APLIKASI Teori HBM Dalam Kasus Penyadaran akan Pentingnya
Pemberian Imunisasi Lengkap Pada Bayi
1. Variabel Demografi, variabel sosial psikologi, dan variabel struktur
Pernikahan di usia muda dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan tentang imunisasi untuk bayi (pengetahuan terbatas) apabila dibanding dengan seseorang yang menikah pada usia yang lebih matang, mereka lebih mempunyai kesiapan untuk berumah tangga dan merawat seorang anak termasuk dalam hal ini pengetahuan yang lebih terhadap pemberian imunisasi pada bayinya.
Selain itu pola pikir masyarakat pedesaan dan perkotaan berbeda. Pada masyarakat pedesaan, kurangnya informasi dari pelayanan kesehatan mengenai imunisasi karena dimungkinkan jarak antar tempat tinggal dan akses pelayanan kesehatan seperti Puskesmas dan Posyandu cukup jauh. Sehingga banyak diantaranya yang hanya tahu informasi imunisasi dari lingkungan terdekat misalnya orangtua (nenek si bayi). Namun, pengalaman yang dialami sebelumnya yang mungkin berbeda member pengaruh terhadap terbentuknya suatu perilaku. Misalnya pengalaman bahwa imunisasi memberi efek seperti kemerahan dan pembengkakan pada tempat suntikan, demam, dan ruam pada kulit (biasanya terjadi 1-3 hari) membuat seorang ibu menjadi enggan untuk memberikan imunisasi pada bayinya. Sedangkan pada mayarakat perkotaan, tentunya memiliki pola pikir yang lebih maju, akses pelayanan kesehatannya pun lebih baik, namun kadang kesibukan yang menjadi kendala. Karena kesibukan yang padat sehingga lupa membawa anaknya untuk imunisasi. Selain itu, tidak sedikit dari mereka yang menganggap enteng penyakit dan beranggapan apabila gizi anak telah tercukupi maka seorang anak tidak akan mudah terserang suatu penyakit.
2. Susceptibility (Kerentanan)
Seorang bayi tentunya akan lebih rentan terkena penyakit dibandingkan orang dewasa karena daya tahan tubuh yang masih belum cukup kuat. Kerentanan ini yang membuat para ibu merasa perlu untuk memberikan imunisasi lengkap pada bayinya agar bayi tersebut mendapat kekebalan tubuh yang cukup dan tidak mudah terserang suatu penyakit baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
3. Severity (Keseriusan)
Ketika merasakan bahwa PD3I (Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi) seperti TBC, difteri, tetanus, pertusis, polio, hepatitis, dan campak adalah membahayakan bahkan dapat menyebabkan kematian, maka seorang ibu merasa perlu untuk memberi imunisasi lengkap pada bayinya untuk menghindari risiko tersebut.
4. Benefits (Keuntungan)
Imunisasi diperlukan untuk mencegah meluasnya penyakit-penyakit tertentu dan menghindari risiko kematian yang diakibatkannya. Sehingga keuntungannya apabila seorang bayi mendapat imunisasi lengkap adalah bayi tersebut akan mendapat kekebalan tubuh untuk menghindarkannya risiko penyakit bahkan kematian.
5. Costs (Sesuatu yang harus dikorbankan)
Rasa khawatir ketika mendapati efek yang ditimbulkan setelah pemberian imunisasi pada bayi seperti, kemerahan, demam, ruam pada kulit selama 1-3 hari (khususnya pada ibu yang baru mendapat putra pertama).
Selain itu, pengorbanan waktu orang tua si bayi yang secara rutin harus memperhatikan dan mematuhi jadwal imunisasi bayinya.
6. Cues to action
Factor pendorong dari luar seperti Posyandu, Puskesmas, Polindes, atau bahkan Rumah sakit yang memberi anjuran para ibu untuk secara rutin memberi imunisasi lengkap pada bayinya. Dapat juga melalui iklan di raio dan televisi mengenai pentingnya imunisasi lengkap untuk bayi (5L). Atau dari lingkungan terdekat, misalnya nenek si bayi, tetangga, atau orang-orang yang lebih berpengalaman untuk dapat memberikan dorongan pada ibu si bayi untuk mau memberi imunisasi lengkap pada bayinya.
Strategi Pendidikan penyadaran akan pentingnya pemberian imunisasi lengkap pada bayi
Sasaran dalam permasalahan tersebut adalah ibu yang memiliki bayi, khususnya ibu yang belum sadar akan pentingnya pemberian imunisasi lengkap untuk bayinya. Karena latar belakang dalam masalah ini ada beberapa macam seperti pengalaman sebelumnya dari orang-orang terdekat mengenai efek demam setelah imunisasi membuat seorang ibu enggan memberi imunisasi untuk bayinya, kurangnya informasi mengenai imunisasi dikarenakan terbatasnya akses pelayanan kesehatan, kematangan usia dalam pernikahan yang mempengaruhi kematangan pola pikir seseorang dalam mengambil keputusan. Sehingga pendidikan akan diberikan secara aktif bila lokasi akses pelayanan kesehatan kurang dapat terjangkau dengan baik, misalnya Polindes atau Puskesmas memberikan informasi mengenai imunisasi secara “Door to door” pada ibu yang baru melahirkan di lingkungan tersebut. Sedangkan untuk masyarakat perkotaan yang dapat dikatakan cukup mudah menjangkau akses pelayanan kesehatan, masalahnya mungkin pada waktu, karena itu salah satu cara yang dilakukan adalah rumah sakit atau rumah bersalin pada waktu melahirkan, dapat secara berkala mengingatkan sang ibu untuk mengimuisasikan bayinya sesuai jadwal misalnya melalui telepon.
Metode yang digunakan
1. Penjelasan langsung
a. Polindes atau Puskesmas memberikan informasi mengenai imunisasi secara “Door to door” pada ibu yang baru melahirkan di lingkungan tersebut (cakupan wilayah kerja Puskemas atau Polindes tersebut dan sekitarnya).
b. Sedangkan pada masyarakat perkotaan, Rumah sakit atau rumah bersalin pada waktu melahirkan mengingatkan (menelepon) jadwal imunisasi bayi dari ibu tersebut.
c. Penyadaran melalui kegiatan Posyandu rutin.
2. Siaran berprogram, Film
Fim yang berisi informasi pentingnya pemberian imunisasi lengkap pada bayi, disertai fakta-fakta akibat tidak diberikannya imunisasi lengkap pada bayi. Karena melalui film, seseorang akan lebih efektif untuk tertarik dan terangsang pola pikirnya (dalam pengambilan keputusan). Misalnya fakta penyakit polio yang menjangkit seorang anak karena tidak diberi imunisasi lengkap yang dapat mengakibatkan risiko-risiko pertumbuhan anak yang terhambat, kelumpuhan, atau bahkan risiko kematian. Sehingga dalam film tersebut menginformasikan bahwa seorang anak tiak akan terjangkit polio bila diberikan imunisasi lengkap secara rutin.
Media yang digunakan
1. Film
Memutar film yang berisi informasi pentingnya pemberian imunisasi lengkap pada bayi. Misalnya film tentang fakta penyakit polio yang menjangkit seorang anak karena tidak diberi imunisasi lengkap yang dapat mengakibatkan risiko-risiko pertumbuhan anak yang terhambat, kelumpuhan, atau bahkan risiko kematian. Sehingga dalam film tersebut menginformasikan bahwa seorang anak tidak akan terjangkit polio bila diberikan imunisasi lengkap secara rutin. Dapat diputar pada saat kegiatan di posyandu.
2. Leafleat
Berisi informasi lengkap mengenai pentingnya pemberian imunisasi lengkap untuk bayi secara tertulis dan jelas. Misalnya berisi pengertian imunisasi, jenis imunisasi lengkap untuk bayi, manfaat imunisasi lengkap pada bayi, ancaman bila bayi tidak diberikan imunisasi lengkap, dll. Dapat diberikan pada saat kegiatan di posyandu, puskesmas, rumah sakit atau rumah bersalin.
3. Spanduk
Pemasangan spanduk yang berisi ajakan pada orangtua untuk memberi imunisasi lengkap pada bayinya. Dapat dipasang di depan puskesmas, posyandu, atau rumah sakit serta rumah bersalin, atau dapat juga di pinggir jalan yang berpotensi untuk diketahui orang.
4. Iklan di radio dan televisi
Iklan melalui radio atau televisi mengenai pentingnya imunisasi untuk bayi (5L), dosiarkan pada jam-jam umum atau pada jam yang berpotensi ibu-ibu dapat menyaksikan atau mendengarkan.
2. Susceptibility (Kerentanan)
Seorang bayi tentunya akan lebih rentan terkena penyakit dibandingkan orang dewasa karena daya tahan tubuh yang masih belum cukup kuat. Kerentanan ini yang membuat para ibu merasa perlu untuk memberikan imunisasi lengkap pada bayinya agar bayi tersebut mendapat kekebalan tubuh yang cukup dan tidak mudah terserang suatu penyakit baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
3. Severity (Keseriusan)
Ketika merasakan bahwa PD3I (Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi) seperti TBC, difteri, tetanus, pertusis, polio, hepatitis, dan campak adalah membahayakan bahkan dapat menyebabkan kematian, maka seorang ibu merasa perlu untuk memberi imunisasi lengkap pada bayinya untuk menghindari risiko tersebut.
4. Benefits (Keuntungan)
Imunisasi diperlukan untuk mencegah meluasnya penyakit-penyakit tertentu dan menghindari risiko kematian yang diakibatkannya. Sehingga keuntungannya apabila seorang bayi mendapat imunisasi lengkap adalah bayi tersebut akan mendapat kekebalan tubuh untuk menghindarkannya risiko penyakit bahkan kematian.
5. Costs (Sesuatu yang harus dikorbankan)
Rasa khawatir ketika mendapati efek yang ditimbulkan setelah pemberian imunisasi pada bayi seperti, kemerahan, demam, ruam pada kulit selama 1-3 hari (khususnya pada ibu yang baru mendapat putra pertama).
Selain itu, pengorbanan waktu orang tua si bayi yang secara rutin harus memperhatikan dan mematuhi jadwal imunisasi bayinya.
6. Cues to action
Factor pendorong dari luar seperti Posyandu, Puskesmas, Polindes, atau bahkan Rumah sakit yang memberi anjuran para ibu untuk secara rutin memberi imunisasi lengkap pada bayinya. Dapat juga melalui iklan di raio dan televisi mengenai pentingnya imunisasi lengkap untuk bayi (5L). Atau dari lingkungan terdekat, misalnya nenek si bayi, tetangga, atau orang-orang yang lebih berpengalaman untuk dapat memberikan dorongan pada ibu si bayi untuk mau memberi imunisasi lengkap pada bayinya.
Strategi Pendidikan penyadaran akan pentingnya pemberian imunisasi lengkap pada bayi
Sasaran dalam permasalahan tersebut adalah ibu yang memiliki bayi, khususnya ibu yang belum sadar akan pentingnya pemberian imunisasi lengkap untuk bayinya. Karena latar belakang dalam masalah ini ada beberapa macam seperti pengalaman sebelumnya dari orang-orang terdekat mengenai efek demam setelah imunisasi membuat seorang ibu enggan memberi imunisasi untuk bayinya, kurangnya informasi mengenai imunisasi dikarenakan terbatasnya akses pelayanan kesehatan, kematangan usia dalam pernikahan yang mempengaruhi kematangan pola pikir seseorang dalam mengambil keputusan. Sehingga pendidikan akan diberikan secara aktif bila lokasi akses pelayanan kesehatan kurang dapat terjangkau dengan baik, misalnya Polindes atau Puskesmas memberikan informasi mengenai imunisasi secara “Door to door” pada ibu yang baru melahirkan di lingkungan tersebut. Sedangkan untuk masyarakat perkotaan yang dapat dikatakan cukup mudah menjangkau akses pelayanan kesehatan, masalahnya mungkin pada waktu, karena itu salah satu cara yang dilakukan adalah rumah sakit atau rumah bersalin pada waktu melahirkan, dapat secara berkala mengingatkan sang ibu untuk mengimuisasikan bayinya sesuai jadwal misalnya melalui telepon.
Metode yang digunakan
1. Penjelasan langsung
a. Polindes atau Puskesmas memberikan informasi mengenai imunisasi secara “Door to door” pada ibu yang baru melahirkan di lingkungan tersebut (cakupan wilayah kerja Puskemas atau Polindes tersebut dan sekitarnya).
b. Sedangkan pada masyarakat perkotaan, Rumah sakit atau rumah bersalin pada waktu melahirkan mengingatkan (menelepon) jadwal imunisasi bayi dari ibu tersebut.
c. Penyadaran melalui kegiatan Posyandu rutin.
2. Siaran berprogram, Film
Fim yang berisi informasi pentingnya pemberian imunisasi lengkap pada bayi, disertai fakta-fakta akibat tidak diberikannya imunisasi lengkap pada bayi. Karena melalui film, seseorang akan lebih efektif untuk tertarik dan terangsang pola pikirnya (dalam pengambilan keputusan). Misalnya fakta penyakit polio yang menjangkit seorang anak karena tidak diberi imunisasi lengkap yang dapat mengakibatkan risiko-risiko pertumbuhan anak yang terhambat, kelumpuhan, atau bahkan risiko kematian. Sehingga dalam film tersebut menginformasikan bahwa seorang anak tiak akan terjangkit polio bila diberikan imunisasi lengkap secara rutin.
Media yang digunakan
1. Film
Memutar film yang berisi informasi pentingnya pemberian imunisasi lengkap pada bayi. Misalnya film tentang fakta penyakit polio yang menjangkit seorang anak karena tidak diberi imunisasi lengkap yang dapat mengakibatkan risiko-risiko pertumbuhan anak yang terhambat, kelumpuhan, atau bahkan risiko kematian. Sehingga dalam film tersebut menginformasikan bahwa seorang anak tidak akan terjangkit polio bila diberikan imunisasi lengkap secara rutin. Dapat diputar pada saat kegiatan di posyandu.
2. Leafleat
Berisi informasi lengkap mengenai pentingnya pemberian imunisasi lengkap untuk bayi secara tertulis dan jelas. Misalnya berisi pengertian imunisasi, jenis imunisasi lengkap untuk bayi, manfaat imunisasi lengkap pada bayi, ancaman bila bayi tidak diberikan imunisasi lengkap, dll. Dapat diberikan pada saat kegiatan di posyandu, puskesmas, rumah sakit atau rumah bersalin.
3. Spanduk
Pemasangan spanduk yang berisi ajakan pada orangtua untuk memberi imunisasi lengkap pada bayinya. Dapat dipasang di depan puskesmas, posyandu, atau rumah sakit serta rumah bersalin, atau dapat juga di pinggir jalan yang berpotensi untuk diketahui orang.
4. Iklan di radio dan televisi
Iklan melalui radio atau televisi mengenai pentingnya imunisasi untuk bayi (5L), dosiarkan pada jam-jam umum atau pada jam yang berpotensi ibu-ibu dapat menyaksikan atau mendengarkan.
0 komentar:
Post a Comment