Ahmad Sjafi’i (1998 :56)
Kesederhanaan dalam desain pada dasarnya adalah kesederhanaan selektif dan kecermatan pengelompokan unsur-unsur artistik dalam desain.
Kesederhanaan desain dapat memberikan suatu penilaian yang khas bagi karya seni itu sendiri. Bila dapat mengoptimalkan unsur kesederhanaan, baik dari ruang, garis, bentuk dan isi, maka karya yang dihasilkan bisa lebih bagus dan indah. Karena suatu kesederhanaan sangat lebih mudah diterima dibandingkan suatu kerumitan. Maka banyak karya yang berkelas tinggi bila bersifat sederhana namun mampu memberikan kesan yang indah.
Wadjiz (1985:47)
Estetika masa depan bergantung pada ilmu seni, maka harus diusahakan terciptanya hasil-hasil eksperimannya yang meyakinkan.
Menurut saya, untuk estetika masa depan sudah pasti akan lebih menarik untuk dibahas. Karena semakin bertambahnya usia zaman, maka karya yang dihasilkan disetiap zaman pasti memiliki karakter dan peminat keindahan yang berbeda juga. Misalnya, lukisan monalisa pada zaman dulu dianggap lukisan. Begitu pula untuk zaman-zaman berikutnya. Sudah pasti ada suatu karya yang bisa dikatakan sebagai salah satu maestro atau acuan untuk karya-karya yang lainnya.
Jadi untuk kedepannya, suatu masa juga akan menentukan bagaimana orang untuk berekspresi dalam berkarya. Terus berkarnya dengan eksperimen yang lebih extrim dan berberda dengan yang lainnya akan mampu menciptakan suatu karakters tersendiri. Oleh karena itu memang benar bahwa estetika masa depan bergantung pada ilmu seni yang semakin menarik untuk dipelajari.
Agus Sachari (1989)
Hakekat rasa bukanlah meniru, melainkan melepaskan kenyataan dari katerkaitan ego seseorang dan menjadikan pengalaman.
Menurut saya, sangatlah salah bila kita meniru suatu karya orang lain untuk kemudian kita membuatnya lebih indah. Karena sebenarnya kita telah menghancurkan karakter dan jati diri kita di dalam berkarya. Oleh karena itu, rasa ego dan pengalaman bila dipadukan dalam suatu karya seni, maka akan menghasilkan karya seni yang memiliki karakter yang kuat.
Karya seni yang mampu memiliki karakter, tentu tidak akan dipandang sebelah mata oleh para penikmat seni. Sedangkan untuk karya seni yang hanya meniru dari karya orang lain, maka karya seni tersebut tidak akan bertahan lama, baik dari segi popularitasnya maupun untuk menjadi trend.
Djoko Hartono (2008)
Tanpa jati diri kita hanya akan menjadi segerombolan massa yang mudah untuk dipengaruhi, disetir dan dikontrol.
Menurut saya, memang betul apa yang telah disampaikan oleh Djoko Hartono, karena setiap karya yang kita hasilkan merupakan cerminan dari diri kita. Bila kita terjun dalam dunia bisnis, maka kaitannya sangatlah erat. Bila kita hanya mampu berkarya berdasarkan permintaan orang, maka siap-siaplah karya tersebut dikatakan sebuah karya yang tidak indah. Tidak memiliki rasa dan tidak memiliki nilai keindahan.
Oleh karena itu, agar tidak mudah dipengaruhi, disetir dan dikontrol, maka kita harus mampu membuat karya yang memiliki karakter dan jati diri di dalam. Sebagus-bagusnya suatu karya seni akan terasa kosong, apabila tidak didapati suatu karakter dan jati diri didalamnya. Karena sebenarnya berisi adalah kosong. Maka sebaiknya kita membuat karya yang sederhana namun karakter dan jati diri kita sangat kuat didalamnya.
Dharsono (1993:17)
Kebenaran adalah relatif, keindahan juga relatif
Menurut saya, suatu keindahan memanglah berbeda-beda pada setiap orang. Pada dasarnya, ada dua golongan. Orang yang mengerti seni dan orang yang tidak mengerti. Bagi orang yang mengerti seni, menilai seni tentu membutuhkan waktu yang sangat lama. Karena detail, nilai filosofis yang terkandung didalamnya, pesan yang ada, dan unsur-unsur yang lainnya pasti menjadi suatu pertimbangan hanya untuk bisa menilai bahwa karya seni tersebut indah apa bukan.
Sedangkan bagi orang yang tidak mengerti seni, maka waktu yang dibutuhkan hanya sebentar. Bisa saja hanya dilihat sesaat dan bisa menyimpulkan bahwa karya tersebut sudah cukup indah atau tidak. Yang dilihat hanya secara garis besar saja, jelas dan warnanya menarik apa tidak. Maka dari sinilah orang memiliki suatu perbedaan pendapat dalam menilai karya seni.
John Dewey
Seni adalah bagian dari kehidupan dan dasar estetika merupakan pengalaman sehari-hari yang nyata.
Oleh karena itu, pengalaman hidup yang kita alami akan membentuk karakter dan jati diri. Maka yang kita butuhkan adalah pandai-pandai untuk mampu belajar dari pengalaman hidup yang telah kita alami. Bila kita sudah mampu mengambil suatu hikmah disetiap kejadian yang terjadi dan diungkapkan dalam suatu karya seni, maka karya tersebut mampu membentuk karakter dan jati diri kita.
Aristoteles (382 – 322 SM)
Seni itu suatu imitasi atau tiruan. Pada manusia, meniru dapat memberikan kegembiraan, keindahan.
Menurut saya, ketika kita mengawali dalam membuat karya, pasti secara tidak langsung kita melihat-lihat karya yang sudah ada baik hanya untuk dipelajari ataupun dijadikan panduan untuk belajar. Jadi hal tersebut sangatlah wajar. Namun, ada batasan yang perlu diketahui dalam meniru, yakni tidak meniru konsep yang sudah ada. Sebaiknya kita mempunyai konsep yang berbeda, namun untuk teknik dan proses pengerjaannya kita bisa belajar dari karya yang sudah ada. Tapi, untuk selanjutnya kita harus mampu membuat konsep dan teknik sendiri tanpa melihat karya yang sudah ada. Mengapa demikian, agar kita mampu memiliki suatu karakter yang khas dalam karya kita.
Joganatha
Keindahan adalah sesuatu yang menghasilkan kesenangan. Seni diolah melalui proses kreatif dari pikiran menuju pada penciptaan objek yang dihasilkan oleh getaran emosi. Inti keindahan adalah emosi.
Menurut saya, teori dan pendapat yang disampaikan oleh Joganatha bermaksud bahwa suatu karya akan lebih indah bila didalamnya ada ungkapan emosi dari pembuat karya. Memang benar, karya yang dibuat berdasarkan emosi dan emosi tersebut dapat reda dan tersalurkan dengan membuat karya seni, maka karya tersebut akan nampak indah, begitu nyaman untuk dinikmati.
Dalam hal ini, mungkin sebagian besar dapat kita lihat di cabang seni suara. Bila kita mendengarkan sebuah lagu yang penuh dengan penjiwaan dan emosi, maka lagu yang dinyanyikannya akan lebih enak didengar, bahkan mampu merenyuhkan hati. Kita yang mendengar menjadi merasakan apa yang dirasakan oleh penyanyi tersebut, padahal hanya melalau sebuah karya seni berupa lagu. Itulah hebatnya suatu emosi yang ada pada suatu karya seni.
Plato (428 -348 SM)
Sumber rasa keindahan adalah cinta kasih. Karena ada kecintaan, maka manusia selalu ingin kembali menikmati apa yang dicintainya itu. Rasa cinta pada manusia itu bukan hanya tertuju pada keindahan, tetapi juga kebaikan (moral) dan kebenaran (ilmu pengetahuan).
Menurut saya, memang betul bahwa keindahaan adalah cinta kasih. Bila kita sudah mencintai sesuatu, maka kita akan menikmatinya. Bahkan ada pepatah yang mengatakan ”cintailah apa yang kamu kerjakan, niscaya pekerjaan itu akan mencintai anda”. Hubungannya dengan pernyataan dari Plato adalah, bila kita melakukan suatu kegiatan yang berlandaskan rasa cinta, maka akan muncul suatu keindahan yang mampu menyenanngkan hati kita, bahkan orang disekitar kita.
Bila kita mampu menerapkan dalam suatu karya, maka karya yang kita hasilkan akan lebih indah, karena dilakukan dengan rasa cinta kasih. Memang cinta kasih cenderung ada di ruang lingkup suatu pasangan hidup, namun bila kita mampu sedikit merubah persepsi kita, bahwa cinta kasih itu juga mampu kita sampaikan melalui karya seni, maka karya kita akan nampak indah.
Wolfgang von Goethe
Ajaran estetika Goethe yang terpenting adalah mengenai seni karakteristik dan kesempurnaan atau keagungan seni.
Menurut saya, pada teori ini memang lebih ditekankan pada pemunculan karakter disetiap karya. Dan karya tersebut akan lebih terasa berbeda dan lebih memiliki rasa untuk dinikmati setiap detailnya. Karena penggunaan karakter yang sangat kuat ternyata mampu membuat suatu karya seni lebih hidup dibandingkan dengan karya seni yang hanya meniru. Contoh yang saya ketahui adalah lukisan Afandi. Dari dulu hingga sekarang, bila kita mengamati suatu karya dari Afandi, maka kita pasti sudah tau bahwa itu adalah hasil karya dari Afandi, karena disana ada karakter dia yang sangat kuat, baik dalam goresan tintanya ataupun struktur gambarnya.
Jadi bila karakter dalam diri kita mampu kita tampilkan dalam suatu karya seni, maka secara tidak langsung, karya seni tersebut akan nampak lebih hidup, bahkan suatu keindahan yang teramat akan didapatkan bagi kita semua. Dengan kata lain, suatu keagungan dan kesempurnaan suatu karya seni akan nampak dengan adanya pembentukan karakter yang kuat
Daftar Pustaka
Majalah ”CONCEPT Magazine” vol.4 edisi 22 _ 2008
Sumardjo, Joko(1985). Filsafat Seni, ......
Anwar, Wadjiz (1985). Filsafat Estetika,. Yogyakarta. Nur Cahaya
Sony, Dharsono (2004). Pengantar Estetika. Bandung. Rekayasa Sains
0 komentar:
Post a Comment