PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada zaman dahulu pendidikan anak sepenuhnya menjadi tugas dan tanggung jawab orang tua dalam keluarga anak di bimbing dan dididik untuk menguasai pengetahuan dan ketrampilan hidup sederhana.
Lambat laun seiring dengan kemajuan masyarakat dan ilmu pengetahun orang tua tidak mampu lagi menangani pendidikan bagi para putera-puterinya sendiri, sebagian dari tugas pendidikan anak harus di serahkan kepada pihak lain yang di selenggarakan di sekolah.
Ada perbedaan pendapat mengenai fungsi utama sekolah. Pendapat pertama menyatakan bahwa sekolah sebagian lembaga kebudayaan pihak lain berpendirian bahwa fungsi utama sekolah adalah pembinaan dan pengembangan semua potensi individu, terutama pengembangan potensi fisik, intelektual dan moral setiap peserta didik. Pandangan terakhir mencakup keduanya, yaitu sekolah harus berfungsi sebagai tempat pendidikan formal untuk mengembangkan semua potensi peserta didik sebagai sumber daya manusia.
Tujuan pendidikan, isi, bahan, metode dan evaluasi hasil belajar dirancang menjadi suatu program kegiatan pendidikan berupa kurikulum-kurikulum sebagai program pendidikan yang direncanakan dan dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan tertentu, mempunyai peranan yang sentral dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian pengembangan kurikulum ?
2. Apa saja yang melandasi pengembangan kurikulum ?
3. Apa yang menjadi prinsip pengembangan kurikulum ?
4. Apa saja model-model pengembangan kurikulum ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Dapat mengerti pengertian pengembangan kurikulum.
2. Dapat mengerti apa saja yang melandasi pengembangan kurikulum.
3. Dapat memahami prinsip pengembangan kurikulum.
4. Dapat menerapkan model-model pengembangan kurikulum.
BAB II
PEMBAHASAN
Model-Model Pengembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum yang dilakukan secara sistematis perlu dilandasi suatu teori atau model. Model adalah suatu bentuk yang sederhana dari suatu teori. Ada beberapa model pengembangan kurikulum diantaranya yaitu model Ragers, Model R. Zais, model GranssRoats, model Beanchamp dan model Hilda Taba.
1. Model Ragers
Carl Ragers adalah seorang ahli psikologi yang berpandangan bahwa manusia dalam proses perubahan yang mempunyai kekuatan dan potensi untuk berkembang sendiri (Nana Sy. Sukmadinata, 1988 : 184). Model relasi interpersonal Rager terdiri dari empat langkah pengembangan kurikulum, yakni : (I) pemilihan satu sistem pendidikan sasaran, (II) pengalaman kelompok yang intensif bagi guru, (III) pengembangan suatu pengalaman kelompok yang intensif bagi satu kelas atau unit pelajaran, dan (IV) melibatkan orang tua dalam pengalaman kelompok yang intensif. Rogers lebih mementingkan kegiatan pengembangan kurikulum dari pada rancangan pengembangan kurikulum tertulis, yakni melalui aktifitas dan luterake dalam pengalaman kelompok intensif yang terpilih.
2. Model Administratif (Laie-Staff)
Model administratif atau garer komando (Laie-Staff) merupakan pola pengembangan kurikulum yang paling awal dan mungkin yang paling dikenal ( Zais, 1976, 447 : Nana Sy. Sukmadinata, 1988 : 179). Model pengembangan kurikulum ini berdasarkan pada cara kerja atasan-bawahan (top-down) yang dipandang efektif dalam pelaksanaan perubahan termasuk perubahan kurikulum.
Administratif / garis komando memiliki langkah-langkah berikut ini :
- Administrator pendidikan (pemimpin) membentuk komisi pengarah.
- Komisi pengarah bertugas merumuskan rencana umm, mengembangkan prinsip-prinsip sebagai pedoman dan menyiapkan suatu pernyataan filosofi dan tujuan-tujuan untuk seluruh wilayah sekolah.
- Komisi pengarah memeriksa hasil karya dari komisi kerja dan menyempurnakan bagian-bagian tertulis bila dianggap perlu.
Dari uraian mengenai model pengembangan kurikulum administrasi, kita dapat menandai adanya dua kegiatan di dalamnya : a) menyiapkan separangkat dokumen kurikulum baru dan b) menyiapkan instalasi dokumen. Dengan kata lain model administrasi membuuthkan kegiatan penyiapan kurikulum dengan baik. Pengembangan kurikulum dengan model dimulai dari pasar dengan membentuk panitia pengarah dan kemudian membentuk kelompok kerja yang terutama terdiri dari staf pengajaran ahli dan spesialis kurikulum kemudian hasil kerja di ujicoba oleh kamuse lainnya yang ditunjuk panitia pengarah.
3. Model Grass – Roots
Model pengembangan ini merupakan kebalikan dari model administratif sumber inisiatif dan upaya pengembangan kurikulum. Bila model administratif semua inisiatif dan upaya pengembangan kurikulum dari atas, maka model grass – roots semua inisiatif dan upaya pengembangan kurikulum dari bawah. Bisa dikatakan model administratif bersifat top-down (catatan-bawahan) sedangkan model Grass-roots dapat mengupayakan pengembangan sebagian komponen-komponen kurikulum terdapat dapat keseluruhan, dapat pula sebagian dari keseluruhan komponen kurikulum atas keseluruhan dari seluruh komponen kurikulum. Dalam pengembangan kurikulum model grass-roots perlu diingat 4 prinsip yang dikemukakan oleh Smith, Stanley, dan Shares (1957 dalam Zais, 1976 : 449), yakni :
Kurikulum akan bertambah baik hanya kalau kompetensi profesional guru bertambah baik.
Kompetensi guru akan menjadi bertambah hanya kalau guru “menjadi personil-personil yang dilibatkan dalam masalah” perbaikan (revisi) kurikulum.
Jika para guru bersama menanggung bentuk-bentuk yang menjadi tujuan yang dicapai, dalam memilih, mendefinisikan dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi serta dalam memutuskan dan menilai hasil, keterlibatan mereka dapat lebih terjamin.
Sebagai orang yang bertemu dalam kelompok-kelompok tatap muka, mereka akan mampu mengerti satu dengan yang lain dengan lebih baik dan membantu adanya konsesus dalam prinsip “dasar, tujuan”, dan perencanaan.
4. Model Beauchamp
Pengembangan kurikulum dengan menggunakan model Beauchamp memiliki lima bagian pembuatan keputusan. Lima tahap pembuatan keputusan tersebut adalah :
Menentukan arena pengembangan kurikulum, suatu keputusan yang menyebarkan ruang lingkup upaya pengembangan. Arena bisa berupa kelas, sekolah aau sistem pendidikan nasional.
Memilih dan melibatkan personalia pengembangan kurikulum, suatu keputusan yang menetapkan personalia upaya pengembangan kurikulum. Ada empat kategori personalia yang dilibatkan yakni : a) personalia ahli, misalnya ahli kurikulum atau ahli bidang studi (disiplin ilmu); (b) kelompok terpilih yang terdiri dari ahli pendidikan dan guru-guru terpilih; (c) semua personil profesional dalam sistem persekolahan dan (d) personil personil profesional dan tokoh-tokoh masyarakat yang terpilih.
Pengorganisasian dan prosedur pengembangan kurikulum dengan kegiatan sebagai berikut (a) membentuk tim pengembang kurikulum; (b) menilai kurikulum yang sedang berlaku; (c) studi awal tentang isi kurikulum yang baru dan alternatifnya. (d) merumuskan kriteria untuk memutuskan hal-hal yang dapat masuk dalam kurikulum baru dan (e) tim pengembang menyusun menulis kurikulum.
Implementasi kurikulum, yakni kegiatan untuk menerapkan kurikulum seperti yang sudah dipisahkan dalam ruang lingkup pengembangan kurikulum.
Evaluasi kurikulum yakni kegiatan yang memiliki 4 dimensi yang terdiri dari (a) evaluasi guru-guru yang menggunakan kurikulum; (b) evaluasi rancangan kurikulum, (c) evaluasi hasil belajar dan (d) evaluasi sistem pengembangan kurikulum.
(Zari, 1976) : 453, Nana Sy. Sukmadinata, 1988 : 18 – 182).
5. Model Hilda Taba
Model ini dimulai dengan melaksanakan dispermen, pengkajian teoritik, kemudian diimplementasikan, model ini berisi lima langkah pengembangan kurikulum, yaitu :
Sejumlah sifat pengajar menentukan unit-unit kurikulum yang akan dieksprementasikan, melalui kegiatan: (a) mendiagnosis kebutuhan, (b) merumuskan tujuan khusus, (c) memilih konten, (d) mengorganisasikan konten, (e) memilih pengalaman belajar, (f) meneliti keserasian urutan, kedalaman dan keluasan materi pelajaran.
Mengujicobakan unit “untuk mengkaji validitas dan kelayakan mengajarkannya”
Merevisi hasil uji coba serta menyerasikannya.
Mengembangkan kerangka kerja teoritik, dipandu dengan pertanyaan-pertanyaan :
Apakah isi unit-unit yang dikembangkan sudah sesuai dengan urutan, kekuasaan dan kedalamannya.
Apakah pengalaman belajar telah memberikan kesempatan perkembangan intelektual emasional dan jasmaniah?
Menyimpulkan kembali dan mendiseminasikan hasil yang diperoleh, termasuk penyiapan staf guru, melalui lokakarya dan sebagainya.
6. Model Action Research
Model Action research mengutamakan penelitian sistematis oleh tenaga-tenaga peneliti kurikulum profesional mengenai masalah “kurikulum. Langkah pertama ialaha meneliti adanya suatu masalah dalam kelas / sekolah yang perlu diteliti secara mendalam. Langkah kedua ialah meneliti faktor” penyebabnya. Langkah ketiga ialah merencanakan cara pemecahanya. Langkah keempat ialah melaksanakan keputusan tentang pemecahan masalah. Akhirnya dilakukan penelitian tentang kekuatan dan kelemahanya sebagai masukan untuk upaya perbaikan.
7. The Demonstration Model
Model demonstration pada dasarnya bersifat Grass roots, datang dari bawah. Menurut Smith Stanley dan Shores ada dua variasi model demonstrasi ini.
Pertama, sekelompok guru dari satu sekolah atau beberapa sekolah ditunjuk untuk melaksanakan suatu percobaan tentang pengembangan kurikulum. Proyek ini bertujuan mengadakan penelitian dan pengembangan tentang salah satu atau beberapa segi/komponen kurikulum. Hasil penelitian dan pengembangan kurikulum ini diharapakan dapat digunakan lagi lingkungan yang lebih luas.
Bentuk yang kkedua, kurang bersifat formal.
Beberapa guru yang merasa kurang puas dengan kurikulum yang ada, mencoba mengadakan penelitian dan pengembangan sendiri.
Mereka mencoba menggunakan hal-hal lain yang berbeda dengan yang berlaku. Dengan kegiatan ini mereka mengharapkan ditemukan kurikulum atau aspek tertentu dari kurikulum yang lebih baik, untuk kemudian digunakan didaerah yang lebih luas.
8. Emerging Technical Models
Perkembangan bidang teknologi dan ilmu pengetahuan serta nilai – nilai efesiensi efektivitas dalam bisnis juga mempengaruhi perkembangan model-model kurikulum.
Tumbuh kecenderungan – kecenderungan baru yang didasarkan atas hal itu, diantaranya.
a. The Behavioral Analysis Model, menekankan penguasaan perilaku atau kemampuan. Suatu perilaku/kemampuan yang kompleks diuraikan menjadi perilaku-perilaku yang sederhana yang tersusun secara hierarkis. Siswa mempelajari perilaku-perilaku tersebut secara berangsur-angsur mulai dari yang sederhana menuju yang lebih kompleks.
b. The System Analysis Model berasal dari gerakan efisiensi bisnis. Langkah pertama dari model ini adalah menentukan spesifikasi perangkat hasil belajar yang harus dikuasai siswa. Langkah kedua adalah menyusun instrumen untuk menilai ketercapaian hasil-hasil belajar tersebut. Langkah ketiga, mengidentifikasi tahap-tahap ketercapaian hasil serta perkiraan biaya yang diperlukan, Langkah keempat, membandingkan biaya dan keuntungan dari beberapa program pendidikan.
c. The Computer-Based Model, suatu model pengembangan kurikulum dengan memanfaatkan komputer..Pengembangannya dimulai dengan mengidentifikasi seluruh unit-unit kurikulum, tiap unit kurikulum telah memiliki rumusan tentang hasil-hasil yang diharapkan. Kepada para siswa dan guru-guru diminta untuk melengkapi pertanyaan tentang unit-unit kurikulum tersebut. Setelah diadakan pengolahan disesuaikan dengan kemampuan dan hasil-hasil belajar yang dicapai siswa disimpan dalam komputer.
BAB III
PENUTUP
B. Kesimpulan
Istilah “kurikulum” memiliki berbagai tafsiran yang dirumuskan oleh pakar-pakar dalam bidang pengembangan kurikulum sejak dulu sampai dengan dewasa ini. Tafsiran – tafsiran tersebut berbeda-beda satu dengan yang lainya, sesuai dengan titik berat dari bahasa latin, yakni “Curricule” artinya jarak yang ditempuh oleh seorang pelari. Pada waktu pendidikan yang harus dtempuh oleh siswa yang bertujuan memperoleh ijazah.
Landasan pengembangan kurikulum terdiri dari 1) Landasan Filosofis, 2) Landasan Sosial – Budaya – Agama, 3) Landasan Ilmu Pengetahuan Teknologidan seni, 4) Landasan Kebutuhan Masyarakat, 5) Landasan Perkembangan Masyarakat.
Dalam pengembangan kurikulum menggunakan tiga prinsip yaitu: 1) Prinsip Relevansi, 2) prinsip Kontinuitas, 3) Pinsip Fleksibilitas dan menggunakan model – model pengembangan kurikulum yang dapat meningkatkan mutu pendidikan yang terdiri dari model Rogers, Model R. Zais, Model Grass Roots, Model Beauchamp dan model Hilda Tada
C. Saran
Sebaiknya model-model pengembangan digunakan dalam sekolah seuai dengan situasi sekolah tersebut. Serta dapat menempatkan model pengembangan kurikulum agar dapat meningkatkan mutu pendidikan agar tercapai tujuan nasional.
D. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dlam makalah ini adalah sebagai berikut:
- Dapat mengerti pengertian pengembanngan kurikulum
- Dapat mengerti apa saja yang melandasi pengembangan kurikulum
- Dapat memahami prinsip pengembangan kurikulum
- Dapat menerapkan model-model pengembangan kurikulum
DAFTAR PUSTAKA
1. Prof. DR. Max Darsono. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP PGRI Semarang.
2. Dr. Dimyati, Drs. Mudjiono.2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineke Cipta.
3. Hamalik, Dr. Oemar. 2008. Kurikulum dan Pmebelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
4. Prof. Sukmadinata, DR. Nana Syaodih. 1997. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek
0 komentar:
Post a Comment