HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN IMS DENGAN KEJADIAN IMS PADA WPS DI RESOSIALISASI ARGOREJO KELURAHAN KALIBANTENG KULON
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia Sehat 2010 yang telah dicanangkan oleh Departemen Kesehatan, mempunyai visi yang sangat ideal, yakni masyarakat Indonesia yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.1)
Dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) disebutkan bahwa tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya derajat kesehatan yang optimal. Untuk mencapai derajat kesehatan nasional, maka perlu pembangunan nasional yang berwawasan kesehatan. Keberhasilan pembangunan kesehatan dapat diwujudkan melalui komitmen bersama dan mengubah paradigma lama menjadi baru dengan orientasi pembangunan kesehatan yang semula sangat menekan upaya kuratif, secara perlahan-lahan menjadi upaya kesehatan menuju kawasan sehat dengan peran aktif masyarakat. Guna mencapai harapan tersebut berbagai upaya kebijaksanaan dibidang kesehatan telah ditempuh, salah satunya adalah upaya menghadapi masalah penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS). 2)
Penyakit IMS disebut juga penyakit kelamin, merupakan salah satu penyakit yang mudah ditularkan melalui hubungan seksual, dengan ciri khas adanya penyebab dan kelainan yang terjadi terutama di daerah genital. Penyakit IMS ini merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup menonjol pada sebagian besar wilayah di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Dari laporan yang ada menunjukkan bahwa setiap negara masih tetap menghadapi bahaya dan akibat yang tidak diinginkan yang disebabkan oleh IMS. Kegagalan dalam mendiagnosis dan memberikan pengobatan pada stadium dini dapat menimbulkan komplikasi serius atau berat dan berbagai gejala sisa lainnya, antara lain : kemandulan (infertilitas), akibat buruk pada bayi, kahamilan di luar rahim (ectopic pregnancy), serta kematian dini. 3)
Angka penyakit IMS di kalangan WPS (Wanita Pekerja Seks) tiap tahunnya menunjukkan peningkatan. Saat ini diperkirakan 80%-90% WPS terjangkit IMS seperti : Neisseria gonorrhoeae, herpes simplex vinio tipe 2 dan clamidia. IMS yang berarti suatu infeksi kebanyakkan ditularkan melalui hubungan seksual (oral, anal dan lewat vagina). Harus diperhatikan bahwa IMS menyerang sekitar alat kelamin, tetapi gejalanya dapat muncul dan menyerang mata, mulut, saluran pencernaan, hati, otak dan organ tubuh lainnya. Ada beberapa penyakit IMS yang disebabkan oleh virus seperti : HIV, herpes kelamin dan hepatitis B adalah contoh IMS yang tidak dapat disembuhkan. Herpes kelamin memiliki gejala yang muncul hilang dan bisa terasa sangat sakit jika penyakit tersebut sedang aktif. Pada herpes, obat-obatan hanya bisa digunakan untuk mengobati gejala saja, tetapi virus yang menyebabkan herpes tetap hidup di dalam tubuh selamanya. 4,5)
Penelitian prevalensi IMS pada WPS, yang diselenggarakan oleh Sub Direktorat AIDS dan PMS, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Depertemen Kesehatan Indonesia bekerjasama dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan dan Program ASA pada tahun 2003, melaporkan bahwa 7 kota yang diteliti terdapat 62%-93% WPS jalanan yang terinfeksi IMS, 54%-74% WPS lokalisasi, dan 48%-77% WPS tempat hiburan. Khusus Kota Semarang dilaporkan terdapat 57% WPS lokalisasi dan 68% WPS jalanan yang terinfeksi lebih dari satu penyakit IMS. Pada WPS lokalisasi prevalensi IMS tertinggi adalah gonore (31%), klamidia (22%), bacterial vaginosis (16%), infeksi ganda gonore dan klamidia (9%), sifilis laten lanjut (5%), kandidiasis vaginalis (4%) dan trikomoniasis (3%). 6)
Pada WPS terdapat sedikitnya dua macam perilaku pencegahan keliru yang dipraktikan, yakni minum antibiotik dengan dosis tidak tepat (seperti : supertetra, tetrasiklin, ampisilin, amoksilin) dan kebiasaan mencuci vagina dimana kesehatan reproduksi juga berpengaruh terhadap penyebaran penyakit IMS. Perawatan organ reproduksi genital yang merupakan salah satu komponen hygiene perseorangan, juga memegang peranan penting dalam menentukan terhindarnya individu tersebut dari infeksi organ reproduksi, yakni vagina atau jalan lahir atau alat genital, sehingga perilaku yang mendasar, misalnya : cara mencuci organ reproduksi dengan baik tidak dapat diabaikan sebagai salah satu hal yang sangat penting dalam menentukan status hygiene atau perawatan organ reproduksi genital seseorang. Disamping itu, konsistensi pemakaian kondom masih rendah, bahkan perilaku sama sekali tidak menggunakan kondom masih sangat tinggi.
WPS adalah sebutan bagi seorang “pelacur”, tetapi ada juga yang menyebut dengan Pekerja Seks Komersial (PSK). Pada Ensiklopedia Nasional Indonesia dijelaskan bahwa kata “pelacur” sama artinya dengan “prostitusi” merupakan kegiatan manusia dalam menjual atau menyewakan tubuhnya untuk kenikmatan orang lain dengan mengharapkan sesuatu imbalan atau upah. 7,8)
Dari data yang didapat dari prasurvei Dinas Kesehatan Kota Semarang pada tahun 2008 didapatkan data bahwa WPS yang ada di Kota Semarang kurang dari 1200 orang. Dimana WPS tersebut mempunyai daerah mangkal yang terpisah-pisah yang tersebar di berbagai daerah di Kota Semarang yang salah satunya adalah di Resosialisasi Argorejo Kota Semarang.
Resosialisasi Argorejo adalah salah satu Resosialisasi yang paling besar di Kota Semarang yang letaknya di Kelurahan Kalibanteng Kulon Kecamatan Semarang Barat. Karena letaknya yang strategis dengan jaraknya yang dekat menyebabkan resosialisasi ini mudah untuk dikunjungi, sehingga dapat dikatakan tempat ini berisiko terhadap penularan penyakit IMS. Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Lebdosari Kota Semarang tahun 2008 terdapat 600 orang WPS yang berada di Resosialisasi tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalahnya adalah “ Adakah Hubungan Perilaku Pencegahan IMS dengan Kejadian IMS Pada WPS di Resosialisasi Argorejo Kota Semarang? ”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan perilaku pencegahan IMS dengan kejadian IMS pada WPS di Resosialisasi Argorejo Kota Semarang.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui kejadian IMS pada WPS
b. Mengetahui pengetahuan, sikap dan praktik pencegahan IMS dengan kejadian IMS pada WPS di Resosialisasi Argorejo Kota Semarang
c. Mengetahui hubungan antara pengetahuan tentang pencegahan IMS dengan kejadian IMS pada WPS di Resosialisasi Argorejo Kota Semarang
d. Mengetahui hubungan antara sikap terhadap pencegahan IMS dengan kejadian IMS pada WPS di Resosialisasi Argorejo Kota Semarang
e. Mengetahui hubungan antara praktik tentang pencegahan IMS dengan kejadian IMS pada WPS di Resosialisasi Argorejo Kota Semarang
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Keilmuan
Memberikan masukkan dan informasi yang diperlukan sebagai bahan pustaka untuk pengembangan selanjutnya dan dapat memperkaya khasanah keilmuan, khususnya di bidang kesehatan masyarakat dengan peminatan Epidemiologi.
2. Bagi Program
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Dinas Kesehatan sebagai sumber infomasi dalam upaya pembuatan program yang bertujuan untuk mencegah penularan IMS
3. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi secara benar kepada masyarakat khususnya WPS tentang penyakit IMS.
File terkait download dibawah ini:
File Download
Indonesia Sehat 2010 yang telah dicanangkan oleh Departemen Kesehatan, mempunyai visi yang sangat ideal, yakni masyarakat Indonesia yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.1)
Dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) disebutkan bahwa tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya derajat kesehatan yang optimal. Untuk mencapai derajat kesehatan nasional, maka perlu pembangunan nasional yang berwawasan kesehatan. Keberhasilan pembangunan kesehatan dapat diwujudkan melalui komitmen bersama dan mengubah paradigma lama menjadi baru dengan orientasi pembangunan kesehatan yang semula sangat menekan upaya kuratif, secara perlahan-lahan menjadi upaya kesehatan menuju kawasan sehat dengan peran aktif masyarakat. Guna mencapai harapan tersebut berbagai upaya kebijaksanaan dibidang kesehatan telah ditempuh, salah satunya adalah upaya menghadapi masalah penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS). 2)
Penyakit IMS disebut juga penyakit kelamin, merupakan salah satu penyakit yang mudah ditularkan melalui hubungan seksual, dengan ciri khas adanya penyebab dan kelainan yang terjadi terutama di daerah genital. Penyakit IMS ini merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup menonjol pada sebagian besar wilayah di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Dari laporan yang ada menunjukkan bahwa setiap negara masih tetap menghadapi bahaya dan akibat yang tidak diinginkan yang disebabkan oleh IMS. Kegagalan dalam mendiagnosis dan memberikan pengobatan pada stadium dini dapat menimbulkan komplikasi serius atau berat dan berbagai gejala sisa lainnya, antara lain : kemandulan (infertilitas), akibat buruk pada bayi, kahamilan di luar rahim (ectopic pregnancy), serta kematian dini. 3)
Angka penyakit IMS di kalangan WPS (Wanita Pekerja Seks) tiap tahunnya menunjukkan peningkatan. Saat ini diperkirakan 80%-90% WPS terjangkit IMS seperti : Neisseria gonorrhoeae, herpes simplex vinio tipe 2 dan clamidia. IMS yang berarti suatu infeksi kebanyakkan ditularkan melalui hubungan seksual (oral, anal dan lewat vagina). Harus diperhatikan bahwa IMS menyerang sekitar alat kelamin, tetapi gejalanya dapat muncul dan menyerang mata, mulut, saluran pencernaan, hati, otak dan organ tubuh lainnya. Ada beberapa penyakit IMS yang disebabkan oleh virus seperti : HIV, herpes kelamin dan hepatitis B adalah contoh IMS yang tidak dapat disembuhkan. Herpes kelamin memiliki gejala yang muncul hilang dan bisa terasa sangat sakit jika penyakit tersebut sedang aktif. Pada herpes, obat-obatan hanya bisa digunakan untuk mengobati gejala saja, tetapi virus yang menyebabkan herpes tetap hidup di dalam tubuh selamanya. 4,5)
Penelitian prevalensi IMS pada WPS, yang diselenggarakan oleh Sub Direktorat AIDS dan PMS, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Depertemen Kesehatan Indonesia bekerjasama dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan dan Program ASA pada tahun 2003, melaporkan bahwa 7 kota yang diteliti terdapat 62%-93% WPS jalanan yang terinfeksi IMS, 54%-74% WPS lokalisasi, dan 48%-77% WPS tempat hiburan. Khusus Kota Semarang dilaporkan terdapat 57% WPS lokalisasi dan 68% WPS jalanan yang terinfeksi lebih dari satu penyakit IMS. Pada WPS lokalisasi prevalensi IMS tertinggi adalah gonore (31%), klamidia (22%), bacterial vaginosis (16%), infeksi ganda gonore dan klamidia (9%), sifilis laten lanjut (5%), kandidiasis vaginalis (4%) dan trikomoniasis (3%). 6)
Pada WPS terdapat sedikitnya dua macam perilaku pencegahan keliru yang dipraktikan, yakni minum antibiotik dengan dosis tidak tepat (seperti : supertetra, tetrasiklin, ampisilin, amoksilin) dan kebiasaan mencuci vagina dimana kesehatan reproduksi juga berpengaruh terhadap penyebaran penyakit IMS. Perawatan organ reproduksi genital yang merupakan salah satu komponen hygiene perseorangan, juga memegang peranan penting dalam menentukan terhindarnya individu tersebut dari infeksi organ reproduksi, yakni vagina atau jalan lahir atau alat genital, sehingga perilaku yang mendasar, misalnya : cara mencuci organ reproduksi dengan baik tidak dapat diabaikan sebagai salah satu hal yang sangat penting dalam menentukan status hygiene atau perawatan organ reproduksi genital seseorang. Disamping itu, konsistensi pemakaian kondom masih rendah, bahkan perilaku sama sekali tidak menggunakan kondom masih sangat tinggi.
WPS adalah sebutan bagi seorang “pelacur”, tetapi ada juga yang menyebut dengan Pekerja Seks Komersial (PSK). Pada Ensiklopedia Nasional Indonesia dijelaskan bahwa kata “pelacur” sama artinya dengan “prostitusi” merupakan kegiatan manusia dalam menjual atau menyewakan tubuhnya untuk kenikmatan orang lain dengan mengharapkan sesuatu imbalan atau upah. 7,8)
Dari data yang didapat dari prasurvei Dinas Kesehatan Kota Semarang pada tahun 2008 didapatkan data bahwa WPS yang ada di Kota Semarang kurang dari 1200 orang. Dimana WPS tersebut mempunyai daerah mangkal yang terpisah-pisah yang tersebar di berbagai daerah di Kota Semarang yang salah satunya adalah di Resosialisasi Argorejo Kota Semarang.
Resosialisasi Argorejo adalah salah satu Resosialisasi yang paling besar di Kota Semarang yang letaknya di Kelurahan Kalibanteng Kulon Kecamatan Semarang Barat. Karena letaknya yang strategis dengan jaraknya yang dekat menyebabkan resosialisasi ini mudah untuk dikunjungi, sehingga dapat dikatakan tempat ini berisiko terhadap penularan penyakit IMS. Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Lebdosari Kota Semarang tahun 2008 terdapat 600 orang WPS yang berada di Resosialisasi tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalahnya adalah “ Adakah Hubungan Perilaku Pencegahan IMS dengan Kejadian IMS Pada WPS di Resosialisasi Argorejo Kota Semarang? ”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan perilaku pencegahan IMS dengan kejadian IMS pada WPS di Resosialisasi Argorejo Kota Semarang.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui kejadian IMS pada WPS
b. Mengetahui pengetahuan, sikap dan praktik pencegahan IMS dengan kejadian IMS pada WPS di Resosialisasi Argorejo Kota Semarang
c. Mengetahui hubungan antara pengetahuan tentang pencegahan IMS dengan kejadian IMS pada WPS di Resosialisasi Argorejo Kota Semarang
d. Mengetahui hubungan antara sikap terhadap pencegahan IMS dengan kejadian IMS pada WPS di Resosialisasi Argorejo Kota Semarang
e. Mengetahui hubungan antara praktik tentang pencegahan IMS dengan kejadian IMS pada WPS di Resosialisasi Argorejo Kota Semarang
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Keilmuan
Memberikan masukkan dan informasi yang diperlukan sebagai bahan pustaka untuk pengembangan selanjutnya dan dapat memperkaya khasanah keilmuan, khususnya di bidang kesehatan masyarakat dengan peminatan Epidemiologi.
2. Bagi Program
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Dinas Kesehatan sebagai sumber infomasi dalam upaya pembuatan program yang bertujuan untuk mencegah penularan IMS
3. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi secara benar kepada masyarakat khususnya WPS tentang penyakit IMS.
File terkait download dibawah ini:
File Download
0 komentar:
Post a Comment