PEMBERIAN IMUNISASI POLIO | TUGAS KAMPUS

Forum MT5 (1 Post = 0.2$ )

PEMBERIAN IMUNISASI POLIO

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP
IBU BAYI DENGAN PRAKTIK KELENGKAPAN
PEMBERIAN IMUNISASI POLIO
DI PUSKESMAS

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

A. Latar Belakang
Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum perlu diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945 melalui pembangunan nasional yang berkesinambungan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. keberhasilan pembangunan kesehatan sangat dipengaruhi oleh tersedianya sumber daya manusia yang sehat, terampil dan ahli, serta disusun dalam suatu program kesehatan dengan perencanaan terpadu yang didukung oleh data dan informasi epidemiologi yang valid. (1)

Pada bulan Mei tahun 2005 ditemukan kasus polio di Sukabumi dengan jumlah penderita dua orang. Dua orang yang dinyatakan positif polio adalah seorang anak berusia sembilan bulan dari Desa Cidadap dan seorang anak berusia 30 bulan dari Desa Cipondoh, Kecamatan Cicurug(2). Menurut Undang-undang no. 4 tahun 1984 tentang penanggulangan wabah, orang tua yang tidak membawa balitanya untuk mendapat imunisasi polio, dapat dikenai sanksi. Sanksi yang diberikan dapat berupa denda sampai ancaman kurungan penjara selama satu tahun.(3)

Imunisasi sebagai salah satu upaya preventif untuk mencegah penyakit melalui pemberian kekebalan tubuh harus dilaksanakan secara terus-menerus, meyeluruh dan dilaksanakan sesuai standar sehingga mampu memberikan perlindungan kesehatan dan memutus mata rantai penularan. Salah satu penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi adalah poliomielitis. Poliomielitis adalah penyakit pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh satu dari 3 virus yang berhubungan yaitu virus polio tipe 1, 2 atau 3. secara klinis penyakit polio adalah anak dibawah umur 15 tahun yang menderita lumpuh layu akut (acute flaccid paralysis = AFP). Penyebaran penyakit adalah melalui kotoran manusia (tinja) yang terkontaminasi. Kelumpuhan dimulai dengan gejala demam, nyeri otot dan kelumpuhan terjadi pada minggu pertama sakit. Kematian bisa terjadi jika otot-otot pernapasan terinfeksi dan tidak segera ditangani. (4)

Dalam sidang majelis kesehatan sedunia atau World Health Assembly tahun 1988, negara-negara anggota (WHO), termasuk Indonesia, telah menyepakati pencapaian eradikasi polio atau pembasmian polio. Meskipun tahun 2000 ditargetkan sebagai tahun pencapaian eradikasi polio global akan tetapi pada kenyataannya hingga tahun 2003 masih ada beberapa wilayah regional Asia Tenggara atau South East Asian Region, dimana Indonesia terletak masih terdapat kasus polio. Indonesia direncanakan akan mencapai sertifikasi bebas polio tahun 2005. (5)

Polio merebak di Indonesia melalui anak-anak yang belum diimunisasi. Angka rata-rata dari cakupan imunisasi rutin di Indonesia adalah 70%, yang mengakibatkan sejumlah besar anak-anak tidak terlindungi dari penyakit ini. Pada kenyataanya angka cakupan imunisasi rutin tersebut menurun secara perlahan tapi pasti selama beberapa tahun terakhir. Terdapat beberapa daearah di tanah air yang angka imunitasnya bahkan lebih rendah lagi, yakni masyarakat yang paling miskin dan paling terpinggirkan. Karena penyakt polio pada umumnya tidak menunjukkan gejala-gejala apapun, sangatlah mudah bagi penyakit tersebut untuk beredar dari satu tempat ke tempat lainnya secara diam-diam melalui tubuh para penderitanya yang tidak menyadari jika dirinya telah terjangkit. Kenyataan ini menunjukkan betapa pentingnya untuk menjaga angka cakupan imunisasi rutin sebagai pertahanan nasional yang ampuh terhadap penyakit menular ini.(6)

Pada tahun 2005 angka kasus polio di Indonesia sebanyak 295 kasus. Di Propinsi Jawa Tengah terdapat 104 kasus polio. Sedangkan di Kabupaten Pati dari 152 penderita lumpuh layuh hanya 4 00rang yang positif terkena polio(7).

Pekan Imunisasi Nasional (PIN) merupakan suatu upaya yang dilaksanakan serentak secara nasional untuk mempercepat pemutusan siklus kehidupan virus polio importasi dengan cara memberikan vaksin polio kepada setiap balita termasuk bayi baru lahir tanpa mempertimbangkan status imunisasi sebelumnya. Pemberian imunisasi dilakukan 2 (dua) kali masing-masing 2 (dua) tetes dengan selang waktu 1 (satu) bulan. Pemberian imunisasi polio pada waktu PIN disamping untuk memutus rantai penularan, juga berguna sebagai booster atau imunisasi ulangan polio. Pekan Imunisasi Nasional (PIN) adalah Pekan dimana setiap balita termasuk bayi baru lahir yang bertempat tinggal di Indonesia diimunisasi dengan vaksin polio, tanpa mempertimbangkan status imunisasi sebelumnya. Pemberian imunisasi dilakukan 2 kali masing-masing 2 tetes dengan selang waktu satu bulan (1).

Perilaku ibu juga sangat berpengaruh pada kesehatan anaknya. Perilaku ibu yang berhubungan dengan kesehatan anaknya adalah dengan memberikan imunisasi kepada anak. Sudah menjadi kewajiban orang tua untuk melengkapi imunisasi secara penuh dan sempurna bagi anaknya. Pencapaian target imunisasi yang belum sesuai dengan yang diharapkan disebabkan oleh faktor pengelolaan program dan berkaitan dengan perilaku ibu yaitu keikutsertaan ibu (8).

Pendidikan merupakan faktor yang melatarbelakangi pengetahuan. Seorang yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan mempunyai tingkat pengetahuan yang lebih luas dibandingkan orang yang berpendidikan rendah (8.) Pengetahuan dilatarbelakangi oleh pendidikan. Jika pendidikan ibu meningkat maka pengetahuan, praktik dan usaha kesehatan bertambah baik(10). Pengetahuan akan membawa ibu untuk berpikir dan berusaha supaya anaknya tidak terkena polio. Dalam berpikir ini emosi dan keyakinan ikut bekerja sehingga ibu tersebut berniat mengimunisasikan anaknya untuk mencegah supaya anaknya tidak terkena polio. Sikap terhadap sakit dan penyakit adalah bagaimana penilaian atau pendapat seseorang terhadap gejala atau tanda-tanda penyakit, penyebab penyakit, cara penularan penyakit, cara pencegahan penyakit dan sebagainya (11). Sikap yang terbentuk dengan mengamati orang lain dapat menimbulkan sikap yang positif apabila menyenangkan atau sebaliknya. Si8kap seseorang dapat juga dipengaruhi oleh kebudayaan , tokoh agama, tokoh masyarakat, media massa, institusi atau lembaga tertentu serta faktor emosi dalam diri yang bersangkutan. Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau obyek, sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu(13).

Berdasarkan survey awal di puskesmas Gembong bulan September 2007 diperoleh data terdapat 632 jumlah bayi yang menjadi sasaran imunisasi polio di puskesmas Gembong Pati. Target cakupan imunisasi polio di puskesmas gembong adalah 53 bayi setiap bulannya. Pada polio 1 bulan Juli jumlah bayi yang diimunisasi melebihi dari target yang ditertukan yaitu sebanyak 67 (10,6 %) bayi, sedangkan pada polio 1 bulan Agustus mengalami penurunan jumlah bayi yang diimunisasi yaitu sebanyak 44 (7,0 %) bayi. Pada polio 2 bulan Juli jumlah bayi yang diimunisasi kurang dari target yang ditentukan sebanyak 50 (7,9 %) bayi, sedangkan pada polio 2 bulan Agustus jumlah bayi yang diimunisasi naik menjadi 57 (7,9 %) bayi. Pada polio 3 bulan Juli jumlah bayi yang diimunisasi melebihi dari target yang ditentukan yaitu sebanyak 62 (9,8 %) bayi, sedangkan pada polio 3 bulan Agustus jumlah bayi yang diimunisasi turun menjadi 50 (7,9 %) bayi. Sedangkan pada polio 4 bulan Juli jumlah bayi yang diimunisasi melebihi target yang ditentukan sebanyak 84 (13,3 %) bayi, sedangkan pada polio 4 bulan Agustus jumlah bayi yang diimunisasi polio adalah 55 (8,7 %). Dari jumlah bayi sebanyak 632, cakupan imunisasi di Puskesmas Gembong Pati dari bulan Januari sampai bulan Agustus 2007 cakupan imunisasi polio baru mencapai 322 (50,9 %) bayi. Data tersebut diatas didapat dari bidan desa yang terdapat di 11 kelurahan di Kecamatan Gembong yang dilaporkan kepada puskesmas.

Dari teori perilaku yang dikemukakan oleh Lauwrence Green, terbentuknya perilaku seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor yang salah satunya ialah faktor predisposisi yang terdiri atas pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dan nilai-nilai. Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi yang bersifat emosianal terhadap timulus sosial. Newcomb, ahli psikologi sosial, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek dilingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (11).
Berdasarkan hasil tersebut sebagai upaya untuk melaksanakan evaluasi terhadap pengetahuan dan sikap ibu yang berkaitan dengan praktik kelengkapan imunisasi polio maka penilis tertarik untuk melaksanakan penelitian “Hubungan pengetahuan dan sikap ibu bayi dengan praktik kelengkapan pemberian imunisasi polio di Puskesmas gembong Pati tahun 2008”.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti mengambil perumusan masalah “adakah hubungan pengetahuan dan sikap ibu bayi dengan praktek kelengkapan pemberian imunisasi polio di wilayah kerja puskesmas Gembong Pati tahun 2008?”.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu bayi dengan praktek kelengkapan pemberian imunisasi polio di puskesmas Gembong Pati tahun 2008.

2. Tujuan Khusus
a. Mendiskripsikan tingkat pengetahuan ibu bayi tentang kelengkapan pemberian imunisasi polio di puskesmas Gembong Pati tahun 2008.
b. Mendiskripsikan sikap ibu bayi tentang kelengkapan pemberian imunisasi polio di puskesmas gembong Pati tahun 2008.
c. Mengetahui hubungan pengetahuan ibu bayi dengan praktik kelengkapan pemberian imunisasi polio di puskesmas Gembong Pati tahun 2008.
d. Mengetahui hubungan sikap ibu bayi dengan praktik kelengkapan pemberian imunisasi polio di puskesmas Gembong Pati tahun 2008.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Menambah pengalaman dalam melakukan penelitian dan evaluasi terhadap hasil penerapan atau pelaksanaan program pelayanan kesehatan masyarakat.

2. Bagi Pemerintah
Sebagai masukan bagi penerapan kebijakan program pelayanan kesehatan dalam peningkatan kualitas pelayanan terhadap masyarakat.

3. Bagi Civitas Akademika
Menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya dalam peneliatian aspek kualitas pelayanan kesehatan serta memotivasi penelitian serupa yang lebih mendalam.


Share

Related Posts



0 komentar:

Cari Skripsi | Artikel | Makalah | Panduan Bisnis Internet Disini

Custom Search
 

Mybloglog

blogcatalog

Alphainventions.com

Followers

TUGAS KAMPUS Copyright © 2009 Blogger Template Designed by Bie Blogger Template