Macam-Macam Penyakit | TUGAS KAMPUS

Forum MT5 (1 Post = 0.2$ )

Macam-Macam Penyakit

Macam-Macam Kejadian Penyakit Luar Biasa
Di Indonesia

Keracunan Makanan Terjadi Di Makassar

Makassar, Puskesmas Batua Kota keracunan makanan di makassar Makassar hari ini 28/12/ 2009 merawat 3 (tiga) pasien diare yang di duga akibat keracunan makanan . Keracunan makanan ini di perkirakan terjadi dari acara pesta pernikahan yang dilangsungkan di RW. V RT. III Kelurahan Batua. Bahkan salah satu petugas Puskesmas Batua Ikut terkena diare setelah setelah mengikuti acara resepsi pernikahan tersebut. Dan Diperkirakan beberapa penderita berobat di tempat lain tampa menyadari sebab awal penyakit diare yang mereka alami.

Menurut salah satu petugas lapangan puskesmas Batua hal ini merupakan kejadian luar biasa atau KLB keracunan,di perkirakan terjadi akibat kue cucuru yang dimakan di pesta tersebut. Hal seperti ini mungkin ini disebabkan oleh kurangnya pemahaman masyarakat tentang pengolahan makanan yang higenis dan cara penyimpanan makanan yang aman.

Badan Kesehatan dunia juga menganggap bahawa ini sebagai satu masalah dunia. Karena keadaan ini mudah dihindari jika kita tidak waspada dan menjadikan kebersihan itu sebagai satu prioritas.
Keracunan makanan bisa disebabkan oleh kuman atau mikrooganisma, racun atau toksin, dan bahan kimia. Keracunan akibat kuman khususnya, terjadi apabila keadaan sekitar yang memungkinkan kuman tersebut hidup dan berkembang biak , misalnya dalam cuaca yang panas, lembab dan kotor. Kuman ini bisa juga menghasilkan racun dan bahan-bahan kimianya tersendiri.

Tanda keracunan makanan :
Biasanya, keracunan makanan terjadi dalam waktu 48 jam setelah memakan makanan yang tercemar. Umumnya tanda keracunan makanan termasuk rasa mual, muntah, berak-berak (diarea), pusing serta gangguan perut. Ada juga yang lebih serius mengakibatkan keracunan sistem saraf. Keadaan ini lebih berbahaya bagi kanak-kanak.


Keracunan yang disebabkan oleh bakteri:
Campylobacterosis disebabkan oleh bacteria Campylobacter. Bakteri ini biasanya terdapat dalam ayam mentah, daging dan susu. Tanda-tanda keracunan terjadi dua hingga tiga hari setelah makan. Selain dari tanda-tanda umum, pasien akan mengalami demam dan berak darah. Bakteria Escherichia coli sering dikaitkan dengan berak-berak . Keadaan ini sering disebabkan oleh pengolahan makanan yang tidak bersih.
Cereus disebabkan oleh bakteria Bacillus cereus. Gejala sering timbul di antara satu hingga 18 jam setelah makan. Bagaimanapun waktu keracunan jenis ini tidak melebihi 24 jam.
Cholera disebabkan oleh bakteria Vibro cholera. Biasanya bakteria ini terdapat dalam makanan laut seperti ikan, kerang, kupang dan siput yang ditangkap di kawasan air tercemar. Tanda keracunan bermula di antara satu hingga tiga hari setelah makan dengan berak –berak ringan dan bisa menyebabkan kematian akibat kehilangan cairan tubuh akibat diare yang berlangsung lama.




Balikpapan KLB DBD

BALIKPAPAN-MI: Ibukota Provinisi Kalimantan Timur, Balikpapan ditetapkan berstatus Keadaan Luar Biasa (KLB) terhadap Demam Berdarah Dengue (DBD).

"Penetapan KLB terhadap DBD mulai Senin (11/1) oleh pemkot karena kasus yang terjadi dua kali lipat dari bulan sebelumnya," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK), Dyah Muryani di Balikpapan, Selasa (12/1).
Saat ini jumlah pasien DBD yang dirawat di rumah sakit sebanyak 108 orang, 79 di antaranya adalah anak-anak, 29 orang dewasa dan tiga orang masuk dalam ruang perawatan ICU, dan ditambah 60 kasus suspect, ujarnya.

Dyah mengatakan dengan ditetapkan KLB, pihaknya sudah memperoleh laporan ada satu korban yang meninggal karena DBD yaitu anak berusia tiga tahun. "KLB ditetapkan karena kasus pada Januari 2010 meningkat dibanding Desember 2009 sebanyak 78 kasus dengan dua meninggal dunia," katanya.
Adapun kawasan yang warganya banyak terkena kasus DBD di Balikpapan adalah kelurahan Mekar Sari, Gunung Sari Ilir dan Sepinggan. "Status KLB DBD yang telah ditetapkan ini, pemkot telah menyiapkan dana siaga KLB sebesar Rp200 juta dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)," ujar Dyah.

Langkah yang telah dilakukan untuk menekan kasus DBD adalah dengan melakukan pengasapan (fogging) pada fokus terjadinya kasus, abatesasi serta penyuluhan. "Kita harapkan para medis yang melakukan perawatan kepada pasien kasus DBD juga melakukan sosialisasi pencegahan," katanya.

Ia juga menganjurkan warga setempat melakukan gerakan 3M (menanam, menguras, menutup) terhadap barang, lokasi atau genangan air yang memungkinkan berkembangbiaknya jentik nyamuk Aedes Agepty. "Selain itu kita akan melakukan kerjasama dengan Dinas Pendidikan Kota (Disdik) untuk melakukan fogging di sekolah-sekolah, karena kebanyakan yang terkena DBD adalah anak-anak," ujar Dyah. (Ant/OL-06)

Tiga Kabupaten/Kota Sumut Alami KLB Campak

Penyakit campak yang ditandai demam tinggi dan adanya bintik-bintik merah di sekujur permukaan kulit, cukup memprihatinkan di Sumatera Utara. Tahun 2009 saja, hingga september sudah ada tiga kab/kota yang ditemukan mengalami kejadian luar biasa (KLB) campak, di antaranya Samosir, dan Phak-phak Bharat. Sehingga, untuk bayi yang tidak diimunisasi, berpotensi besar untuk terinfeksi. Namun, tidak menutup kemungkinan, untuk bayi yang sudah diberikan vaksin atau imunisasi secara lengkap sekalipun, akan terlepas untuk tidak sampai terinfeksi campak. Dikatakan Teguh, sebagai tim Surveillance Officer Dinas Kesehatan Sumut, yang didampingi Kepala Sub Dinas (Kasubdin) Pencegahan Penularan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2P PL) Dinas Kesehatan Sumut, dr Suhartini kepada Global, kalau sejak tahun 2007 hingga 2009, tidak semua kasus yang ditemukan rata-rata penderitanya tidak di imunisasi, justru diimunisasi.

Untuk tahun 2007 saja, dari kasus yang ditemukan sebanyak 84 kasus, dengan dua kab/kota mengalami KLB, yakni Sibolga sebanyak 136 kasus, dan Kec. Batang Toru Tapsel sebanyak 67 kasus, sekitar 138 orang diketahui sudah imunisasi tapi masih terkena campak.

Begitu juga tahun 2008, ditemukan 1079 kasus, justru sekitar 16 persen di antaranya sudah diimunisasi. Di mana dua puluh sembilan kali mengalami KLB campak di 11 kab/kota dengan penemuan 555 kasus, dan 2 tewas.

Sedangkan tahun 2009 hingga saat ini, sudah ditemukan 620 kasus. Dimana 181 orang diantaranya, diketahui sudah imunisasi. Dan dua kali mengalami KLB, yakni Kab. Phak-phak Bharat ditemukan 24 kasus, dan Samosir sebanyak 38 kasus, dengan kejadian dua kali KLB. masih banyaknya ditemukan kasus tidak hanya yang sudah diimunisasi, diduga terjadi karena faktor penjagaan rantai dingin vaksin yang kurang terjaga akibat dari keterbatasannya tempat penyimpanan vaksin. Dimana vaksin yang harusnya tetap berada dalam kondisi dingin hingga sampai ke titik sasaran, justru tidak terjaga. Karena keterbatasannya peralatan untuk penyimpanan vaksin, ditambah dengan wilayah geografis lokasi penyaluran vaksin jauh dan peralatan yang belum sesuai standar, menyebabkan vaksin yang tersimpan menjadi kurang potensial.


KLB Chikungunya di Trenggalek

Jumlah penderita penyakit chikungunya di Kabupaten Trenggalek dalam tujuh hari terakhir diprediksi mencapai 1.000 orang. Jumlah penderita yang ditemukan masih terus bertambah dan diperkirakan mencapai puncaknya pada bulan Febuari-Maret.

"Ini merupakan kejadian yang terbesar sepanjang sejarah di Kabupaten Trenggalek. Kami menyatakan sebagai kejadian luar biasa (KLB) atau outbreak," kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Trenggalek Noto Budianto, Kamis (7/1) di Trenggalek.

Tim dari dinas telah diturunkan ke lapangan untuk melakukan survei. Dari pendataan sementara ditemukan 522 penderita positif di Desa Pringapus dan Desa Ngerdani, Kecamatan Dongko. Masih ada dua desa lagi di kecamatan tersebut, yakni Desa Dongko dan Desa Sumberbening, yang melaporkan chikungunya tapi belum didata.

Di Kecamatan Suruh ditemukan sedikitnya 100 penderita chikungunya yang tersebar di Desa Nglebo dan Desa Wonokerto. Di Kecamatan Kampak, penyakit chikungunya menyebar di Desa Karangrejo dan Desa Kampak dengan jumlah penderita hampir satu desa.

Di wilayah Kecamatan Watulimo juga dilaporkan merebaknya penyakit chikungunya. Namun, karena keterbatasan tenaga medis, dinas kesehatan belum sempat mendata.

"Jumlah total penderita chikungunya di Trenggalek bisa mencapai 1.000 orang. Kami sampai kewalahan menerima telepon dari para kepala desa yang meminta penanganan chikungunya di wilayahnya. Semuanya minta agar wilayahnya di-fogging (pengasapan untuk membunuh nyamuk dewasa)," kata Kepala Bidang Penanggulangan Penyakit Menular Dinas Kesehatan Trenggalek Suparman.



Depkes Turunkan Tim ke Daerah Pandeglang KLB Malaria

Pandeglang - Departemen Kesehatan menurunkan tim untuk meninjau langsung lokasi kasus luar biasa (KLB) malaria di Kecamatan Cibitung dan Cikeusik, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Tim yang dipimpin Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang (PPBB) Depkes Rita Kusriatuti itu tiba di Pandeglang, Rabu dan langsung menuju Kampung Mentiung Kecamatan Cimanggu. "Saya bersama tim datang ke Pandeglang untuk melihat langsung kondisi di lapangan yang menjadi tempat KLB malaria," katanya.

Dalam kunjungan tersebut Dirjen PPBB juga akan menyerahkan bantuan secara simbolis pada Bupati Pandeglang Erwan Kurtubi, berupa rapid test, mikrosop dua unit, spraycan dua unit, ACT Arsuamon 100 dosis dan kelambu 200 unit. "Bantuan ini berasal dari Asosiasi Pengendali Nyamuk Indonesia (APNI) sebagai bentuk kepedulian terhadap menjangkitnya malarian di Pandeglang," ujarnya.

Bupati Pandeglang Erwan Kurtubi menjelaskan, daerah yang terserang KLB malaria tersebut merupakan daerah kondisi lingkungannya kurang baik terutama dan sanitasinya dibawah standar.
"KLB malaria itu terjadi itu disamping karena kondisi santiasi di daerah yang terserang kurang juga disebabakan faktor cuaca yang benar-benar ekstrem," katanya.

Pemerintah daerah, kata dia, sudah melakukan penanganan terhadap para korban yang terjangkit penyakit itu dengan mendirikan tiga unit posko di lokasi sehingga penyebaran malaria bisa dikendalikan. Penderita yang terjangkit penyakit tersebut juga telah ditangani oleh tim medis yang sejak kejadian telah diturunkan ke lokasi. Sekitar 157 warga Kecamatan Cikeusik dan Cimanggu positif terjangkit penyakit yang disebabkan gigitan nyamuk Anopheles tersebut.

Pemerintah daerah, melalui Dinas Kesehatan setempat telah melakukan berbagai upaya pencegahan penyabaran penyakit itu serta melaksanakan pelayanan medis untuk mengobati warga yang terjangkit.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang Iskandar menjelaskan, upaya pencegahan telah dilakukan,di antaranya penyemprotan (fogging) menggunakan insektisida bendiocarb 80 WB di rumah-rumah warga setempat. Selain itu, juga dilakukan larvisiding atau menaburkan serbuk pembunuh jentik di setiap lokasi yang ditemukan tempat perindukan potensial menggunakan sumilarv 0,5G, serta sebagai perlindungan untuk masyarakat dari gigitan nyamuk pada malam hari dengan kelambunisasi menggunakan kelambu berinsektisida LLIN's. Petugas kesehatan telah membagikan 400 kelambu pada warga di Desa Tanjungan dan Kutakarang Kecamatan Cikeusik sambil melakukan penyuluhan pada masyarakat terutama berkaitan dengan pembesihan lingkungan dan prilaku hidup sehat.



Dinkes Banyumas Nyatakan KLB Diare

Purwokerto–Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas, menetapkan status kejadian luar biasa (KLB) diare di wilayahnya karena penyakit ini telah menyebabkan enam warga meninggal dunia dalam sepekan. “Kami telah mengkategorikan kejadian diare ini sebagai KLB Diare. Kami juga telah membuat laporan ke Bupati Banyumas dan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah,” kata Kepala Dinas Kesehatan Banyumas, Widayanto di Purwokerto, Sabtu (24/10). Terkait hal itu, kata dia, biaya pengobatan penderita diare akan ditanggung pemerintah dan Dinkes Banyumas juga telah membuat posko di lokasi kejadian yang bertempat di Balai Desa Pamijen, Kecamatan Sokaraja. Ia mengatakan, Dinkes Banyumas telah memberikan kaporit pada sumur-sumur warga Desa Pamijen sebagai upaya menekan penyebaran bakteri penyebab diare.

Selain itu, lanjutnya, Dinkes Banyumas bersama Dinkes Provinsi Jateng telah mengambil sampel air dan kotoran korban diare untuk diuji di laboratorium kesehatan di Semarang yang hasilnya dapat diketahui satu pekan mendatang. Mengenai korban yang dirawat di rumah sakit (RS Margono Soekarjo Purwokerto, red.), menurut dia, hal itu disebabkan terlambatnya penanganan.

“Setelah dilakukan pemeriksaan, rata-rata para korban telah mengalami dehidrasi berat,” katanya.
Sebelumnya, wabah diare di Desa Pamijen telah menyebabkan enam warga meninggal dunia dalam sepekan, 10 orang menjalani perawatan di rumah sakit, dan 69 warga lainnya mengeluhkan gejala yang sama.


RSD Soewandhie Nyatakan KLB Pasien Gizi Buruk

Surabaya - Pasien gizi buruk yang dirawat di RSD Soewandhie sejak 3 minggu lalu terus meningkat. Hingga hari ini, jumlah pasien mencapai 25 pasien. Sedangkan pasien baru yang datang hari ini mencapai 4 anak. Angka ini dianggap meningkat, karena pada bulan Oktober 2009 lalu pasien gizi buruk yang dirawat di RSD Soewandhie mencapai 40 anak. Pihak RSD Soewandhie pun mendesak Dinas Kesehatan Surabaya sebagai kejadian luar biasa (KLB).

"Kita hanya bisa menunggu keputusan dari Dinas Kesehatan Surabaya, karena itu bukan wewenang kita. Tapi sebaiknya diberlakukan KLB karena pasiennya makin banyak," kata Kepala Bidang Rekam Medik RSU dr Soewandhie, Indriyati kepada detiksurabaya.com sata dihubungi, Jumat (20/11/2009). Indriyati menambahkan, rata-rata pasien baru gizi buruk yang datang dan dirawat berjumlah 2-5 pasien per minggu. Namun 2 minggu terakhir, dalam sehari pasien bisa mencapai 2-5 anak per hari. Sedangkan hari ini pasien gizi buruk yang datang sebanyak 4 anak. Salah satunya pasien gizi buruk berat. Mereka yakni Uswatun Khasanah (2) dengan berat badan 4 kg dan diagnosa kekurangan protein atau gizi buruk berat. Selain itu Soraya (2) berat badan 6,5 kg yang didiagnosa selain gizi buruk juga disertai sariawan berat dan dipenuhi luka di kepalanya, Noval (2) berat badan 6,1 kg dengan memiliki penyakit penyerta diare berat dan Sofiah (1,6) berat badan 6,5 kg yang disertai penyakit gabaken berat.

"Biasanya gizi buruk disebabkan berbagai faktor. Salah satunya kurang kesadaran orangtua untuk memeriksakan kondisi balitanya ke posyandu setempat," tambah Indriyati.
Selain itu faktor sosial ekonomi juga menjadi pendukung. "Biasanya para orangtua yang datang membawa anaknya dalam kondisi gizi buruk, penyakit penyertanya kondisi berat. Dan biasanya penyakit peryertanya diare akut, sesak nafas dan infeksi akut," jelasnya.

Sementara ahli gizi RSD Soewandhie, Dewi Purwanti mengaku sampai saat ini pihaknya kewalahan dengan pasien gizi buruk yang terus berdatangan. Apalagi tidak adanya action dari Dinas Kesehatan Surabaya. "Baru kali ini pasien gizi buruk meningkat. Tapi meski bulan lalu pasien gizi buruk mencapai 40 anak, belum ada upaya daru pihak dinkes," tegasnya. (ze/fat)


Flu Burung

INDERALAYA - Jumlah ayam yang mati mendadak di Ogan Ilir (OI) terus bertambah. Kalau sebelumnya, 294 ekor ayam peliharaan milik warga Perumahan Villa Bunga Mas, Kelurahan Timbangan dan Desa Lorok, Inderalaya Utara mati, kemarin 40 ayam dan itik milik warga Kelurahan Timbangan juga mati mendadak Kartila, pemilik ayam mengatakan, Rabu (2/12) sekitar pukul 05.00, ayam miliknya masih sehat. ‘’Tiba-tiba ayam yang sudah memiliki tiga ekor anak ini mati mendadak. Bangkai ayam itu langsung kami bakar,’’ ujarnya.

Mendapat informasi ayam mati, petugas Dinas Peternakan dan Perikanan OI menuju Kelurahan Timbangan dan melakukan penyemprotan kandang ayam serta membakar bangkai unggas mati. Hal ini dilakukan agar virus H5N1 tak menular ke manusia atau unggas lainnya.

Terpisah, Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Ogan Ilir Ir Noorman Yussalwan melalui Kasi Keswan dan Kesmavet drh Chalikul Bahri mengatakan, melihat banyaknya unggas mati mendadak dan hasil pemeriksaan rapid test dapat dikatakan telah terjadi KLB (kejadian luar biasa) flu burung di OI. ‘’Mewabahnya penyakit yang menyerang hewan dalam jumlah besar dapat dikatakan KLB,” ujarnya sembari menyebut matinya unggas di Timbangan positif virus H5N1. Upaya pencegahan yang dilakukan, lanjutnya, dengan menyemprotkan desinfektan ke kandang unggas dan membakar bangkai unggas yang mati. “Saya imbau pemilik ternak unggas tak meliarkan ternaknya. Walaupun memelihara ayam kampung sebaiknya kandang ayam dibuat jauh dari rumah agar tak menular ke manusia apabila terserang virus H5N1,” cetusnya.
Terhadap unggas yang belum terserang virus H5N1, pihaknya akan menvaksin seluruh unggas setelah wabah penyakit diatasi. ‘’Untuk saat ini percuma memberi vaksin H5N1 ke unggas karena sedang mawabah. Jika sudah reda maka pemberian vaksin akan dilakukan terhadap seluruh unggas milik warga. Paling tidak dua kali vaksin diberikan dalam jangka waktu tiga minggu,” pungkasnya.

RS Majalaya Kewalahan Terima Pasien Peminum Obat Anti Kaki Gajah

BANDUNG - Warga yang menderita karena efek samping obat anti kaki gajah terus berdatangan ke Rumah Sakit Umum Daerah Majalaya, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Hingga semalam, sudah lebih dari 645 pasien yang dirawat jalan maupun inap sejak Selasa lalu. "Saat ini yang dirawat inap 34 orang," kata Kepala Instalasi Gawat Darurat RS Majalaya Rustam Pane Effendi Sinaga, Jumat (13/11). Menurut dia, tim medis yang bertugas di IGD sampai kewalahan menangani pasien. "Bukan lembur lagi, ada yang tidak pulang selama dua hari," katanya. Di rumah sakit itu dokter jaga saat pagi hari hanya 7 orang dan 3 dokter di bagian sore. Sedangkan jumlah perawat ada 20 orang. Untuk menambah tenaga dokter, katanya, sulit dilakukan karena semua sudah memiliki tugas masing- masing. Pihaknya pun tidak meminta bantuan tambahan dokter dari rumah sakit lain. "Nggak bisa karena harus menambah anggaran," dalihnya.

Pasien yang datang, ujar Rustam, kebanyakan hanya ditangani dalam hitungan jam. Setelah kondisinya membaik, pasien sudah bisa kembali pulang. Selain diinfus, pasien juga diberi obat penurun asam lambung, atau demam. Seluruhnya dibebaskan biaya. Pasca pengobatan massal pemberantasan penyakit kaki gajah di Kabupaten Bandung yang serentak dimulai 10 November lalu, ratusan warga datang bergelombang ke sejumlah rumah sakit. Mereka umumnya mengeluhkan pusing, mual, dan muntah karena efek samping obat Diethyl Carbamazine Citrate (DEC) dan Albendazol yang diberikan kader kesehatan. Dari 31 kecamatan dengan sasaran peminum obat sebanyak 2,7 orang, jumlah pasien di RS Majalaya lebih banyak dibanding RS Soreang, Bina Sehat, atau AMC.

Dari catatan Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung, kecamatan Majalaya termasuk salah satu dari 15 daerah endemis penyakit kaki gajah. Dari hasil sampel tusuk jari, jumlah cacing filariasis dalam 1 cc darah warga mencapai 200 ekor. Angka itu merupakan yang tertinggi dibanding kecamatan lain. "Karena itu kasusnya paling banyak di Majalaya," ujar Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung dr. Suhardiman.

Melihat kondisi itu, Dinas Kesehatan Jawa Barat menyatakan kasus pengobatan kaki gajah itu sebagai kejadian luar biasa. Sedangkan untuk kasus dugaan kematian 8 orang akibat meminum obat itu, tim masih menyelidikinya di lapangan. "Apakah kasusnya betul? Karena ini sebenarnya untuk obat cacing," ujarnya.

Dinkes Kabupaten Malang Nyatakan Klb Flu Babi

Dinkes Kabupaten Malang menyatakan dalam status Kejadian Luar Biasa (KLB) Flu A H1N1 (Flu Babi). Penetapan status ini setelah diketahuinya hasil uji laboratorium terhadap sample ratusan santri di Kabupaten Malang menunjukkan positif Flu Babi, Rabu (5/8).

Kepala Seksi Pemberantasan Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kabupaten Malang Budi Wismanto dikonfirmasi, Kamis (6/8) mengatakan, Dinkes Kabupaten Malang setelah menerima hasil uji laboratorium secara lisan dari Balai Laboratorium Daerah di Surabaya, sampel yang diambil dari santri Ponpes Al Islafiyah Singosari dinyatakan negatif, namun sampel dari santri Babussalam Desa Banjarejo, Kecamatan Pagelaran dinyatakan positif.

Sebelumnya, santri di dua ponpes itu dilaporkan terserang flu secara massal, diduga itu adalah Flu Babi. Di Ponpes Al Islafiyah Singosari setidaknya ada 40 santri mengalami flu seperti gejala awal flu babi, sedangkan di Ponpes Babussalam tercatat ada 140 santri yang menderita flu. Untuk mengantisipasi penyebarannya, siswa yang positif terkena flu saat ini telah diisolasi diberi tempat tersendiri. Sementara pemberian tamiflu sebagai pencegahan sudah diberikan, juga sosialisasi ke masyarakat maupun puskesmas-puskesmas juga telah dilakukan. Dengan adanya penetapan status ini, maka seluruh petugas kesehatan di puskesmas harus menerapkan standar keamanan flu babi, seperti menggunakan masker selama beraktivitas di puskesmas. Selain itu, puskesmas dan bidan desa harus berkoordinasi dengan pesantren. Mereka juga harus memantau kondisi warganya dan melaporkan segera jika ditemukan adanya kasus yang dicurigai Flu Babi di daerah masing-masing.Sementara di Kota Mojokerto, untuk mengantisipasi meluasnya virus A H1N1 (virus flu babi) ratusan siswa terutama pada siswa baru dilakukan pemeriksaan oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Mojokerto. PLT Kabid Pencegahan Pengendalian Penyakit dan Penyelamatan Lingkungan (PPPPL) Dinkes Mojokerto, Ida Nurdiyati menambahkan, dinkes akan terus melakukan pencegahan dengan melakukan pemeriksaan kesehatan. Pemeriksaan ini tidak hanya dilakukan kepada santri saja, tetapi juga kepada seluruh siswa sekolah umum.Diharapkan dengan adanya tindakan pencegahan tersebut, penyebaran virus A H1N1 dapat diantisipasi. Selain itu, Dinkes Kota Mojokerto juga akan mengoptimalkan kinerja 5 Puskesmas Induk yang ada. Koordinator UKS dari Puskesmas Gedongan, Kecamatan Magersari Ernawati menuturkan, dalam pemeriksaan ini, pihaknya dibantu oleh 1 dokter umum dan 1 dokter gigi. Terdapat 4 pemeriksaan yag dilakukan, yakni pemeriksaan mata, gigi, fisik, dan pemeriksaan adanya kemungkinan siswa mengalami gejala flu dan batuk. “Jika dalam pemeriksaan ditemukan siswa yang mengalami gejala menyerupai flu, maka pihaknya akan segera memberikan obat dan merujuk siswa tersebut ke Puskesmas terdekat,” katanya.



Share


Related Posts



0 komentar:

Cari Skripsi | Artikel | Makalah | Panduan Bisnis Internet Disini

Custom Search
 

Mybloglog

blogcatalog

Alphainventions.com

Followers

TUGAS KAMPUS Copyright © 2009 Blogger Template Designed by Bie Blogger Template