti dengan berbagai pertimbangan lebih jauh dan dapat melihat informasi yang sangat bernilai (invaluable/extremely valuable).

TESIS PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN GENERALISASI SISWA DALAM MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN OPEN ENDED

Posted: 24 Mar 2015 10:25 PM PDT

(KODE : PASCSARJ-0310) : TESIS PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN GENERALISASI SISWA DALAM MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN OPEN ENDED (PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN MATEMATIKA)



BAB II
KAJIAN TEORI

A. Kemampuan Pemahaman Matematik
Titik awal penelaahan filosofi tentang keilmiahan pemahaman, kebenaran ide-ide matematika oleh para matematikawan dalam sepanjang sejarah, sangat dipengaruhi oleh intuisi seseorang (human intuition) yang secara fundamental berasal dari pikiran manusia, hingga suatu saat akan berada pada suatu kestabilan atau tetap, dan hal ini menurut Nunez (dalam Dahlan, 2004) menjadi faktor yang sangat berguna dalam mempelajari matematika
Kata "Pemahaman" merupakan terjemahan dari understanding, yang kemudian ditafsirkan oleh beberapa orang ahli di bidangnya. Menurut Driver (dalam Chairany, 2007) pemahaman adalah kemampuan untuk menjelaskan suatu situasi atau suatu tindakan, yang terdiri dari tiga aspek kemampuan yaitu kemampuan mengenal, menjelaskan, dan menarik kesimpulan. Dalam proses belajar dan memecahkan masalah matematika, pemahaman merupakan bagian yang sangat penting, sampai pada aplikasi dalam kehidupan nyata.
Beberapa pengertian pemahaman menurut para ahli antara lain menurut Pollastek, membedakan dua jenis pemahaman : (1) Pemahaman komputasional, yaitu dapat menerapkan sesuatu pada perhitungan rutin/sederhana, atau mengerjakan sesuatu secara algoritmik saja, (2) Pemahaman fungsional, yaitu dapat mengaitkan sesuatu dengan hal lainnya secara benar dan menyadari proses yang dilakukan. Sedangkan Skemp (dalam Sumarmo, 1987) membedakan dua jenis pemahaman : (1) Pemahaman instrumental, yaitu hafal sesuatu secara terpisah atau dapat menerapkan sesuatu pada perhitungan rutin/sederhana, mengerjakan sesuatu secara algoritmik saja, (2) Pemahaman relasional, yaitu dapat mengaitkan sesuatu dengan hal lainnya secara benar dan menyadari proses yang dilakukan. Dalam hal ini termuat jaringan (network) suatu skema atau struktur dengan keterkaitan yang tinggi sehingga dapat digunakan pada proses penyelesaian masalah yang lebih luas. Selanjutnya pengertian tentang pemahaman terus berkembang, dalam hal ini Copeland, mempunyai pendapat dalam kaitannya dengan pemahaman yaitu :
1. Knowing how to, yaitu dapat mengerjakan sesuatu secara rutin/ algoritmik.
2. Knowing, yaitu dapat mengerjakan sesuatu dengan sadar akan proses yang dikerjakan.
Polya (1973), membedakan pemahaman ke dalam empat jenis yaitu : (1) Pemahaman mekanis, diartikan sebagai kemampuan mengingat dan menerapkan sesuatu secara rutin dalam perhitungan sederhana, (2) Pemahaman induktif, merupakan kemampuan dapat mencobakan sesuatu dalam kasus sederhana dan tahu bahwa sesuatu itu berlaku dalam kasus serupa, (3) Pemahaman rasional, adalah ketika dapat membuktikan kebenaran atas sesuatu, (4) Pemahaman intuitif, adalah kemampuan dapat memperkirakan kebenaran sesuatu tanpa ragu-ragu, sebelum melakukan analisis secara detil dan menyeluruh. 
Senada dengan para ahli lainnya berkaitan dengan pemahaman, Bloom membedakan tiga jenis pemahaman yaitu : (1) Translation (pengubahan), misalnya mampu mengubah soal berbentuk cerita ke dalam simbol-simbol atau sebaliknya, (2) Interpretation (mengartikan), mampu mengartikan suatu persamaan, (3) Extrapolation (perkiraan), misalnya mampu memperkirakan suatu kecenderungan atau gambar. Pemahaman matematika dalam pandangan Bloom (dalam Ruseffendi, 1991) memuat suatu proses dan produk. Pemahaman matematika sebagai suatu proses mengedepankan aspek kognitif seperti menghitung, merumuskan, membuat simbol, mengabstraksi, menginterpretasi dan mengekstrapolasi. Sedangkan pemahaman matematika sebagai suatu produk mengedepankan aspek pemahaman konsep matematika seperti postulat, rumus, hukum, pernyataan, teorema, definisi, dan Iain-lain.
tesis pendidikan matematika-1
Michener (dalam Sumarmo, 1987) berpendapat bahwa untuk membangun pemahaman matematika, ada dua pengetahuan matematika yang harus diketahui oleh siswa, yaitu :
1. Pengetahuan konseptual (conceptual knowledge)
Pengetahuan yang berisikan banyak hubungan dan jaringan ide atau pengetahuan yang dipahami.
2. Pengetahuan prosedural (prosedural knowledge)
Pengetahuan prosedural berisikan langkah-langkah dalam matematika termasuk didalamnya aturan algoritma. Pengetahuan ini akan dapat berkembang jika pengetahuan konseptual telah dipahami.
Dalam hasil studi yang dilakukan Priatna (2003) mengenai kemampuan pemahaman matematis siswa, diperoleh temuan bahwa kualitas kemampuan pemahaman matematis berupa pemahaman instrumental dan relasional masih rendah yaitu sekitar 50% dari skor ideal.
Wahyudin (2008) menyatakan pemahaman menawarkan cara-cara yang tangguh untuk membangun dan mengekspresikan gagasan-gagasan tentang beragam fenomena yang luas. Penggunaan nalar dan berfikir secara analitis cenderung memperhatikan pola-pola, struktur, atau keteraturan-keteraturan baik dalam situasi kehidupan nyata maupun dalam obyek yang simbolis. Jelasnya, suatu bukti matematika adalah suatu cara yang formal untuk mengekspresikan jenis-jenis pemahaman dan justifikasi tertentu. Hampir semua teori belajar menjadikan pemahaman sebagai tujuan dari pembelajaran (Dahlan, 2004). Pemahaman konsep akan berkembang apabila gum dapat membantu siswa mengeksplorasi topik secara mendalam dan memberi contoh yang tepat dan menarik dari suatu konsep. Siswa dituntut untuk memahami matematika sebagai bagian dari pengembangan ide yang diberikan oleh gum.
Sebagai contoh, siswa yang memiliki pemahaman instrumental dalam menyelesaikan persamaan kuadrat 6x + 3x + 3 = 0, dengan menggunakan rumus abc, menjadi salah hasil pengerjaannya karena menganggap bahwa sebagai a = 6, b = 3, c = 3, tetapi jika siswa memiliki pemahaman relasional, maka ia akan dapat menyelesaikan persamaan kuadrat walau bentuk urutannya berbeda.

Related Posts



0 komentar:

Cari Skripsi | Artikel | Makalah | Panduan Bisnis Internet Disini

Custom Search
 

Mybloglog

blogcatalog

Alphainventions.com

Followers

TUGAS KAMPUS Copyright © 2009 Blogger Template Designed by Bie Blogger Template