download makalah, skripsi, tesis dll. |
- SKRIPSI HUBUNGAN KANDUNGAN INFORMASI PENDAPATAN BUNGA BERSIH, KOMPONEN ARUS KAS, DAN PENGUNGKAPAN POS-POS LAPORAN KEUANGAN TERHADAP EXPECTED RETURN SAHAM PERBANKAN
- SKRIPSI ANALISIS HUBUNGAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN FDI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA
- SKRIPSI STRATEGI PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN X (STUDI MENGENAI PENINGKATAN DI BIDANG PAJAK DAERAH)
- SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK TAMAN KANAK-KANAK MELALUI PEMANFAATAN MEDIA BALOK CUISENAIRE
- SKRIPSI ANALISIS BIAYA DAN HARGA POKOK PRODUKSI KAYU GERGAJIAN (SAWN TIMBER) HUTAN RAKYAT
- TESIS PERAN ZAKAT DALAM OPTIMASI PORTOFOLIO INVESTASI ASET (STUDI KASUS PADA UNIT USAHA SYARIAH BANK X)
- TESIS PENGARUH METODE PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS
Posted: 11 Jul 2011 12:51 AM PDT (KODE : EKONAKUN-0074) : SKRIPSI HUBUNGAN KANDUNGAN INFORMASI PENDAPATAN BUNGA BERSIH, KOMPONEN ARUS KAS, DAN PENGUNGKAPAN POS-POS LAPORAN KEUANGAN TERHADAP EXPECTED RETURN SAHAM PERBANKAN BAB I PENDAHULUAN Setiap perusahaan tentunya membutuhkan dana untuk dapat mengelola dan mengembangkan usahanya. Salah satu cara untuk memperoleh dana tersebut adalah dengan menghimpun dana masyarakat, yakni dengan cara menerbitkan surat berharga seperti saham. Agar kegiatan penghimpunan dana tersebut lancar, maka dibutuhkanlah suatu wadah perantara atau intermediasi yang dikenal sebagai pasar modal. Dalam melakukan investasi di pasar modal, khususnya di pasar saham, investor harus memiliki pemahaman dan analisis yang sangat baik karena pasar saham memiliki tingkat ketidakpastian yang tinggi. Situasi ketidakpastian ini mendorong investor yang rasional untuk selalu mempertimbangkan risiko dan expected return setiap sekuritas. Risiko dan expected return tersebut dapat dinilai berdasarkan informasi kualitatif maupun kuantitatif (Kurniawan, 2000). Pada saat seorang investor melakukan analisis terhadap perusahaan target investasinya, ia dapat menggunakan berbagai sumber informasi baik yang bersifat historis maupun aktual. Pada umumnya, investor menggunakan data-data historis dalam membuat suatu estimasi. Salah satu bentuk data historis adalah laporan keuangan perusahaan. Investor sangat bergantung pada laporan keuangan yang menyediakan data keuangan utama mengenai perusahaan (Jones, 2004). Investor menggunakan informasi-informasi yang terdapat pada komponen laporan keuangan, yaitu Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Ekuitas dan Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan keuangan disusun dan disajikan untuk memenuhi kebutuhan sejumlah besar pengguna, oleh karena itu mereka sangat bergantung pada laporan keuangan sebagai sumber utama informasi keuangan. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan bersifat umum, sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan informasi dari setiap pengguna. Namun, karena para investor merupakan penanam modal berisiko maka ketentuan laporan keuangan yang memenuhi kebutuhan mereka juga akan memenuhi sebagian besar kebutuhan pengguna lainnya. Investor dan manajer investasi berkepentingan dengan risiko dan hasil dari pengembangan investasinya. Pihak-pihak tersebut membutuhkan informasi yang relevan dalam pengambilan keputusan, akan tetapi akses yang dimiliki oleh mereka sangatlah terbatas. Oleh karena itu, investor dan manajer investasi mempunyai ekspektasi yang sangat tinggi bahwa laporan keuangan perusahaan dapat menyediakan informasi yang mereka butuhkan. PSAK No 1 menyebutkan bahwa tujuan umum dari laporan keuangan adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas yang berguna bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam rangka membuat keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang telah dipercayakan kepada mereka. Oleh karena itu, laporan keuangan sebagai sumber informasi utama dari suatu perusahaan memegang peranan penting bagi investor untuk melakukan analisis risiko dan expected return dari sumber daya yang diinvestasikannya. Pelaporan keuangan merupakan media komunikasi perusahaan dengan pihak eksternal dan diperlukan oleh berbagai pihak untuk mengambil keputusan. Fokus utama dalam pelaporan keuangan adalah penyajian informasi mengenai kinerja perusahaan yaitu dengan cara mengukur laba dan komponennya. Investor, kreditor, dan pengguna lainnya yang tertarik untuk menilai prospek net cash inflow perusahaan, umumnya tertarik pada informasi ini (Anggono, 2002). Laporan laba rugi mencakup banyak angka laba, yang terdiri dari laba kotor, laba operasi dan laba bersih. Laba kotor dilaporkan lebih awal dari laba operasi, sedangkan laba operasi dilaporkan sebelum laba bersih. Artinya perhitungan angka laba kotor akan menyertakan lebih sedikit komponen pendapatan dan biaya dibandingkan dengan laba operasi; dan perhitungan laba operasi juga menyertakan lebih sedikit komponen pendapatan dan biaya dibandingkan dengan perhitungan laba bersih (Daniati dan Suhairi, 2006). Walaupun demikian, semua angka laba tersebut memiliki tujuan yang sama yaitu sebagai ukuran efisiensi manajer dalam mengelola perusahaan. Pilihan metode akuntansi banyak ditemukan dalam penyusunan laporan laba rugi. Semakin detail perhitungan suatu angka laba maka akan semakin banyak pilihan metode akuntansi yang akan menyebabkan kualitas laba yang diukur dengan koefisien respon laba menjadi lebih rendah (Scott, 2000). Febrianto (2005) meneliti tentang perbandingan kualitas kandungan informasi antara laba kotor, laba operasi dan laba bersih dengan mengambil sampel perusahaan non-keuangan dan non-asuransi periode 1993-2002. Ketiga angka laba tersebut diuji secara terpisah dengan mengunakan persamaan regresi sederhana. Hasil penelitiannya membuktikan bahwa angka laba kotor memiliki kualitas laba yang lebih informatif, lebih operatif dan lebih mampu menggambarkan hubungan antara laba dengan harga saham, dibandingkan dengan laba operasi maupun laba bersih. Selain itu Daniati dan Suhairi (2006) juga berhasil membuktikan bahwa laba kotor memiliki pengaruh yang signifikan terhadap expected return saham. Namun, keterbatasan dalam dua penelitian di atas adalah pengujian laba kotor hanya dilakukan pada industri manufaktur saja, sehingga kemungkinan hasil yang berbeda dapat ditemui pada industri lain yang memiliki karakteristik berbeda dibandingkan industri manufaktur. Selain laba dan komponennya, indikator kinerja perusahaan dapat dilihat dari arus kas. Sebuah perusahaan yang mampu menghasilkan angka arus kas yang surplus dapat dilihat sebagai salah satu indikator kesuksesan perusahaan. Arus kas merupakan bagian yang penting dalam perusahaan yang ingin beroperasi secara terus-menerus, karena tanpa adanya arus kas, kelangsungan hidup perusahaan akan tersendat-sendat. Dengan demikian, salah satu informasi yang bermanfaat bagi pengambilan keputusan adalah bersumber dari laporan arus kas perusahaan (Diyanti, 2000). Penelitian yang menguji arus kas dilakukan oleh Triyono dan Jogiyanto (2000) dan hasilnya membuktikan bahwa total arus kas tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan harga saham. Namun demikian, pemisahan total arus kas ke dalam tiga komponen arus kas yaitu arus kas dari kegiatan operasi, investasi dan pendanaan membuktikan adanya hubungan yang signifikan dengan harga saham. Pembedaan komponen arus kas seperti yang disyaratkan dalam PSAK No. 2 ternyata memiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap return saham. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa informasi laba dan arus kas dapat dijadikan sebagai indikator kinerja perusahaan. Namun, indikator kinerja perusahaan akan menjadi informasi yang kurang lengkap tanpa disertai oleh informasi dalam pengungkapan pos-pos laporan keuangan. Oleh karena itu, pengungkapan menjadi hal yang sangat penting sebelum investor membuat suatu keputusan investasi. Semakin baik kualitas informasi yang diungkapkan maka akan semakin baik pula kualitas investasi yang dihasilkan (Mohammed dan Yadev, 2004). Jika pengungkapan yang dilakukan tidak sempurna, investor akan menghadapi risiko dalam memprediksi return masa depan atas investasi yang mereka lakukan (Barry & Brown, 1986). Saat ini, kebutuhan terhadap pengungkapan juga semakin tinggi karena berguna untuk menyediakan penjelasan yang lebih lengkap mengenai posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan. Semua materi harus diungkapkan termasuk infomasi kuantitatif dan kualitatif yang akan sangat membantu para pengguna laporan keuangan (Siegel dan Shim, 1994). Tingkat pengungkapan yang tinggi mengurangi estimasi risiko yang timbul dari estimasi tingkat pengembalian aktiva investor atau distribusi hasil operasi perusahaan (Handa dan Linn, 1993). Tingkat pengungkapan yang tinggi mengurangi tingkat asimetri informasi. Laporan keuangan yang transparan menyebabkan estimasi investor atas risiko yang ada pada perusahaan rendah, sehingga tingkat expected return oleh investor juga rendah Clarkson (1996) dan Coles (1995). Dari uraian yang telah dijelaskan di atas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan memiliki peranan yang sangat penting dalam memberikan informasi kepada para pengguna untuk membuat keputusan sesuai dengan kepentingan mereka masing-masing. Dengan semakin pentingnya laporan keuangan perusahaan bagi para pengguna, maka laporan tersebut dituntut untuk dapat mencerminkan kondisi dan prospek masa depan perusahaan. Informasi yang disajikan harus transparan dan dipastikan kewajarannya oleh auditor, sehingga para pengguna laporan keuangan tidak merasa dirugikan. Bagi investor, informasi dalam laporan keuangan digunakan untuk menentukan berapa besar tingkat risiko dan expected return sebelum ia membuat keputusan investasi. Semakin pentingnya informasi dalam laporan keuangan, membuat banyak peneliti tertarik untuk menguji kandungan informasi dalam laporan keuangan. Penelitian ini akan kembali menguji kandungan informasi pada laporan keuangan. Pada umumnya, penelitian-penelitian terdahulu menghubungkan kandungan informasi dari laba kotor dan komponen arus kas terhadap abnormal return. Penelitian-penelitian tersebut mengasumsikan expected return sama dengan actual return periode lalu dan memfokuskan penelitian pada ada tidaknya kandungan 'new information' pada laporan keuangan yang disajikan perusahaan dengan melihat signifikansi koefisien hubungan komponen laporan keuangan dengan selisih antara actual return periode berj alan dengan expected return. Berbeda dengan penelitian-penelitian tersebut, penelitian ini akan mengkaji kandungan informasi dari komponen laporan keuangan dengan menganalisis signifikasi koefisien hubungan komponen laporan keuangan tersebut dan expected return. Penelitian ini memandang informasi pada komponen laporan keuangan sebagai faktor yang dapat mempengaruhi expected return investor. Expected return merupakan suatu bagian return yang penting karena pada saat pertama kali akan membuat keputusan investasi, investor akan selalu membuat suatu estimasi berapa return yang diharapkan atas investasi yang akan dilakukan (Jogiyanto, 2003). Penelitian yang dilakukan mengenai pengaruh kandungan informasi dari laba kotor dan komponen arus kas terhadap expected return saham ini masih sangat terbatas jumahnya. Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan referensi utama dari penelitian yang telah dilakukan oleh Daniati dan Suhairi (2006) yang menguji kandungan informasi dari komponen arus kas, laba kotor dan size perusahaan terhadap expected return saham. Namun berbeda dengan penelitian Daniati dan Suhairi (2006) yang menggunakan sampel perusahaan industri manufaktur (sub industri tekstil dan otomotif) untuk periode 1999-2004, penelitian ini akan menggunakan sampel perusahaan pada industri perbankan untuk periode 2002 -2006. Penelitian ini juga tidak hanya meneliti pengaruh kandungan informasi pada komponen laporan laba rugi dan laporan arus kas, namun juga mengkaji kandungan informasi pada catatan atas laporan keuangan perusahaan, terhadap expected return. 1.2. Permasalahan dan Ruang Lingkup Penelitian Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah pendapatan bunga bersih, komponen arus kas dan pengungkapan pos-pos laporan keuangan memiliki hubungan dengan expected return saham perusahaan di industri perbankan? Penelitian dilakukan atas perusahaan di industri perbankan, yang sahamnya terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan utama penelitian ini adalah menguji hubungan kandungan informasi pada komponen laporan keuangan industri perbankan dan expected return saham perusahaan. Tujuan penelitian secara khusus adalah sebagai berikut: 1. Menguji hubungan kandungan informasi pada pendapatan bunga bersih pada laporan laba rugi perusahaan perbankan dan expected return. 2. Menguji hubungan kandungan informasi pada arus kas kegiatan operasi pada laporan arus kas perusahaan perbankan dan expected return. 3. Menguji hubungan kandungan informasi pada arus kas kegiatan investasi pada laporan arus kas perusahaan perbankan dan expected return. 4. Menguji hubungan kandungan informasi pada arus kas kegiatan pembiayaan pada laporan arus kas perusahaan perbankan dan expected return. 5. Menguji hubungan kandungan informasi pada pengungkapan pos-pos laporan keuangan perusahaan perbankan dan expected return. 1.4. Manfaat Penelitian Secara akademik, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan dan memberikan kontribusi terhadap penelitian akuntansi yang berkaitan dengan elemen-elemen dalam laporan keuangan yang mempengaruhi expected return. Bagi investor, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti tentang kandungan informasi laporan keuangan dan keterkaitannya dengan expected return, sehingga dapat menjadi masukan sebelum melakukan keputusan investasi khususnya pada perusahaan dalam industri perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Bagi perusahaan perbankan, hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberi gambaran perilaku investor dalam memanfaatkan informasi akuntansi yang disajikan perusahaan. Sedangkan bagi regulator, hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberi gambaran bagaimana pentingnya standardisasi Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik Industri Perbankan (P3LKEPP) dalam mempengaruhi perilaku investor. 1.5. Sistematika Penulisan Laporan Penelitian Penelitian ini akan disajikan dalam beberapa bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut: - BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan tentang latar belakang penelitian, permasalahan dan ruang lingkup penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan laporan penelitian. - BAB II LANDASAN TEORI, STUDI LITERATUR TERDAHULU DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Bab ini menguraikan tinjauan kepustakaan yang berisi berbagai teori dan penelitian terdahulu, serta uraian tentang bagaimana hipotesis dikembangkan dan variabel-variabel apa yang digunakan. - BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini membahas secara lebih rinci mengenai metode pengambilan sampel, model penelitian, operasionalisasi variabel dan pengumpulan data dalam penelitian ini. - BAB IV ANALISA HASIL PENELITIAN. Bab ini menyajikan pembahasan hasil penelitian. Bab ini juga disertai dengan berbagai hasil tabulasi dan grafik hasil peneltian. - BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN. Bab ini mengikhtisarkan hasil penelitian dan implikasi terhadap model penelitian, menjelaskan keterbatasan-keterbatasan selama melakukan penelitian serta saran yang dipandang perlu dan sesuai untuk melakukan penelitian selanjutnya. |
SKRIPSI ANALISIS HUBUNGAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN FDI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA Posted: 11 Jul 2011 12:48 AM PDT (KODE EKONINTL-0001) : SKRIPSI ANALISIS HUBUNGAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN FDI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi sebuah negara, keberhasilan pembangunan ekonominya dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2007) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk melihat keberhasilan pembangunan ekonomi di suatu negara disamping indikator-indikator lain seperti tingkat pengangguran, angka kemiskinan, laju inflasi, dan lain sebagainya. Dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat dan stabil diharapkan akan memberikan dampak positif baik secara langsung maupun tidak langsung bagi variabel ekonomi lainnya. Dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang diharapkan, pemerintah di masing-masing negara mempunyai beberapa komponen kebijakan yang bisa digunakan untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang ingin dicapai. Salah satunya adalah melalui kebijakan perdagangan internasional. Menurut Salvatore (2007) perdagangan internasional dapat digunakan sebagai mesin bagi pertumbuhan ekonomi di suatu negara (trade as engine of growth). Dengan adanya aktifitas perdagangan internasional maka diharapkan akan mendorong percepatan pembangunan ekonomi di negara tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa perdagangan internasional memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi di suatu negara, terutama bagi negara-negara berkembang yang sedang berada dalam tahapan membangun ekonominya. Indonesia sebagai sebuah negara berkembang, sejak tahun 1980-an telah menggunakan kebijakan ekspor untuk mendorong pertumbuhan ekonominya. Hal ini bisa ditunjukkan dengan gambar 1.1 bahwa rata-rata nilai ekspor Indonesia sejak tahun 1980 terus mengalami kenaikan. Hal ini menguatkan dugaan bahwa bahwa selama ini pemerintah Indonesia berusaha memaksimalkan peranan ekspor sebagai motor penggerak dalam mendukung pertumbuhan ekonomi di Indonesia selama ini. Menurut Salvatore, salah satu motor penggerak pertumbuhan ekonomi yang paling umum di negara berkembang adalah berasal dari kegiatan perdagangan internasionalnya, yakni kegiatan ekspor. Di sisi lain, Salvatore juga mengingatkan bahwa secara umum sebuah negara sebaiknya tidak berekspektasi hanya untuk menggunakan perdagangan internasional sebagai satu-satunya mesin penggerak pertumbuhan ekonomi pada masa sekarang ini. Menurut Salvatore, masih ada banyak cara selain menggunakan keuntungan dari perdagangan internasional sebagai satu-satunya mesin penggerak pertumbuhan ekonomi di sebuah negara. Salvatore menyatakan bahwa salah satu hal yang tidak bisa dipisahkan dari aktifitas perdagangan internasional adalah adanya pengaruh aliran modal baik itu aliran modal yang masuk maupun yang keluar di sebuah negara. Ketika terjadi aktifitas perdagangan internasional yakni berupa kegiatan ekspor dan impor maka besar kemungkinan juga terjadi perpindahan faktor-faktor produksi dari negara eksportir ke negara importir yang disebabkan karena adanya perbedaan biaya dalam proses perdagangan internasional. Menurut Appleyard, Field dan Cobb (2008) Jika biaya produksi di negara eksportir ditambah dengan biaya transportasi lebih besar dibandingkan biaya produksi di negara importir maka untuk mencapai keuntungan optimal, ada kemungkinan investor (dalam hal ini eksportir) memindahkan lokasi produksinya di negara importir. Dalam kasus semacam ini, perpindahan modal yang terjadi disebut sebagai foreign direct investment (FDI). Menurut Salvatore, investasi luar negeri pada dasarnya dibedakan menjadi dua macam, yakni investasi portofolio (portfolio investments) dan investasi langsung (direct investments). Salvatore mendefinisikan Direct Investment atau FDI sebagai penanaman modal asing yang direpresentasikan di dalam aset riil seperti: tanah, bangunan, peralatan dan teknologi. Sementara investasi finansial/portofolio lebih berupa saham, surat berharga, obligasi dan commercial papers lainnya. Faktanya, selama dua dekade terakhir ini, FDI telah menjadi hal penting terutama bagi negara-negara berkembang yang sedang membangun ekonominya. Hal ini dibuktikan dengan semakin banyaknya negara-negara berkembang yang berhasil menarik dan meningkatkan jumlah FDI yang masuk ke dalam negaranya tiap tahunnya. Pada gambar 1.2 terlihat bahwa dari tahun ke tahun jumlah aliran FDI yang masuk ke negara berkembang selalu bertambah. Kondisi ini secara tidak langsung juga menunjukkan keyakinan bahwa FDI mempunyai peranan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang, salah satu contohnya adalah Indonesia. Indonesia saat ini merupakan salah satu negara berkembang di kawasan Asia yang masih berada dalam tahapan pembangunan ekonominya maka Indonesia membutuhkan adanya investasi asing selain investasi domestik sebagai salah satu komponen penunjang pembiayaan dan tambahan stok modal dalam proses pembangunan ekonominya. Dengan adanya aliran masuk FDI diharapkan akan mendorong dan mempercepat pertumbuhan ekonomi secara agregat yang pada akhirnya diharapkan akan meningkatkan tingkat output atau produk domestik bruto negara Indonesia. Dari gambar 1.3 terlihat bahwa sejak tahun 1990 hingga tahun 2007 tren aliran FDI Indonesia rata-rata terus meningkat. Pada awal tahun 1990 sampai dengan tahun tahun 2004 pergerakan FDI yang masuk ke Indonesia relatif tidak terlalu signifikan jika dibandingkan dengan FDI yang keluar dari Indonesia. Hal ini terjadi karena pada periode ini Indonesia berada dalam masa krisis ekonomi 1997 dan sedang berada dalam proses transisi pembangunan ekonomi. Kondisi ini berubah drastis saat memasuki periode tahun 2005, dimana aliran FDI saat itu meningkat lebih dari empat kali lipat dibandingkan pada periode tahun 2004. Hal ini menunjukkan bahwa iklim investasi asing di Indonesia mulai pulih kembali pasca krisis ekonomi 1997. Kondisi perbaikan iklim investasi asing di Indonesia digambarkan dengan kepercayaan investor FDI pada pemerintah, yang terlihat pada berkurangnya aliran FDI yang meninggalkan Indonesia pada periode itu. Seperti halnya negara-negara berkembang lainnya, iklim investasi asing di Indonesia juga rentan terhadap resiko gejolak stabilitas ekonomi dan politik baik itu berasal dari dalam negeri ataupun luar negeri. Kondisi ini ditunjukkan pada periode tahun 2006, dimana aliran FDI yang masuk ke Indonesia berkurang cukup signifikan, hampir setengah dari FDI yang masuk pada periode sebelumnya. Hal ini menunjukkan adanya kondisi ketakutan investor asing yang saat itu cenderung lebih memilih untuk pasif menunggu iklim investasi dan politik yang lebih kondusif setelah permasalahan regulasi undang-undang investasi dan isu terorisme. Pada periode tahun 2007, aliran FDI yang masuk ke Indonesia kembali meningkat jumlahnya, namun kondisi ini juga diikuti dengan kenaikan jumlah aliran FDI yang meninggalkan Indonesia. Kondisi ini menunjukkan semakin banyak negara berkembang lain di regional ASEAN yang muncul sebagai alternatif tujuan FDI yang lebih prospektif dibandingkan Indonesia, seperti Thailand, Malaysia ataupun Vietnam. Sedangkan kenaikan aliran FDI yang masuk pada tahun 2007 lebih karena disebabkan adanya pengalihan investasi dari negara maju ke negara-negara berkembang akibat proses investasi asing yang senantiasa mencari hasil imbal balik investasi yang lebih tinggi dan bukan hanya karena perbaikan iklim investasi di dalam negeri. Untuk melihat peranan FDI dalam pertumbuhan ekonomi tiap tahunnya maka bisa dilihat dari perbandingan FDI terhadap jumlah PDB Indonesia. Penulis menggunakan persentase perbandingan stok FDI di Indonesia terhadap PDB Indonesia dari tahun 1990 hingga 2007. Perkembangannya dapat digambarkan pada gambar 1.4 : Dari gambar di atas terlihat bahwa pada periode tahun 1990-an pengaruh FDI yang masuk ke Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) tidaklah terlalu signifikan, yakni 6,9% terhadap PDB Indonesia. Begitu juga dengan FDI yang keluar dari Indonesia, hanya sekitar 0,1% terhadap PDB Indonesia saat itu. Kondisi itu berubah cukup drastis saat mulai memasuki periode tahun 2000-an, dimana pada periode tahun 2000 hingga tahun 2007, stok FDI terhadap PDB Indonesia meningkat dua kali lipat dibandingkan periode sebelumnya, yakni berkisar antara 13-15% terhadap PDB Indonesia. Analisa deskriptif ini menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun peranan FDI dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah cukup signifikan, terutama setelah periode tahun 2000-an. Di sisi lain, komponen lainnya yang juga penting peranannya terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah komponen perdagangan Internasional, seperti yang telah diutarakan sebelumnya oleh Salvatore (2007) bahwa perdagangan merupakan salah satu mesin pertumbuhan ekonomi terutama bagi negara berkembang. Untuk melihat signifikansi pengaruh perdagangan internasional terhadap PDB Indonesia, penulis menunjukkan dengan gambar 1.5 yakni persentase ekspor dan impor terhadap PDB Indonesia. Dari gambar 1.5 secara umum terlihat bahwa perdagangan internasional juga memegang peranan penting dalam pembentukan PDB Indonesia. Ekspor dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2007 rata-rata menyumbang 30,71% terhadap PDB Indonesia atau lebih dari seperempat total PDB Indonesia, dimana persentase ekspor tertinggi adalah pada saat periode tahun 2000 sebesar 39,6%, dan terendahnya pada tahun 2003 dan 2007 yakni sebesar 27,3%. Sedangkan rata-rata persentase impor terhadap PDB Indonesia dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2007 adalah sebesar 20,56%, dimana persentase impor tertinggi pada tahun 2000 sebesar 24,5% dan yang terendah pada tahun 2003 sebesar 16,8%. Dari penjelasan di atas maka berdasarkan analisa deskriptif dapat dibentuk hipotesa dimana secara umum variabel perdagangan internasional dan FDI terlihat memegang peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia selama ini. Permasalahan yang harus dijawab lebih lanjut dalam topik ini yakni mengenai pola hubungan antar variabel ini lebih cenderung bersifat hubungan satu arah dimana kegiatan perdagangan internasional dan aliran FDI menyebabkan pertumbuhan ekonomi Indonesia, ataukah juga bersifat hubungan dua arah yakni dengan semakin pesatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia juga menyebabkan perdagangan internasional dan aliran FDI meningkat. Karena keterbatasan kemampuan analisa deskriptif dalam mengkaji signifikansi dan pola hubungan antra variabel ini, maka penulis akan melakukan pengujian dengan metode ekonometri untuk mengkaji hubungan perdagangan internasional dan FDI terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Permasalahan lainnya yang menarik untuk dibahas adalah kebijakan pemerintah selama ini dalam memaksimalkan kinerja investasi asing dan perdagangan internasional sebagai motor pertumbuhan ekonomi. UNCTAD dalam publikasinya, World Investment Report 2008 mengeluarkan data urutan indeks negara potensi aliran masuk FDI (Inward FDI Potential Index) dimana Indonesia hanya berada di urutan 103 untuk periode 2005-2007. Hal ini sangatlah mengkhawatirkan dimana posisi Indonesia sebagai negara berkembang yang memerlukan investasi langsung asing. Selain itu dalam data laporan yang sama, UNCTAD juga menunjukkan bahwa term of trade Indonesia dari tahun ke tahun cenderung terus menurun. Kedua fakta ini menunjukkan bahwa adanya kemungkinan permasalahan dalam kebijakan investasi asing serta kebijakan perdagangan internasional di Indonesia. Dengan menggunakan metode ekonometri, maka dapat dianalisa bagaimana respon masing-masing variabel perdagangan internasional, dan FDI terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia jika timbul shock/inovasi pada variabel itu sendiri atau variabel lain. Analisa ini penting untuk menunjukkan respon masing-masing variabel sehingga dapat menjadi acuan pengambilan kebijakan di masing-masing sektor. 1.2 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji kembali hubungan antara perdagangan internasional (ekspor dan impor) dan FDI terhadap pertumbuhan ekonomi di sebuah negara berkembang. Dalam penelitian ini analisa akan difokuskan pada kondisi negara Indonesia. Untuk melakukan pengujian terhadap hubungan perdagangan internasional dan FDI terhadap pertumbuhan ekonomi, maka akan dilakukan beberapa tahapan pengujian dengan menggunakan model VAR dalam estimasi secara ekonometri. Penggunaan model VAR dirasakan perlu karena adanya kondisi endoginitas dalam hubungan antar variabel yang juga didukung secara teori ekonomi dan analisa deskriptif sebelumnya. Pertimbangan utama digunakannya model VAR ini adalah adanya hubungan endoginitas antar variabel, dimana ada keterkaitan antar variabel terikat dengan variabel penjelas, serta adanya hubungan antara variabel-variabel yang saling mempengaruhi dalam persamaan. Penggunaan model VAR diharapkan akan mempermudah proses estimasi dimana posisi variabel dalam model tidak diketahui secara jelas posisi variabel mana yang bertindak sebagai variabel terikat atau variabel penjelas. Selain itu dengan melakukan peramalan menggunakan metode VAR/VECM dalam analisa ekonometri maka dapat diketahui pula respon masing-masing variabel jika terjadi shock atau inovasi pada salah satu variabel, baik itu variabel itu sendiri ataupun variabel lain. Penelitian ini nantinya diharapkan akan mampu menghasilkan kesimpulan berupa kerangka berpikir yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi kondisi serta permasalahan, termasuk memberikan solusi konkrit mengenai permasalahan investasi asing (FDI) dan kebijakan perdagangan luar negeri di Indonesia serta peranannya dalam mendukung pertumbuhan ekonomi di Indonesia. 1.3 Hipotesa Penelitian Berdasarkan analisa latar belakang permasalahan terkait dengan topik ini maka dapat disusun rumusan hipotesa dasar penelitian, yakni : - Perdagangan internasional mempunyai pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi (PDB) di Indonesia dan hubungannya bersifat saling mempengaruhi atau hubungan kausalitas dua arah. - FDI mempunyai pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi (PDB) di Indonesia dan hubungannya bersifat saling mempengaruhi atau hubungan kausalitas dua arah. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan informasi bagi pemerintah dalam membuat kebijakan terkait dengan masalah investasi luar negeri yang masuk ke dalam perekonomian indonesia dan kebijakan perdagangan internasional dalam hubungannya dengan pencapaian pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif pemikiran dalam kajian pengaruh variabel-variabel ekonomi khususnya pengaruh perdagangan internasional dan FDI terhadap kualitas pertumbuhan ekonomi di Indonesia saat ini dan di masa mendatang. 1.5 Sistematika Penulisan - Bab I : Analisa secara singkat latar belakang permasalahan, tujuan, hipotesa, manfaat dari penelitian serta sistematika penulisan. - Bab II : Tinjauan teori dan literatur serta penelitian terdahulu mengenai penjelasan pertumbuhan ekonomi, perdagangan internasional dan FDI. - Bab III : Pembahasan metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini, baik itu spesifikasi model, penjelasan variabel data dan metode pengujian yang akan digunakan dalam penelitian. - Bab IV : Pembahasan analisa hasil penelitian secara deskriptif dan empiris dengan didukung penjelasan hasil estimasi ekonometri. - Bab V : Berisi kesimpulan dan saran dari hasil penelitian. |
Posted: 11 Jul 2011 12:46 AM PDT (KODE FISIP-AN-0012) : SKRIPSI STRATEGI PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN X (STUDI MENGENAI PENINGKATAN DI BIDANG PAJAK DAERAH) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Republik Indonesia sudah sejak lama mengakui keberadaan otonomi daerah yang diberikan melalui desentralisasi. Pasal 18 UUD 1945 yang sudah diamandemen dan ditambahkan menjadi pasal 18, 18A DAN 18B memberikan dasar dalam penyelenggaraan desentralisasi. Hal ini membuktikan bahwa pemberian otonomi daerah kepada daerah kabupaten atau kota sudah merupakan persetujuan pendiri bangsa yang sudah ada sejak bangsa Indonesia merdeka. Pelaksanaan desentralisasi dapat dilihat dengan adanya pembagian propinsi dan kabupaten/kota di wilayah Indonesia. Sejak saat itu sudah ada banyak Undang-undang yang mengatur tentang pemerintahan daerah. Tercatat ada 7 (tujuh) Undang-undang yang mengatur tentang pemerintahan daerah. Undang-undang tersebut yaitu UU 1/1945, UU 22/1948, UU 1/1957, UU 18/1965, UU 5/1974, UU 22/1999 dan terakhir UU 32/2004. Beberapa peraturan inilah yang menjadi batasan-batasan dalam pelaksanaan otonomi dan pemerintahan daerah. Munculnya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah menjadi tonggak bagi daerah untuk melaksanakan otonomi daerah. Desentralisasi pada prinsipnya merupakan penyerahan kewenangan dari pemerintah pusat kepada tingkat pemerintahan lokal yang otonom. Walaupun demikian tidak seluruh kewenangan pemerintahan diserahkan pada daerah karena untuk kewenangan yang strategis seperti pertahanan, keamanan atau hubungan luar negeri masih menjadi wewenang pemerintah pusat. Penyerahan wewenang ini menyebabkan daerah memiliki kewenangan yang lebih besar dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Saat ini pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia didasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang merupakan revisi dari Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Dalam kedua peraturan ini terdapat satu persamaan dalam hal anggaran, yaitu setiap daerah harus bertanggung jawab terhadap pendapatan dan pengeluaran daerahnya. Hal ini sesuai dengan pasal 155 ayat (1) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah yang menyebutkan "penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah didanai dari dan atas beban anggaran pendapatan dan belanja daerah . Kewenangan yang diberikan kepada daerah sesuai dengan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 mencakup kewenangan dalam seluruh bidang pemerintahan kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama serta kewenangan bidang lain yang bersifat makro dan strategis. Kewenangan luas yang dimiliki daerah menuntut daerah untuk memiliki kemampuan yang lebih besar dibandingkan sebelum masa desentralisasi. Pemerintah daerah harus melakukan pengembangan kelembagaan (institutional capacity building) agar dapat melaksanakan kewenangan yang dilimpahkan oleh pemerintah pusat dengan baik.l Salah satu aspek terpenting yang perlu dipersiapkan pemerintah daerah adalah aspek keuangan daerah. Hal ini penting karena aspek keuangan daerah akan membiayai pelaksanaan urusan atau kewenangan yang dimiliki daerah. Peraturan lain yang ikut mempengaruhi aspek keuangan daerah adalah Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 yang merupakan revisi dari Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 merupakan peraturan perundangan tentang pajak daerah dan retribusi daerah. Kedua sumber dana ini merupakan komponen utama dari pendapatan asli daerah. Wewenang untuk mengurus anggaran telah didapatkan melalui desentralisasi fiskal dimana dalam desentralisasi fiskal, daerah juga memiliki kewenangan untuk menentukan pajak daerah dan retribusi daerah sendiri. Kondisi ini memudahkan bagi daerah meningkatkan pendapatan asli daerahnya (PAD). Pemerintah daerah dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menyusun peraturan daerah tentang pajak daerah atau tentang retribusi daerah sesuai amanat Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000. * Tabel sengaja tidak ditampilkan * Tabel ini merupakan rekapitulasi dari seluruh rancangan peraturan daerah baru dan peraturan daerah yang perlu dievaluasi selama periode tahun 2007 saja. Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat penambahan jumlah yang signifikan (712 rancangan peraturan daerah baru mengenai pajak daerah dan retribusi daerah) pada penambahan jumlah rancangan peraturan daerah. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah daerah di Indonesia cukup giat dalam menggali potensi daerahnya untuk meningkatkan pendapatan asli daerah. Jumlah Raperda tentang pajak daerah dan retribusi daerah memang meningkat pesat, namun daerah merasa bahwa pendapatan asli daerahnya belum cukup untuk membiayai kegiatan pemerintahannya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Edi Slamet Irianto, Kepala Sub Direktorat Perencanaan Pemeriksaan Ditjen Pajak menyatakan : .... ada empat alasan mengapa desentralisasi fiskal tidak berjalan baik. Pertama, dengan masih kuatnya pola pikir status di kalangan elite pemegang otoritas pajak. Kedua, pemerintah sendiri masih berkepentingan memegang otoritas fiskal dalam rangka recovery perekonomian nasional pasca krisis ekonomi. Alasan ketiga yakni adanya disparitas fiskal yang masih sangat lebar di Indonesia, meskipun sudah ada otonomi daerah. Sementara alasan lainnya adalah masih lemahnya kapasitas institusional dalam pengelolaan fiskal di daerah. Hal itu karena upaya desentralisasi fiskal. Hasil penelitian Irianto menemukan bahwa masih terdapat hegemoni pusat dalam desentralisasi fiskal. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Irianto yang menghasilkan alasan mengapa desentralisasi fiskal berjalan kurang baik. Salah satunya mengatakan pemerintah masih bertanggung jawab memegang otoritas fiskal pasca krisis ekonomi walau tidak bisa dipungkiri ada juga alasan yang mengatakan pengelolaan fiskal di daerah masih lemah. Kondisi ini bertentangan dengan pendapat Bahl yang menyatakan bahwa: "advantages of decentralization is that it can enhance revenue mobilization, the mix of services provided will match the demands of the local population, government officials will become more accountable to voters for the quality of services they provide, local populations will be more willing to pay for public services, since their preferences will be honored. " Menurut Bahl, pelaksanaan desentralisasi memiliki beberapa kelebihan. Kelebihan ini berkaitan dengan pelayanan publik yang disediakan oleh pemerintah daerah. Kaitannya dengan pendapatan asli daerah terdapat pada kemauan dari masyarakat lokal untuk membayar pelayanan publik yang disediakan pemerintah dan juga mobilisasi pendapatan kepada pemerintah daerah. Hal ini dapat dilakukan dengan mengoptimalkan pendapatan asli daerah dengan berbagai strategi yang bisa dilakukan. Mintzberg menyebutkan strategi sebagai cara yang digunakan oleh suatu organisasi untuk mencapai tujuan. Salah satu strategi yang dapat dilakukan adalah dengan menggali sumber-sumber pendapatan daerah yang potensial seperti pajak daerah dan retribusi daerah seperti yang disebutkan oleh Lutfi. Kabupaten X merupakan salah satu Kabupaten yang berada di Republik Indonesia. Dengan adanya kebijakan desentralisasi fiskal maka Kabupaten X juga terkena imbasnya. Mulai dari penyerahan wewenang untuk mengatur dan mengurus pajak daerah sendiri, mendapatkan alokasi dana perimbangan sampai masalah pinjaman daerah yang bisa dilakukan oleh Kabupaten X. Pendapatan asli daerah Kabupaten X meningkat pesat dibanding sebelum dilaksanakannya kebijakan desentralisasi fiskal. * Tabel sengaja tidak ditampilkan * Berdasarkan data yang ada maka dapat dilihat peningkatan pendapatan asli daerah secara nominal di Kabupaten X terutama setelah dilaksanakannya kebijakan desentralisasi fiskal pada tahun 2001. Tabel di atas juga menunjukkan bahwa persentase pendapatan asli daerah dibanding dengan total pendapatan daerahnya masih labil. Angka minimal 20% belum berhasil dipertahankan oleh Kabupaten X sebagai batas minimum untuk menjalankan otonomi daerah. Hal ini diperkuat oleh kutipan wawancara peneliti dengan Pak Yana, Kepala Bagian Bidang Pembukuan dan Pelaporan, mengenai jumlah jumlah pendapatan asli daerah. "....yah cuma sepuluh sekian persen sebelas duabelas persenlah dari APBD, yah kita masih kecil makanya kita mengutamakan di dana perimbangan. Potensi kemarin dari pendataan.... Kekhawatiran yang terjadi apabila porsi dana alokasi umum masih lebih besar dibanding pendapatan asli daerah maka daerah tersebut masih bergantung pada pemerintah pusat dan tidak dapat menjalankan otonomi daerah dengan baik. Masalah yang dihadapi Kabupaten X juga termasuk masalah kependudukan yang berkaitan dengan jumlah tenaga kerja, seiring bertumbuhnya jumlah penduduk maka jumlah tenaga kerja juga meningkat. Kabupaten X juga menghadapi masalah kesejahteraan masyarakat yang masih rendah. Berdasarkan fenomena-fenomena yang ada maka peneliti memilih Kabupaten X sebagai lokus penelitian. B. Permasalahan Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan yang akan dibahas terbatas hanya kepada masalah yang berkaitan dengan pendapatan asli daerah karena kondisi anggaran pemerintah kabupaten X masih sangat kecil, terutama dari sisi pendapatan asli daerah. Salah satu kewenangan yang dimiliki pemerintah daerah dengan pelaksanaan desentralisasi fiskal adalah kemampuan untuk mengoptimalkan pendapatan asli daerahnya melalui komponen utama PAD, yaitu pajak daerah dan retribusi daerah. Berdasarkan kewenangan ini maka pendapatan asli daerah Kabupaten X seharusnya dapat meningkat dengan pesat tetapi ternyata pemerintah daerah sendiri merasa pendapatan asli daerahnya masih sangat kecil. Oleh karena itu pokok permasalahan yang akan dibahas peneliti adalah: 1. Bagaimana strategi yang dilaksanakan Kabupaten X dalam meningkatkan pendapatan asli daerahnya? 2. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam meningkatkan pendapatan asli daerah kabupaten X? C. Tujuan dan Signifikansi Penelitian 1. Tujuan Penelitian Dari pokok permasalahan di atas, penelitian mengenai strategi yang dilakukan oleh pemerintah daerah untuk meningkatkan pendapatan asli daerahnya. Tujuan penelitian ini adalah: a. Mendeskripsikan strategi yang digunakan Kabupaten X untuk meningkatkan pendapatan asli daerahnya, dengan dilaksanakannya desentralisasi fiskal oleh pemerintah pusat. b. Mendeskripsikan faktor pendukung dan faktor penghambat yang dialami Kabupaten X dalam meningkatkan pendapatan asli daerahnya 2. Signifikansi Signifikansi yang diharapkan dari seluruh rangkaian kegiatan penelitian serta hasil kegiatan penelitian ini dibagi menjadi 2 yaitu manfaat praktis dan manfaat akademis: a. Manfaat Praktis Hasil dari penelitian ini bisa dijadikan bahan pertimbangan bagi para pengambil keputusan dipemerintahan, khususnya dilingkungan Pemerintah Kabupaten X untuk merumuskan suatu formulasi kebijakan yang tepat dalam meningkatkan pendapatan daerah pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) b. Manfaat Akademis Manfaat akademis dari penelitian ini, yaitu manfaat penelitian sebagai suatu sumbangan terhadap ilmu pengetahuan khususnya yang berkenan dengan studi mengenai keuangan daerah dalam rangka proses peningkatan pendapatan asli daerah dan berusaha untuk menemukan variabel-variabel apa saja yang berpengaruh dalam pola alokasi pendapatan daerah di Kabupaten X khususnya setelah berlakunya UU Nomor 32 tahun 2004. D. Sistematika Penulisan Dalam menyusun laporan penelitian ini, penulis membagi laporan penelitian menjadi 5 (lima) bab yang terdiri atas: BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini dijelaskan latar belakang permasalahan, pokok permasalahan yang akan dibahas yang mencakup pertanyaan penelitian yang menjadi fokus penelitian, tujuan penelitian, signifikansi atau manfaat penelitian yang ditinjau dari sudut praktis maupun dari sudut akademis, dan sistematika penulisan laporan penelitian. BAB II KERANGKA PEMIKIRAN DAN METODE PENELITIAN Pada bab ini diketengahkan berbagai teori serta hasil pemikiran yang menjadi landasan bagi penulis dalam membahas dan menganalisa permasalahan yang akan diteliti sekaligus untuk membentuk pola pemikiran dan analisa yang konstruktif dan ilmiah dalam mengahadapi permasalahan tersebut. Dalam bab ini pula dibahas mengenai metodologi penelitian yang meliputi metode penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik pengolahan (analisa) data, site penelitian, proses penelitian dan keterbatasan penelitian. BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN X Pada bab ini dijelaskan mengenai kondisi Kabupaten X secara umum baik dari segi demografis dan wilayah, bentuk, susunan, dan kewenangan Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten X dan kondisi keuangan serta perekonomian di Kabupaten X, serta seluk beluk Keuangan Daerah di Kabupaten X. BAB IV STRATEGI PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN X Bab ini membahas mengenai strategi peningkatan pendapatan asli daerah di Kabupaten X disertai analisa yang mendalam terhadap permasalahan tersebut berdasarkan teori-teori yang berkaitan, serta diperkuat dengan informasi yang didapat langsung dari wawancara mendalam dengan aparat/pejabat terkait. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berisi kesimpulan terhadap pembahasan permasalahan disertai rekomendasi-rekomendasi yang mungkin dijalankan untuk perbaikan dimasa yang akan datang. |
Posted: 11 Jul 2011 12:45 AM PDT (KODE PTK-0058) : SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK TAMAN KANAK-KANAK MELALUI PEMANFAATAN MEDIA BALOK CUISENAIRE BAB I PENDAHULUAN Pendidikan Anak Usia Dini adalah pendidikan yang ditujukan bagi anak-anak usia prasekolah dengan tujuan agar anak dapat mengembangkan potensi-potensinya sejak dini sehingga mereka dapat berkembang secara wajar sebagai anak. Tujuan dari Pendidikan Anak Usia Dini adalah agar anak memperoleh rangsangan-rangsangan intelektual, sosial, dan emosional sesuai dengan tingkat usianya. Masitoh (2005 : 1) mengungkapkan bahwa Pendidikan di Taman Kanak-Kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan anak usia dini yang memiliki peranan sangat penting untuk mengembangkan kepribadian anak serta mempersiapkan mereka memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. Pendidikan di Taman Kanak-Kanak merupakan jembatan antara lingkungan keluarga dengan masyarakat yang lebih luas yaitu Sekolah Dasar dan lingkungan lainnya. Sebagai salah satu bentuk pendidikan anak usia dini, lembaga ini menyediakan program pendidikan dini bagi sekurang-kurangnya anak usia empat tahun sampai memasuki jenjang pendidikan dasar. Pendidikan anak usia dini khususnya Taman Kanak-Kanak pada dasarnya adalah pendidikan yang diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh atau menekankan pada pengembangan seluruh aspek kepribadian anak sebagaimana dikemukakan oleh Anderson (1993), "Early childhood education is based on a number of methodical didactic consideration the aim of which is provide opportunities for development of children personality". Artinya, pendidikan Taman Kanak-Kanak memberi kesempatan untuk mengembangkan kepribadian anak, oleh karena itu pendidikan untuk anak usia dini khususnya di Taman Kanak-Kanak perlu menyediakan berbagai kegiatan yang dapat mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak (Masitoh dkk, 2005 :2). Aspek pengembangan yang akan penulis teliti adalah aspek pengembangan kognitif. Dalam pedoman pembelajaran bidang pengembangan kognitif di Taman Kanak-Kanak (2007:3) disebutkan bahwa pengembangan kognitif adalah suatu proses berpikir berupa kemampuan untuk menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan sesuatu. Dapat juga dimaknai sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah atau untuk mencipta karya yang dihargai dalam suatu kebudayaan. Salah satu aspek dalam pengembangan kognitif ini adalah pengembangan pembelajaran matematika. Seperti yang telah dikemukakan oleh Sriningsih (2008:1) bahwa praktek-praktek pembelajaran matematika untuk anak usia dini di berbagai lembaga pendidikan anak usia dini baik jalur formal maupun non formal sudah sering dilaksanakan. Istilah-istilah yang dikenal diantaranya pengembangan kognitif, daya pikir atau ada juga yang menyebutnya sebagai pengembangan kecerdasan logika-matematika. Kegiatan pengembangan pembelajaran matematika untuk anak usia dini dirancang agar anak mampu menguasai berbagai pengetahuan dan keterampilan matematika yang memungkinkan mereka untuk hidup dan bekerja pada abad mendatang yang menekankan pada kemampuan memecahkan masalah. Berhitung merupakan bagian dari matematika, yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, terutama konsep bilangan yang merupakan juga dasar bagi pengembangan kemampuan matematika maupun kesiapan untuk mengikuti pendidikan dasar (Depdiknas, 2007 :1). Berhitung di Taman Kanak-Kanak diharapkan tidak hanya berkaitan dengan kemampuan kognitif saja, tetapi juga kesiapan mental, sosial dan emosional. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya, berhitung di Taman Kanak-Kanak dilakukan secara menarik dan bervariasi. Media yang akan menunjang pembelajaran berhitung di Taman Kanak-Kanak dengan cara yang menarik adalah Balok Cuisenaire. Eliyawati, dkk (2005:69) mengemukakan bahwa George Cuisenaire menciptakan balok Cuisenaire untuk mengembangkan kemampuan berhitung anak, pengenalan bilangan dan untuk peningkatan keterampilan anak dalam bernalar. Dewasa ini, sebagaimana dapat kita saksikan bersama tuntutan berbagai pihak agar anak menguasai konsep dan keterampilan matematika semakin gencar, hal ini mendorong beberapa lembaga pendidikan anak usia dini untuk mengajarkan pengetahuan matematika secara sporadis dan radikal. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sriningsih (2008), beberapa lembaga pendidikan anak usia dini mengajarkan konsep-konsep matematika yang lebih menekankan pada penguasaan angka dan operasi melalui metode drill dan praktek-praktek paper-pencil test (Sriningsih, 2008 :1). Persoalan yang dipaparkan oleh Sriningsih di atas juga telah disaksikan oleh penulis sendiri. Penulis telah melakukan observasi di Taman Kanak-Kanak X mengenai proses pembelajaran matematika khususnya pada aspek kemampuan berhitung. Taman Kanak-Kanak X masih menekankan pengajaran yang berpusat pada guru. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya peran guru yang terlalu menguasai kelas. Guru dengan spontan memberikan tugas kepada anak tanpa memberikan pilihan kegiatan kepada anak. Selain itu, kurangnya media dan sumber belajar yang digunakan oleh guru untuk menunjang pembelajaran berhitung. Kurangnya media dan sumber belajar ini lebih disebabkan oleh minimnya ruangan kelas yang dimiliki oleh Taman Kanak-Kanak X, sehingga kepala sekolah beserta guru merasa kesulitan mencari tempat jika menambahkan media dan sumber belajar terlalu banyak. Permasalahan lain yang terjadi di Taman Kanak-Kanak X adalah metode yang digunakan oleh guru masih menggunakan metode drill dan praktek-praktek paper-pencil test. Pada pengembangan kognitif khususnya pada pembelajaran berhitung, guru memberikan perintah kepada anak agar mengambil buku tulis dan pensil masing-masing. Selanjutnya guru memberikan contoh kepada anak membuat beberapa buah benda dan benda tersebut diberi lingkaran. Setelah itu, anak harus mengisi jumlah benda tersebut dengan sebuah angka yang cocok. Setelah anak mengerti, guru menyuruh anak untuk membuatnya sendiri jumlah benda tersebut beserta angkanya sebanyak mungkin. Diakui oleh guru di TK X, bahwa sampai saat ini para guru belum menemukan media yang tepat untuk membantu anak dalam kegiatan berhitung. Guru kurang memberikan media yang bervariasi dan juga masih menggunakan metode yang membuat anak merasa bosan dan tidak ada rasa antusias pada anak untuk aktif di dalam kelas. Sehingga kegiatan berhitung yang diterapkan di TK X masih menggunakan metode konvensional atau pengerjaan latihan di buku tulis. Berdasarkan hasil refleksi awal melalui diskusi dengan gum, disepakati bahwa tindakan untuk memecahkan masalah tersebut adalah melalui media balok Cuisenaire. Selain bermanfaat bagi anak dalam menemukan media dan metode baru yang dapat menumbuhkan rasa antusias atau minat anak terhadap pembelajaran, penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat juga sebagai bahan masukan bagi guru dalam memilih dan memanfaatkan media pembelajaran yang tepat dan bervariasi dalam mengajarkan berhitung pada anak Taman Kanak-Kanak. Penelitian yang dilakukan oleh Widawati (2010 : 74-75) di Taman Kanak-Kanak Kenanga membuktikan bahwa penggunaan media pembelajaran yang diangkat dari pengalaman sehari-hari anak dapat membantu pemahaman anak terhadap konsep matematika khususnya berhitung. Melalui pendekatan matematika realistik, berhitung bagi anak bukan hanya menghitung deret angka saja, melaninkan sebuah proses yang lebih bermakna dan menyenangkan. Sedangan penelitian yang dilakukan oleh Andari,A (2008:120-122) di Taman Kanak-Kanak Juwita hasilnya menunjukkan adanya peningkatan kualitas pembelajaran logika matematika melalui penggunaan balok. Respons anak terhadap materi pembelajaran logika matematika menjadi lebih antusias, hal ini karena sambil bermain balok, anak mampu mengenal dan menguasai materi pembelajaran logika matematika. Berdasarkan permasalahan yang terjadi di TK X dan pendapat-pendapat yang telah dikemukakan di atas, penulis tertarik untuk meneliti secara langsung pemanfaatan media balok Cuisenaire di TK X sebagai salah satu cara meningkatkan kemampuan berhitung dan dapat memperbaiki kondisi pembelajaran yang terjadi di TK X. Penulis menggunakan metode penelitian tindakan kelas dengan judul Upaya Meningkatkan Kemampuan Berhitung Anak Taman Kanak-Kanak melalui Pemanfaatan Media Balok Cuisenaire B. Rumusan Masalah Dari permasalahan yang terdapat dalam latar belakang diatas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Umum : Bagaimana upaya meningkatkan kemampuan berhitung anak Taman Kanak-Kanak melalui pemanfaatan media balok Cuisenaire? 2. Khusus : a. Bagaimana kondisi objektif kemampuan berhitung anak sebelum digunakannya media balok Cuisenaire di TK X Kecamatan Y? b. Bagaimana prosedur penggunaan media balok Cuisenaire dalam meningkatkan kemampuan berhitung anak di TK X Kecamatan Y? c. Bagaimana kemampuan berhitung anak TK X Kecamatan Y setelah digunakannya media balok Cuisenaire? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Umum : Mengetahui upaya meningkatkan kemampuan berhitung anak Taman Kanak-Kanak melalui pemanfaatan media balok Cuisenaire. 2. Khusus : a. Mengetahui kondisi objektif kemampuan berhitung anak sebelum digunakannya media balok Cuisenaire di TK X Kecamatan Y. b. Mengetahui prosedur penggunaan media balok Cuisenaire dalam meningkatkan kemampuan berhitung anak di TK X Kecamatan Y. c. Mengetahui kemampuan berhitung anak TK X Kecamatan Y setelah digunakannya media balok Cuisenaire. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang terkait diantaranya : 1. Manfaat Teoritis Memberikan sumbangan keilmuan dalam memahami upaya peningkatan kemampuan berhitung di Taman Kanak-Kanak melalui media balok Cuisenaire. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Anak Memberikan pengalaman dan wawasan baru pada anak dalam meningkatkan kemampuan berhitung. b. Bagi Guru Sebagai bahan masukan bagi gum dalam memilih media yang tepat dan menyenangkan dalam meningkatkan kemampuan berhitung anak Taman Kanak-Kanak. c. Bagi Kepala Sekolah Hasil penelitian dapat dijadikan bahan pertimbangan serta mjukan dalam menentukan kebijakan dan program dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran melalui pengembangan media balok Cuisenaire dalam peningkatan kemampuan berhitung anak Taman Kanak-Kanak. E. Definisi Operasional Variabel 1. Kemampuan berhitung di Taman Kanak-Kanak dalam penelitian ini dikolaborasikan dari indikator yang terdapat dalam Kurikulum 2004 dan indikator yang terdapat di The National Council of Teacher of Mathematics (NCTM) yaitu : a. Menyebutkan umtan bilangan dari 1 sampai 20, yang terdiri dari : menyebutkan urutan bilangan 1-20 secara berurutan, menyebutkan urutan bilangan secara mundur dari 20-1, menyebutkan bilangan sebelum dan sesudah, misalnya sebelum 2 adalah 1, dan sesudah 1 adalah 2. b. Menghubungkan lambang bilangan dengan balok cuisenaire dari 1 sampai 10, yang terdiri dari : menghubungkan kartu angka yang sesuai dengan balok Cuisenaire dari 1-10 secara berurutan dan acak. c. Membilang dengan menunjukkan balok Cuisenaire dari 1 sampai 10, yang terdiri dari : menyebutkan nilai dan warna masing-masing balok Cuisenaire dari 1-10 secara berurutan dan acak. d. Menunjukkan dua kumpulan balok cuisenaire yang lebih banyak dan lebih sedikit. e. Menghitung dengan cakap yang terdiri dari : menyebutkan hasil penambahan sampai 10 dengan menggunakan balok Cuisenaire dan menyebutkan hasil pengurangan kurang dari 10 dengan menggunakan balok Cuisenaire. 2. Media balok Cuisenaire dalam penelitian ini adalah media yang diciptakan oleh George Cuisenaire yang terdiri dari balok-balok yang berukuran : 1 x 1 x 1 cm dengan warna putih 2 x 1 x 1 cm berwarna merah 3 x 1 x 1 cm berwarna hijau muda 4 x 1 x 1 cm berwarna ungu 5 x 1 x 1 cm berwarna kuning 6 x 1 x 1 cm berwarna hijau tua 7 x 1 x 1 cm berwarna hi tarn 8 x 1 x 1 cm berwarna coklat 9 x 1 x 1 cm berwarna biru tua 10 x 1 x 1 cm berwarna oranye. F. Asumsi Penelitian Asumsi pada penelitian ini adalah : 1. Solehuddin (1997) mengungkapkan bahwa "pembelajaran yang hanya menitik beratkan kepada penguasaan baca, tulis dan hitung merupakan sesuatu yang tidak lengkap dan berdampak negatif terhadap perkembangan anak karena hanya akan mengembangkan sebagian aspek dari kecapakan individu sembari "mematikan" pengembangan kecakapan lainnya. Dengan demikian, yang lebih dikehendaki adalah suatu pendekatan dan strategi pendidikan bagi anak yang lebih integratif dan komprehensif serta sesuai dengan dunia dan kebutuhannya" (Sriningsih, 2008 : 3-4). 2. Permainan berhitung merupakan bagian dari matematika, diperlukan untuk menumbuh kembangkan keterampilan berhitung yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, terutama konsep bilangan yang merupakan juga dasar bagi pengembangan kemampuan matematika maupun kesiapan untuk mengikuti pendidikan dasar (Depdiknas, 2007). 3. Balok Cuisenaire merupakan media pembelajaran yang dapat membantu kegiatan pembelajaran dalam mengembangkan kemampuan berhitung anak, pengenalan bilangan dan untuk peningkatan keterampilan anak dalam bernalar (Eliyawati, dkk. 2005:69). G. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, metode yang dipergunakan adalah metode penelitian kelas yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat setelah diterapkan pembelajaran dengan menggunakan media balok Cuisenaire terhadap kemampuan berhitung anak Taman Kanak-Kanak. Dalam bidang pendidikan, khususnya dalam praktik pembelajaran, penelitian tindakan berkembang menjadi Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR). PTK adalah penelitian tindakan yang dilaksanakan di dalam kelas ketika pembelajaran berlangsung. PTK dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran. PTK berfokus pada kelas atau pada proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas (Suharsimi,A. 2002). |
SKRIPSI ANALISIS BIAYA DAN HARGA POKOK PRODUKSI KAYU GERGAJIAN (SAWN TIMBER) HUTAN RAKYAT Posted: 11 Jul 2011 12:43 AM PDT (KODE PRTANIAN-0002) : SKRIPSI ANALISIS BIAYA DAN HARGA POKOK PRODUKSI KAYU GERGAJIAN (SAWN TIMBER) HUTAN RAKYAT BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi Indonesia tidak terlepas dari peran sektor kehutanan dalam menghasilkan devisa, pendorong pengembangan ekonomi wilayah dan pendukung sektor ekonomi terkait. Hasil devisa yang diperoleh dari ekspor hasil hutan tahun 2005 mencapai US $ 2,405 juta yang terdiri dari kayu gergajian sebesar US $ 3 juta, kayu lapis lapis US $ 1.374 juta, Wood Charcoal US $ 24,5 juta, Vener Sheet US $ 9,3 juta, Particle Board US $ 5,3 juta, fiber board US $ 55,09 juta dan Pulp sebesar US $ 932,7 juta (DepartemenKehutanan, 2006). Industri penggergajian cukup memberikan kontribusi dalam penerimaan devisa negara, walaupun nilainya relatif kecil dibanding dengan produk kehutanan lainnya. Maka dari itu, pembangunan dan pengembangan industri penggergajian kayu menjadi penting untuk dikembangkan sehingga diharapkan mampu menunjang peningkatan perekonomian Indonesia. Keberlanjutan industri penggergajian kayu tidak terlepas dari ketersedian bahan baku. Beberapa tahun belakangan terlihat bahwa ada ketidakseimbangan suplai bahan baku dari hutan dengan permintaan industri kayu. Menurut data Walhi dalam Departeman Kehutanan (2007), sebanyak 1.881 unit industri pengolahan kayu yang memiliki izin operasional dari pemerintah membutuhkan bahan baku kayu bulat sebesar 63,48 juta m3, sedangkan jatah tebang yang telah ditetapkan oleh pemerintah hanya 6,892 juta m3 per tahun. Hal ini membuktikan bahwa telah terjadi gap yang sangat besar sehingga dapat mempengaruhi keberlanjutan industri tersebut. Disisi lain dikhawatirkan akan ada aktivitas-aktivitas yang tidak bertanggung jawab seperti illegal loging untuk mencukupi kebutuhan permintaan bahan baku kayu sehingga mengorbankan kelestarian sumberdaya hutan. Untuk mengatasi ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran bahan baku tersebut, Pemerintah dalam hal ini Departemen Kehutanan telah mengeluarkan kebijakan-kebijakan strategis. Diantaranya adalah pembangunan Hutan Tanaman Industri dan Hutan Rakyat. Realisasi pembangunan hutan tanaman industri sampai tahun 2005 sudah mencapai 5,7 juta Ha, sedangkan realisasi pembangunan Hutan Rakyat sudah mencapai 1,2 Juta Ha (Departemen Kehutanan, 2006). Pengembangan hutan rakyat juga merupakan langkah strategis dalam mencukupi kebutuhan bahan baku industi kehutanan. Pada tahun 2005, produksi kayu bulat sebesar 24,22 juta m3, dengan perincian dari kegiatan IUPHHK/HPH sebesar 5,72 juta m3, dari kegiatan IPK sebesar 3,61 juta m3, dari hutan tanaman sebesar 13,58 juta m3 dan dari hutan rakyat sebesar 1,31 juta m3 (Departemen Kehutanan, 2006). Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa 5,4 persen sumber bahan baku industri kehutanan berasal dari Hutan Rakyat. Langkah lain yang ditempuh, sebagaimana yang tercantum dalam Rencana Jangka Panjang Kehutanan Tahun 2005-2025 adalah Mewujudkan Struktur Industri Kehutanan Indonesia yang Kompetitif dan Ramah Lingkungan. Hal ini terlihat dalam pengembangan struktur industri yang efektif dan efisien serta mampu bersaing di pasar Global. Usaha tersebut diharapkan dapat menyeimbangkan antara permintaan dan penawaran bahan baku untuk keperluan industri tanpa mengorbankan kelestarian sumberdaya hutan atau melakukan penutupan industri kayu, sehingga sangat diperlukan tindakan-tindakan penghematan bahan baku di tingkatan masing-masing undustri kehutanan yang berbahan baku kayu. Secara agregate tindakan penghematan ini dapat mengoptimal kebutuhan bahan baku, sehingga permintaan bahan baku kayu dapat ditekan. Salah satu usaha pengoptimalan pemintaan bahan baku kayu adalah dengan meningkatkatkan efektifitas dan efisiensi penggunaan bahan baku di industri penggergajian kayu. Pencapaian tujuan tersebut dapat dilakukan dengan melakukan analisis biaya dan penetapan harga jual dari produk kayu gergajian tersebut. Dengan melakukan analisis tersebut sumber-sumber kegiatan yang inefisien dapat ditelusuri dan selanjutnya dilakukan tindakan ataupun kebijakan dalam mengatasi hal tersebut. Penetapan harga kayu gergajian sangat dipengaruhi oleh besarnya korbanan sumberdaya ekonomi dalam pelaksanaan proses produksi kayu gergajian. Maka dari itu sangat diperlukan pencatatan secara sistematis dan komprehensif setiap transaksi biaya selama daur produk kayu gergajian. Hal ini bertujuan untuk memudahkan manajemen dalam melakukan perencanaan dan pengendalian biaya, penentuan harga pokok produk kayu gergajian dengan tepat dan teliti serta pengambilan kebijakan yang bersifat strategis terutama menyangkut biaya dalam rangka peningkatan efisiensi. Hampir 90 % anggota Indonesian Sawmill and Woodworking Association (ISWA) merupakan perusahaan usaha kecil menengah (UKM) dan tidak memiliki hak pengusahaan hutan (HPH). Jumlah perusahaan yang terdaftar di (Badan Revitalisasi Industri Kehutanan) BRIK saat ini berkisar 1600 perusahaan, namun yang aktif dari tahun ketahun menurun. Pada tahun 2006 perusahaan yang aktif hanya hanya berjumlah 602 perusahaan (Departemen Kehutanan, 2007). CV X merupakan salah satu perusahan UKM yang bergerak dalam memproduksi kayu gergajian dengan bahan baku kayu-kayu yang berasal dari hutan rakyat. Perusahaan ini berdiri awal Juni 2007 (dengan umur enam bulan pada saat penelitian dilakukan). 1.2 Perumusan Masalah Dalam penetapan harga kayu gergajian tergantung pada alur produksi kayu gergajian yang berimplikasi terhadap besar atau kecilnya korbanan biaya yang dikeluarkan. Secara umum, biaya yang terserap dalam proses produksi kayu gergajian adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya overheadpabrik dan biaya-biaya yang bersifat penunjang proses produksi. Kadangkala pada perusahaan penggergajian kayu berskala kecil (penggergajian kayu rakyat) tidak terlalu memperhatikan sistem akutansi yang lazim, proses pencatatan biaya tidak dilakukan sebagaimana mestinya. Seringkali mengabaikan pencatatan biaya overhead pabrik dan biaya non produksi lainnya, sehingga biaya-biaya tersebut yang sebenarnya telah dikeluarkan tidak terhitung dan tidak menjadi komponen harga jual produk yang ditetapkan. Konsekuensi dari hal di atas adalah kurang telitinya penetapan harga jual dari produk yang dihasilkan, sehingga sulit melakukan pengendalian dan perencanaan dan pengambilan keputusan kurang tepat. Hal ini juga akan mengakibatkan efisiensi dan efektifitas industri kayu gergajian rendah. Kapasitas produksi penggergajian tergantung dari kualitas bahan bakunya. Untuk bahan baku yang bagus CV X mampu mengolah lebih kurang 10 m3 bahan baku/hari sedangkan kualitas bahan baku yang kurang bagus hanya mampu lebih kurang 5 m3 bahan baku/hari. Produk yang dihasilkan adalah kayu gergajian yang dengan berbagai dimensi ukuran mulai Balok, Kaso, Reng dan Papan. Perusahaan mengambil kebijakan penetapan harga jual dari masing produk berdasarkan harga pasar yang berlaku di daerah tersebut. Berdasarkan keterngan di atas di indikasikan bahwa CV X kurang memperhatikan serapan biaya pada proses produksi secara teliti dan cermat dalam penetapan harga jual produknya, sehingga perusahaan ini sulitnya melakukan pengendalian dan perencanaan Pada proses pengendalian ada kemungkinan ditemukan penurunan biaya yang tidak seharusnya dikeluarkan sebagai bentuk peningkatan efisiensi. Penurunan biaya tersebut akan berdampak terhadap perubahan harga jual dari produk. Konsekuensi dari perubahan harga jual dan perubahan biaya, akan berdampak terhadap laba yang diterima oleh CV X. Pengaruh dampak perubahan biaya, harga jual dan volume penjualan terhadap perubahan laba yang diperoleh, setiap kebijakan yang telah diambil oleh CV X dapat dijadikan sebagai pedoman perencanaan yang kuat untuk memilih alternatif strategi dan tindakan pada periode produksi berikutnya. Pemilihan alternatif yang berdasar ini akan mengakibatkan pengambilan keputusan secara ekonomis rasional. Berdasarkan uraian di atas maka perlu usaha mengevaluasi industri kayu dalam hai ini CV X dalam rangka mewujudkan produk kehutanan yang kompetitif tidak terlepas dari kualitas produk kayu gergajian, sehingga mampu berkompetisi di pasar. Untuk mewujudkan produk yang kompetitif sangat tergantung seberapa besar biaya yang dikorbankan untuk memproduksi kayu gergajian dan kebijakan perusahan dalam penetapan harga jualnya. Disamping itu perlu dilakukan peningkatan efisiensi dengan melakukan pengendalian biaya sehingga CV X akan membayar serendah mungkin terhadap korbanan sumberdaya yang dikeluarkan. Berdasarkan hal tersebut permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah semua biaya yang terserap di CV X sudah tercatat secara sistematis ? 2. Apakah yang menjadi landasan dalam penetapan harga jual produk kayu gergajian (sawn timber) CV X? 3. Apakah CV X dalam memproduksi produk kayu gergajian masih mungkin melakukan pengendalian biaya dan merubah harga jual sebagai bentuk peningkatan efisiensi ? 4. Apakah dengan perubahan biaya dan perubahan harga jual masih memberikan keuntungan bagi CV X ? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengkaji struktur biaya dan landasan penetapan harga jual produk kayu gergajian di CV X. 2. Menganalisis biaya, selisih biaya dan perubahan harga jual terhadap keuntungan CV X. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi dan dasar pertimbangan kepada pemilik perusahaan dalam penetapan harga jual produk kayu gergajian. Disamping itu, penelitian ini juga dapat dijadikan dasar untuk pengendalian biaya dalam rangka peningkatan efektifitas dan efisiensi proses produksi kayu gergajian sehingga perusahaan dapat melakukan perencanaan strategis akibat dari peningkatan efisiensi dan efektifitas tersebut. Selain itu penelitian ini dapat dijadikan sebagai refrensi dalam penelitian-penelitian berikutnya. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Proses produksi di CV X menghasilkan beberapa variasi dimensi produk kayu gergajian dari beberapa macam jenis bahan baku. Melihat dari prospek pengembangan hutan tanaman rakyat yang lebih cenderung memperhatikan pemilihan komoditas tanaman cepat tumbuh (fast growing) sehingga komoditas ini memiliki prospek sebagai pasokan bahan baku industri penggergajian kayu. Salah satu jenis tanaman kehutanan yang memiliki sifat fast grow tersebut adalah Sengon (Paraseriaunthes falcataria). Dengan sifat yang cepat tumbuh tersebut, memberikan daya tarik tersendiri bagi masyarakat Bogor Barat untuk menanam Sengon di kebun-kebun mereka. Hal ini diperkirakan pasokan kayu Sengon mampu menjamin ketersedian bahan baku industri penggergajian kayu. Melihat prospek di atas penelitian ini akan dibatasi dengan menganalisis penetapan harga pokok pada beberapa produk yang diproduksi oleh CV X. Diantaranya adalah produk Kaso dari bahan baku Sengon dengan dimensi 5 cm x 7 cm x 280 cm (Kaso 57) dan produk Kaso dari bahan baku Sengon dengan dimensi 4 cm x 6 cm x 280 cm (Kaso 46). |
Posted: 11 Jul 2011 12:42 AM PDT (KODE : PASCSARJ-0109) : TESIS PERAN ZAKAT DALAM OPTIMASI PORTOFOLIO INVESTASI ASET (STUDI KASUS PADA UNIT USAHA SYARIAH BANK X) (PRODI : EKONOMI KEUANGAN SYARIAH) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia didunia ini selalu dipenuhi dengan berbagai persoalan, karenanya agama diturunkan untuk menjawab persoalan-persoalan tersebut. Islam dengan 1,5 milyar pemeluknya (hal.6 Morris, 2001) adalah agama yang mengatur secara komprehensif sendi-sendi kehidupan didunia melalui kitab sucinya yaitu Al Qur'an dan Hadits. Islam memiliki hukum-hukum yang yang bersifat universal dan berlaku sepanjang masa. Islam dalam bahasa Arab berarti selamat, damai, tunduk, pasrah dan berserah diri, sehingga Islam berarti penyerahan diri secara total kepada pencipta seluruh alam yaitu Allah SWT. Dengan demikian, bagi pemeluk agama Islam, Al Qur'an dan Hadist adalah petunjuk dari Allah dan Rasulnya dalam pengaturan segala aspek kehidupannya agar selamat. Hal ini berarti tidak ada lagi pemisahan pengaturan antara aspek ekonomi dengan aspek spiritualnya, semua harus merujuk pada Al Qur'an dan Hadist. Perintah ini tertera dalam QS Al Baqarah 2:208 'Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu he dalam Islam secara keseluruhan...." Dalam Islam diyakini bahwa segala sesuatu yang ada didunia ini hanyalah milik Allah, pemilik mutlak segala sesuatu, sedangkan manusia adalah khalifatullah. Manusialah yang ditugaskan untuk mengelola bumi. Allah memerintahkan manusia untuk mencari karunia-Nya atau kekayaan dan dalam proses pencarian tersebut manusia tetap diwajibkan untuk terus mengingat Allah. Selanjutnya, jika harta kekayaan telah dimiliki, maka harta tersebut haruslah dikelola dengan baik. Harta kekayaan tidak pernah dianjurkan untuk ditumpuk sebagai harta yang 'idle' seperti tertera dalam QS 104:2-3, melainkan hams dimanfaatkan untuk mendapatkan kebaikan dunia dan akhirat. Pemanfaatan atas harta yang dimiliki juga sangat dianjurkan oleh Rasulullah, diriwayatkan bahwa Nabi Muhamad SAW mengatakan "Sesungguhnya Allah tidak menyukai kalian menyia-nyiakan harta" (HR Bukhari). Selanjutnya, Aisyah meriwayatkan bahwa Nabi SAW berkata "Siapa sajayang mengerjakan tanah tak bertuan akan lebih berhakatas tanah itu." (HR.Bukhari) (hal.65 Mannan,1992). Kekayaan yang dibiarkan saja akan lenyap habis dimakan zakat, karena pemiliknya harus membayar zakat tiap tahun yang akan mengurangi jumlah kekayaan yang tidak tumbuh tersebut (hal.16 Sadeq, 2002). Sementara itu Ibnu Khaldun mengatakan bahwa kekayaan tidak tumbuh manakala ditimbun dan disimpan. la akan tumbuh dan berkembang bila dibelanjakan untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat, untuk diberikan kepada yang berhak dan menghapuskan kesulitan. (hal.135 Chapra, 2001). Harapan hidup, pendidikan dan pengetahuan serta kesejahteraan yang meningkat telah mendorong manusia untuk berinvestasi. Investasi yang merupakan kegiatan untuk mengembangkan kekayaan (uang) yang dimiliki saat ini untuk mendapatkan keuntungan yang belum pasti dimasa mendatang, pada dasarnya adalah suatu upaya untuk menyiapkan masa depan, karena hal ini juga merupakan perintah dalam Al Qur'an surat al-Hasyr ayat 18 sebagai berikut: 'Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan". Nabi Muhammad SAW juga mengingatkan "Tahanlah sebagian hartamu untuk masa depanmu; hal itu lebih baik bagimu" (HR Bukhari, Muslim). Menurut Huda dan Nasution (hal.18, 2007), konsep investasi selain sebagai pengetahuan juga bernuansa spiritual karena menggunakan norma syariah, sekaligus merupakan hakikat dari sebuah ilmu dan amal, oleh karenanya investasi sangat dianjurkan bagi setiap muslim. Investasi dalam Islam pada prinsipnya adalah menggunakan harta untuk suatu kegiatan usaha yang akan meningkatkan jumlahnya melalui cara-cara yang sesuai syariah. Investasi yang Islami bisa dilakukan secara langsung pada sektor riil maupun melalui pasar uang syariah dan pasar modal syariah. Sedangkan rambu-rambu pengembangan harta kekayaan dalam Islam adalah terhindar dari unsur riba, gharar dan maysir. Harus juga terhindar dari unsur haram, kebathilan dan ketidak adilan. Kemudian harta tersebut harus juga disucikan dengan mengeluarkan zakat harta, jika telah sampai pada nishab dan haul-nya. Dengan demikian, investasi Islami mencakup dimensi dunia dan akhirat. Inilah pembeda antara investasi dalam ekonomi Islam dan investasi konvensional. Dalam ekonomi konvensional, investasi dilakukan hanya untuk keuntungan dunia semata, tidak memasukkan unsur akhirat. Trend pada abad 21 dalam Islamization process yang dikembangkan oleh pemikir kontemporer ekonomi Islam adalah pertama, mengganti ekonomi sistem bunga dengan sistem ekonomi bagi hasil. Kedua, mengoptimalkan sistem zakat dalam perekonomian. Artinya paradigma berinvestasi harus dirubah dari return yang pasti untuk semakin meningkatkan kekayaannya menjadi paradigma profit sharing dan pada saat yang sama harus menyadari adanya kewajiban untuk menyisihkan 2,5% zakat sebagai bagian dari "milik publik". (Mufraini 2006, hal. 9) Metwally (1995 hal.71) menyatakan bahwa besaran zakat sebesar 2,5% diambil dari hasil investasinya saja. Sementara aset yang diinvestasikan tidak terkena zakat. Pendapat inilah yang banyak dipakai oleh lembaga keuangan syariah di Indonesia. Namun demikian, ada pendapat lain yang dikemukakan oleh beberapa ahli fiqih diantaranya Utsaimin (2008, hal.214) maupun Qardhawi (2007, hal.267) menyatakan bahwa dana tunai, sertifikat hutang, obligasi dan sekuritas, sertifikat tabungan atau deposito dan saham, zakatnya diambil dari aset tersebut bukan dari hasilnya saja. Thesis ini mengikuti pendapat yang terakhir bahwa aset yang diinvestasikan akan terkena zakat, termasuk modal pokoknya jika telah memenuhi syarat wajib zakat, dan dihitung sebagai zakat kekayaan. Zakat adalah bagian dari harta yang dimiliki untuk diberikan kepada yang berhak, utamanya kaum fakir dan miskin, karena bagian tersebut adalah milik mereka. Pengeluaran zakat dari harta merupakan suatu kewajiban yang perintahnya diberikan oleh Allah SWT langsung dalam AlQur'an Surat At Taubah 9:103 "Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui." Begitu pentingnya zakat ini hingga zakat dihubungkan dengan shalat sebanyak 82 kali dalam AlQur'an. Abdullah bin Mas'ud r.a seorang sahabat dan Jabir bin Zayd r.a seorang tabiin-percaya bahwa Allah tidak akan menerima shalat seseorang jika orang tersebut tidak membayar zakat. Pendapat ini ditegaskan khalifah Abu Bakar r.a yang memutuskan untuk memerangi orang orang yang meninggalkan shalat dan tidak membayar zakat (Syaikh 2008). Hadits lain yang diriwayatkan oleh Durrul Mantsur menyatakan dari Ali r.a. Rasulullah SAW, bersabda, "Sesungguhnya Allah Swt, telah mewajibkan atas kaum muslimin yang kaya suatu kadar zakat dalam harta mereka, yang akan mencukupi orang-orang fakir diantara mereka. Dan tidaklah ada sesuatu yang menyusahkan orang-orang fakir itu jika mereka kelaparan atau tidak berpakaian, kecuali karena kehilangan orang-orang kaya yang tidak membayar zakatnya. Ingatlah! Sesungguhnya Allah Swt, akan menghisab mereka dengan hisab yang keras dan akan mengadzab mereka dengan adzab yang sangatpedih." (Al khandhalawi rah.a, hal 277). Jelaslah zakat menjadi penting karena didalamnya terkandung ajaran pendistribusian kekayaan yang adil sebagai jaminan sosial diantara kaum muslimin disamping menyelamatkan si pembayar zakat dari penyakit moral berupa kecintaan dan ketamakan terhadap kekayaan dan meningkatkan keimanan serta kesadaran moral. Sedangkan panduan berinvestasi terdapat dalam Al Qur'an surat Al Baqarah ayat 261 : "Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah seumpama sebuah biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada tiap-tiap tangkai itu berisi seratus biji. Dan Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dikehendak-Nyai. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui." Ayat diatas memberikan panduan berinvestasi dijalan Allah, yaitu dari tiap butir benih yang diinvestasikan akan menjadi 700 biji. Sehingga berinvestasi di jalan Allah, melalui zakat, infaq dan shodaqoh diikuti dengan syarat beramal yaitu ikhlas, tidak riya dan tidak menyakiti yang diberi, akan mendapatkan balasan berlipat ganda yaitu sebesar 700 kali karena bagi orang yang beriman, janji Allah adalah benar, dan tidak perlu diragukan lagi. Industri keuangan Islam sedang tumbuh sangat pesat. Sejak permulaan 3 dekade yang lalu, lembaga keuangan Islam terus bermunculan hingga mencapai jumlah 300 buah tersebar di lebih dari 75 negara, mengelola aset sebesar 500 milyar US Dollar (www.global.com.kw). Di Indonesia perkembangan keuangan Islam berawal sejak tahun 1992. Dimulai dengan berdirinya Bank Muamalat yang merupakan bank Islam pertama di Indonesia. Lima belas tahun kemudian, berdasarkan data statistik perbankan syariah Desember 2007, tercatat telah berdiri 3 Bank Umum Syariah, 21 Unit Usaha Syariah dan 114 Bank Perkreditan Rakyat Syariah dengan 482 kantor Pusat dan kantor cabang serta 25 Unit Pelayanan Syariah (www.bi.go.id) Perkembangan Bank Syariah di Indonesia memang cukup pesat, dilihat dari pertumbuhan asset perbankan syariah yang mencapai rata-rata 48,99% pertahun, sejak 2003 hingga 2007. Pada kurun waktu yang sama, perbankan konvensional hanya tumbuh rata-rata 13,22% pertahun. Meskipun demikian, per Desember 2007 market share yang dimiliki baru mencapai 1,76% dari total market share perbankan nasional. Sungguh ironi dengan kenyataan bahwa sebagian besar penduduk Indonesia adalah muslim. Sesuai dengan fungsinya, Bank adalah lembaga intermediasi keuangan antara pihak penyimpan dana (nasabah) dan yang membutuhkan dana. Nasabah mau menyimpan dananya di Bank karena ia percaya bahwa bank dapat memilih alternatif investasi yang menarik yang dapat menghasilkan return yang terbaik. Penelitian yang dilakukan oleh Mangkuto (hal.53-76, Eksis 2005) maupun Samsudin (hal.77-91, Eksis 2005) menjelaskan bahwa keputusan nasabah untuk menggunakan jasa bank syariah dan melakukan penempatan dana investasinya secara khusus sangat dipengaruhi oleh tingkat imbal hasil yang akan didapatnya. Oleh karenanya bank hams melakukan pemilihan investasi dengan seksama, karena kesalahan dalam pemilihan investasi akan membawa akibat rendahnya bagi hasil yang diperoleh, yang akhirnya menurunkan tingkat distribusi bagi hasil bagi para nasabahnya. Tampak jelas disini bahwa sebagai lembaga keuangan syariah Bank mempunyai tugas untuk memaksimumkan pertumbuhan aset investasi yang dimilikinya disamping juga menyisihkan 2,5 % zakat dari aset tersebut sebagaimana trend dalam Islamization process yang sedang dikembangkan oleh pemikir kontemporer abad 21 yaitu mengoptimalkan sistem zakat dalam perekonomian. Suatu penelitian kami lakukan pada sebuah Unit Usaha Syariah Bank X untuk mengetahui bagaimana penerapan sistem zakat pada aset investasinya. Unit Usaha Syariah Bank X adalah suatu unit usaha yang memiliki nilai Return on Asset (ROA) sebesar 2,9% dihitung berdasarkan laporan keuangan bulan Desember 2007. Angka ini cukup tinggi dibandingkan rata-rata statistik perbankan syariah yang berada pada kisaran 1,78%, namun cukup rendah bila dibandingkan dengan ROA bank lain yaitu BPD Jabar yang memiliki angka 3,8% pada periode yang sama. Melalui penelitian awal diketahui bahwa UUS bank X belum menerapkan metode tertentu dalam kebijakan portofolionya. Sampai saat ini yang dipakai adalah perhitungan trial error, sehingga tidak ada rumusan yang jelas, bagaimana menginvestasikan dana yang didapat agar optimum. 1.2 Perumusan Masalah Berinvestasi dalam ekonomi Islam berbeda dengan ekonomi konvensional. Investasi Islami yang menggunakan syariah Islam merupakan kegiatan berinvestasi pada instrumen investasi yang halal saja dengan menghindari unsur riba, gharar, maysir, subhat, haram, kebathilan dan ketidak adilan. Kemudian mengeluarkan zakat dari harta yang diinvestasikan bila harta telah mencapai syarat terpenuhinya wajib zakat. Pengenaan zakat pada aset investasi belum tampak pada UUS Bank X. Metwally yang dikutip oleh Sadeq (2002, hal.16 ) menyatakan bahwa zakat diambil hanya dari return investasi saja. Mereka akan dibebaskan dari zakat atas harta yang diinvestasikan. Pendapat serupa banyak dianut kalangan perbankan syariah di Indonesia, dimana investor akan diberi pilihan apakah bersedia bila bagi hasil yang akan didapat dari suatu investasi akan dipotong zakatnya oleh pihak bank atau tidak. Banyak pula yang mengqiaskan zakat atas aset investasi dengan investasi pada tanaman, dimana zakat diambil dari hasilnya bukan dari pokok investasi. UUS Bank X menghadapi kondisi dimana bagi hasil yang didapat tidak maksimal. Melalui penelitian awal diketahui bahwa sampai saat ini dalam menentukan portofolio investasi aset, UUS Bank X belum mempunyai metode yang dianut dalam membentuk suatu portofolio investasi yang optimum, sehingga mendapatkan bagi hasil yang maksimum. Rumusan masalah dalam thesis ini adalah UUS Bank X dalam investasi portofolio tidak sepenuhnya syar'i, yaitu belum mengenakan ketentuan zakat atas aset investasinya selain tidak optimal dalam membentuk portofolio investasi. Seharusnya sebagai UUS portofolionya hams memperhitungkan ketentuan yang berlandaskan syariah diantaranya masalah zakat. Karenanya dalam thesis ini akan dievaluasi pembentukan portofolio UUS yang memperhitungkan masalah zakat. Dari rumusan permasalahan tersebut dibentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut 1. Bagaimana penerapan ketentuan zakat maal dalam manajemen portofolio aset investasi syariah yang dilakukan UUS bank X ? 2. Bagaimana membentuk portofolio yang optimal bagi UUS Bank X setelah adanya zakat maal ? 3. Apakah terdapat peningkatan hasil investasi portofolio optimal yang baru dengan penerapan zakat maal dibandingkan dengan menggunakan portofolio investasi sebelumnya? 1.3 Tujuan Penelitian Dengan identifikasi masalah diatas, penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut: 1. Membentuk portofolio optimum dengan menerapkan ketentuan zakat maal bagi UUS Bank X. 2. Mengetahui apakah ada peningkatan hasil investasi portofolio optimum yang baru dibentuk dengan memasukkan unsur zakat maal dibandingkan dengan rata-rata hasil investasi portofolio sebelumnya. 3. Memberikan usulan kepada perusahaan berdasarkan portofolio optimum baru yang dibentuk dengan menerapkan ketentuan zakat maal bagi aset investasi. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian yang dilakukan dimaksudkan untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik mengenai manajemen portofolio investasi dengan menerapkan ketentuan zakat maal pada aset investasi. Selanjutnya, diharapkan dapat memperoleh gambaran yang jelas mengenai proses memaksimalkan bagi hasil melalui optimasi portofolio menggunakan metode Markowitz berikut penerapan ketentuan zakat maal pada perhitungannya dengan mengambil sample salah satu UUS bank syariah, sehingga dapat menjadi bahan masukan kepada UUS bank syariah lainnya dalam memaksimalkan bagi hasilnya, dengan memasukkan unsur zakat sebesar 2,5% pada aset investasinya. Bagi akademisi tentunya penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan untuk melakukan penelitian selanjutnya. 1.5 Batasan Masalah Pada umumnya investasi dilakukan pada aset yang merupakan kelebihan pendapatan setelah dikurangi konsumsi. Dengan demikian, diasumsikan bahwa aset yang diinvestasikan disini merupakan harta yang telah layak zakat. Penelitian ini dibatasi hanya pada investasi yang dominan pada portofolio investasi UUS bank X. Investasi yang dimaksud adalah pembiayaan murabaha, pembiayaan mudharabah, pembiayaan musharakah dan pembiayaan istisna, serta investasi pada obligasi syariah. Studi kasus pada Bank X dilakukan semata-mata untuk memudahkan penulis mempresentasikan perbedaan sebelum dan sesudah pembentukan portofolio investasi dengan menggunakan teori Markowitz berikut penerapan ketentuan zakat mal karena ketersediaan data. Sehingga, data yang digunakan diasumsikan merupakan representasi aset individu ataupun lembaga. 1.6 Kerangka Pemikiran Pemilihan metode portofolio investasi dimaksudkan untuk mendapatkan portofolio yang efisien yang memberikan bagi hasil yang diharapkan terbesar untuk tingkat risiko tertentu atau dengan kata lain tingkat risiko terendah untuk tingkat pengembalian tertentu. Memilih strategi portofolio merupakan salah satu proses manajemen investasi yang terdiri dari 5 proses yang berkesinambungan (hal 6. Fabozzi, 2002). Jika dinyatakan bahwa bagi hasil portofolio investasi tidak optimal, dan diyakini proses pemilihan portofolio merupakan penyebabnya, maka tahap inilah yang perlu diperbaiki. Investasi yang dilakukan oleh individu muslim maupun lembaga keuangan syariah tentunya hams mengikuti kaidah investasi secara syariah. Selain berinvestasi hanya pada yang halal saja juga menerapkan ketentuan zakat atas harta yang diinvestasikan sesuai dengan petunjuk dalam Al Qur'an dan Hadist. Sehingga keuntungan yang didapat tidak hanya bersifat monetary value tapi juga spiritual value yaitu keuntungan uchrawi sebesar balasan yang dijanjikan Allah SWT yaitu sebanyak 700 kali sesuai surat Al Baqarah ayat 261. Data-data yang digunakan untuk melakukan penelitian ini adalah data keuangan historis UUS bank X yang merupakan data outstanding pembiayaan murabaha beserta pendapatan marginnya, data outstanding pembiayaan mudharaba beserta pendapatan bagi hasilnya, data outstanding pembiayaan musyarakah beserta pendapatan bagi hasilnya, data outstanding pembiayaan ijarah beserta pendapatan marginnya, data outstanding penempatan obligasi syariah beserta bagi hasilnya dan data penempatan SWBI beserta bonusnya. Penyelesaian permasalahan yang ditawarkan adalah membentuk portofolio investasi dengan metode Markowitz dengan memasukkan unsur zakat. Hasil investasi yang didapat akan dikenakan ketentuan zakat, sehingga investasi yang dilakukan sesuai dengan cara berinvestasi secara syariah. 1.7 Hipotesis Penelitian ini dilakukan untuk melihat jenis investasi yang memiliki bagi hasil tertinggi, kemudian membentuk portofolio optimum bagi UUS bank X yang diharapkan memiliki bagi hasil yang lebih baik dari bagi hasil portofolio saat ini, kemudian mengurangkan zakat dari aset investasi yang terdiri dari pokok dan bagi hasilnya sehingga memenuhi ketentuan syariah. Hipotesis yang dibentuk adalah : H0 : rata-rata return portofolio saat ini sama dengan return portofolio optimal yang baru dibentuk H1 : rata-rata return portofolio saat ini lebih kecil dari return portofolio optimal yang baru dibentuk 1.8 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penulisan karya akhir ini adalah analisis portofolio optimal yang pembentukannya dilakukan dengan menggunakan model portofolio Markowitz dengan memasukkan unsur zakat pada penghitungannya. Pilihan ini dilakukan karena portofolio dengan model Markowitz mudah dibentuk agar sesuai dengan karakteristik investasi yang diinginkan dan tujuan yang ingin dicapai. Jenis investasi yang digunakan dalam membentuk portofolio optimum adalah jenis investasi yang sesuai syariah yaitu pembiayaan-pembiayaan syariah, obligasi syariah dan penempatan dana pada bank Indonesia dalam bentuk SWBI. Kemudian pada akhir investasi dikeluarkan zakat sebesar 2,5% baik dari hasil investasi maupun pokoknya sesuai ketentuan dalam Islam. Bank syariah pada prinsipnya merupakan investment banking dimana konsep investasinya merupakan equity sharing yang sangat mirip dengan berinvestasi pada saham dibursa efek. (hal. 7 Nawawi, 2006) Asumsi ini membuat teori portofolio Markowitz dapat dipergunakan dalam analisa investasi portofolio bank syariah. Untuk mempermudah perhitungan kombinasi proporsi alokasi investasi dalam pembentukan portofolio efisien akan dipergunakan program solver yang terdapat dalam software excell microsoft office. Uji statistik testing hypothesis untuk dua sample independent akan digunakan untuk menguji apakah tingkat bagi hasil yang dihasilkan masing-masing portofolio berbeda secara statistik pada tingkat kepercayaan tertentu. Uji ini dilakukan untuk melihat apakah ada perbedaan kinerja dari portofolio yang sudah ada saat ini dengan portofolio optimal yang disusun berdasarkan teori Markowitz dengan memasukkan unsur zakat didalamnya. 1.9 Sistematika Penulisan BAB I Pendahuluan Pada bab ini diuraikan latar belakang permasalahan, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penulisan thesis, kerangka pikir, hipotesis serta metodologi penelitian yang digunakan dalam pengumpulan dan pengolahan data serta uraian mengenai sistimatika penulisan BAB II Tinjauan Pusaka Bab Ini menjelaskan tentang landasan teori yang dijadikan dasar dalam pemecahan masalah. Diuraikan pula berbagai informasi yang yang bersumber dari textbook, journal dan artikel yang berhubungan dengan tujuan pembahasan sebagai bahan pendukung dalam memperoleh hasil pembahasan yang lebih baik. BAB III Metodologi dan Data Penelitian Ruang lingkup penelitian, data yang dibutuhkan, proses pengumpulannya serta metodologi penelitian yang akan digunakan, model penelitian dalam menulis karya akhir diuraikan pada bab ini. Pada bagian akhir bab ini digambarkan alur proses penelitian. BAB IV Analisis dan Pembahasan Bab ini berisi penjelasan mengenai jenis data yang telah dikumpulkan. Pada bab ini juga diuraikan tahap-tahap penelitian serta gambaran hasil pengolahan data menggunakan metode optimasi portofolio Markowitz, dengan mengenakan ketentuan zakat pada aset investasi tersebut. Kemudian membandingkan bagi hasil dari portofolio optimal yang baru dibentuk dengan bagi hasil portofolio UUS Bank X sebelum dibentuk portofolio optimal. BAB V Kesimpulan dan Saran Bab ini menyimpulkan hasil penelitian yang dilakukan serta memberikan masukan dari hasil analisa untuk dapat dipergunakan oleh pihak yang berkepentingan. |
TESIS PENGARUH METODE PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS Posted: 11 Jul 2011 12:40 AM PDT (KODE : PASCSARJ-0108) : TESIS PENGARUH METODE PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS (PRODI : PENDIDIKAN DASAR) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu proses pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas, sesuai dengan tujuan dan fungsi pendidikan nasional dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003, Bab II Pasal 3 yang menyatakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, sedangkan tujuan Pendidikan Nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar dapat menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Fungsi dan tujuan pendidikan itu dapat diwujudkan melalui pembentukan watak mulai dari jenjang pendidikan dasar hingga pada pendidikan tinggi melalui peningkatan kualitas proses pembelajaran. Kesungguhan bangsa Indonesia untuk meningkatkan mutu pendidikan terlihat pula dalam UUD 1945 amandemen ke 4 pasal 31 Bab XII tentang Pendidikan dan Kebudayaan ayat 4 yang berbunyi: " Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional. Anggaran 20% untuk biaya khusus pendidikan tentunya sangat membantu untuk peningkatan kualitas pendidikan di negara berkembang ini menjadi negara yang dapat memposisikan sebagai negara maju di mata dunia. Sikap optimis akan bermakna dan menjadi kenyataan di masa yang akan datang bila ada keseriusan dukungan dan komitmen dari semua pihak terkait baik masyarakat, sekolah maupun pemerintah. Persoalan kualitas pendidikan ini seakan-akan tidak ada habis-habisnya, setiap saat harus mencari wujud bam untuk menghadapi perkembangan dan pembahan zaman serta kemajuan teknologi yang semakin pesat. Sekolah mempakan lembaga formal yang berfungsi merealisasikan kesungguhan bangsa untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia (SDM) dan mempunyai tugas untuk mencerdaskan anak bangsa agar menjadi manusia yang beriman dan berilmu pengetahuan sesuai dengan keinginan orang tua dan harapan bangsa. Sebagai institusi formal, sekolah berperan mempersiapkan peserta didik menjadi manusia yang berkualitas dalam arti dapat memecahkan masalah kehidupan baik masa kini, maupun masa mendatang, dengan memaksimalkan perkembangan potensi-potensi yang ada pada peserta didik. Atas dasar itulah maka sekolah wajib menyelenggarakan proses belajar mengajar dengan baik dengan memperhatikan berbagai faktor penunjang yang akan mempermudah tercapainya harapan di atas dengan optimal. Tentunya untuk mewujudkan harapan bangsa di atas, maka lembaga sekolah berkewajiban selalu untuk mengevaluasi program dan bempaya selalu lebih baik dari program sebelumnya. Dalam mempersiapkan manusia Indonesia yang berkualitas khususnya pada jenjang pendidikan dasar, guru merupakan sosok yang berperan penting sebagai penyedia informasi untuk pengembangan potensi siswa dalam pengelolaan keragaman situasi pembelajaran. Banyak kendala dan tantangan yang dihadapi dan mesti ditanggulangi oleh guru. Khusus untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, guru sudah saatnya memberikan perhatian yang lebih besar terhadap model pembelajaran yang digunakan. Selama ini model pembelajaran yang digunakan masih bersifat konvensional, yang mengacu kepada upaya-upaya menyelesaikan materi hanya dengan menggunakan pendekatan duduk, dengar, catat, hal ini tidaklah mampu untuk mengembangkan potensi siswa yang ada. Dalam proses pembelajaran, para guru selalu dituntut untuk bempaya menciptakan iklim kelas yang nyaman serta menyenangkan peserta didik. Materi yang diberikan betul-betul mempunyai makna secara praktis yang dapat berguna untuk kehidupannya. Tetapi pada kenyataannya, masih banyak sekolah yang berorentasi pada hasil akhir evaluasi/orentasi nilai akhir dengan mengabaikan proses. Sehingga lembaga itu bempaya penuh untuk membantu para siswa dalam menjawab soal evaluasi akhir. Memberikan kemudahan-kemudahan dalam proses pendidikan dengan mengesampingkan hakekat pendidikan itu sendiri, seperti remedial dapat diganti dengan barang atau membeli sesuatu yang tidak ada nilai tambah pada penguasaan ilmu peserta didik, memaksa/memarahi, dan menghukum siswa dengan tidak dimengerti alasannya. Hal tersebut dapat menyebabkan para siswa belajar karena takut pada guru bukan atas dorongan keingintahuannya. Sehingga bukan hal yang mustahil siswa hanya berorentasi pada hasil akhir, bukan pada prosesnya yang diutamakan. Sebagai akibat dari pembelajaran yang kurang berorientasi pada proses maka munculah mental-mental para peserta didik untuk melakukan perbuatan yang tidak terpuji dan melanggar norma dengan melakukan perbuatan yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan nilai. Sehingga tidak jarang terdengar jual beli nilai ataupun pembocoran soal ujian. Perbuatan jalan pintas untuk mendapatkan nilai di atas sangat berdampak terhadap kemampuan peserta didik nantinya setelah mereka menamatkan suatu jenjang pendidikan. Sedangkan akibat jangka panjang dari pembelajaran yang hanya berorientasi pada nilai di atas adalah munculnya para lulusan yang tidak siap pakai dan kurang mampu untuk berkarya sebagai akibat dari kurangnya proses selama dalam pendidikan. Selanjutnya akan muncul generasi-generasi yang tidak kreatif dan kurang tanggap membaca peluang apalagi untuk menciptakan lapangan kerja. Hal di atas sesuai dengan yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat (200, 45-49), yang menjelaskan bahwa, "kelemahan mentalitas bangsa Indonesia setelah revolusi adalah sikap mental yang merendahkan mutu dan sudah hampir hilang kebutuhan akan kualitas dari hasil karya serta hilangnya rasa peka terhadap mutu". Lebih mendalam Koentjaraningrat menjelaskan kelemahan mentalitas pasca revolusi antara lain berupa munculnya mentalitas yang suka menerabas, mentalitas yang bernafsu untuk mencapai tujuan secepat-cepatnya tanpa banyak melakukan kerelaan berusaha, pengorbanan, usaha yang bertahap selangkah demi selangkah, semua itu sebagai akumulasi dari akibat mentalitas merendahkan mutu. Adapun akibat jangka pendek dari pelaksanaan pendidikan yang hanya berorientasi pada hasil adalah rendahnya minat dan motivasi siswa untuk melakukan proses belajar. Siswa kurang berminat dengan mated pelajaran. Indikasi ini terlihat dengan rendahnya usaha siswa dalam berbagai kegiatan dalam kelas maupun kegiatan belajar diluar kelas seperti pekerjaan rumah (PR) atau usaha yang rendah dalam mengikuti ujian. Siswa juga menjadi agresif dalam mengganggu siswa lain, dan dengan mudahnya meninggalkan kelas dan semuanya bermuara pada pelanggaran aturan sekolah. Perilaku-perilaku negatif di atas sebenarnya dapat ditanggulangi jika guru dapat memotivasi belajar siswa dengan model pembelajaran yang menyenangkan dan membuat tantangan-tantangan dalam proses belajar. Jika motivasi sudah tumbuh dalam diri siswa, mereka akan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan pembelajaran. Kreatifitas guru dalam melaksanakan berbagai model dalam pembelajaran sebagai modal yang sangat berharga dalam memotivasi siswa dalam belajar sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar. Sekolah Dasar merupakan sekolah yang sangat mendasari para siswa untuk melanjutkan ke jenjang lebih tinggi. Pendidikan dasar bertujuan memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan kehidupan sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara dan anggota umat manusia serta mempersiapkan siswa untuk mengikuti pendidikan menengah. Depdikbud (1993: 16), Keseriusan para guru di tingkat dasar sangat menentukan keberhasilan belajar siswa di tingkat berikutnya. Hal ini beralasan karena pendidikan di tingkat dasar, merupakan modal dasar bagi siswa untuk dapat/mampu mengembangkan pengetahuan ke arah lebih luas dan mendalam tentang apa yang dipelajarinya. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di Sekolah Dasar dengan fokus kajiannya adalah kehidupan manusia dengan sejumlah aktivitasnya. Materi pendidikan IPS berasal dari disiplin ilmu-ilmu sosial yang kemudian diorganisasi dan disederhanakan untuk kepentingan pendidikan. (Nana Supriyatna, 2007: 3). Pendidikan IPS sebagai bidang studi terkait dengan kenyataan sosial yang bertujuan pembentukan warga Negara yang baik (good citizenship), maka perlu pengembangan kepada proses pembelajaran yang humanis dan dinamis (Sapriya,dkk, 2007:1). Untuk itu perlu berbagai strategi, pendekatan dan tekhnik untuk membangun sikap sosial dan berpikir kritis siswa. Berbagai usaha telah dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan dan sekolah guna peningkatan kualitas guru dalam melaksanakan proses pembelajaran antara lain melalui pelatihan-pelatihan pembelajaran dan seminar-seminar. Dengan kegiatan ini diharapkan guru mampu meningkatkan hasil belajar siswa secara optimal. Namun, kenyataannya untuk pencapaian hasil belajar siswa, berdasarkan pengamatan awal yang dilakukan untuk mata pelajaran IPS di SD Negeri Z Kecamatan X Kabupaten Y masih tetap rendah. Nilai Ilmu Pengetahuan Siswa (IPS) para lulusan Sekolah Dasar tersebut lima tahun terakhir masih di bawah rata-rata. sebagaimana tabel berikut : * Tabel sengaja tidak ditampilkan * Berdasarkan tabel di atas dapat di lihat bahwa dalam mata pelajaran IPS, masih belum mencapai hasil belajar yang optimal seperti yang diharapkan. Berbagai fenomena yang teramati antara lain mungkin disebabkan belum lengkapnya fasilitas pembelajaran yang ada, metode pembelajaran yang belum dapat mengembangkan keterampilan belajar siswa, gaya mengajar guru yang tidak bervariasi dan masih mempertahankan cara-cara yang lama yaitu guru sebagai subyek dan siswa sebagai obyek dengan pencapaian mated sebagai target akhir Selain hal-hal di atas, permasalahan mendasar yang tak kalah pentingnya adalah proses pembelajaran IPS yang kurang memperhatikan lingkungan sosial dan kultural peserta didilk. Masyarakat Sumatera Barat atau yang lebih dikenal dengan etnis Minangkabau termasuk dalam kategori masyarakat yang aktif, kreatif dan dinamis. Pola didikan dan pola pengasuhan tersebut sudah berlaku secara turun-temurun dari satu generasi kepada generasi berikutnya. Tuntutan akan hal demikian karena menurut adat Minangkabau, seseorang anak yang telah menanjak dewasa akan pergi migrasi ke daerah lain yang dikenal dengan tradisi "Merantau". Seorang anak Minangkabau dalam menuju proses pendewasaan diharuskan mencari pengalaman hidupnya melalui tradisi "Merantau'' agar anak diharapkan bisa hidup mandiri dan lepas dari ketergantungan kepada orang tua maupun keluarganya. Ketika pembelajaran IPS di sekolah bersifat monoton dan pasif serta kurang memperhatikan pada aktivitas dan kreativitas anak sesuai dengan pola pengasuhan dan pola didikan anak di Minangkabau maka berdampak terhadap proses pembelajaran di sekolah. Pola pengasuhan yang diterima siswa di lingkungan keluarga dan masyarakat sekitarnya yang menuntut mereka untuk mandiri dan berkarya bertolak belakang dengan proses pembelajaran IPS di sekolah yang monoton dan didominasi oleh guru. Proses pembelajaran yang pasif ini memberi dampak terhadap motivasi belajar siswa di sekolah. Sementara itu permasalahan di pihak siswa adalah rendahnya motivasi belajar siswa mengikuti mata pelajaran IPS yang ditunjukkan oleh sikap dan tingkah laku mereka yang negatif pada saat proses pembelajaran berlangsung misalnya siswa pasif dalam mengikuti pelajaran dan sering keluar kelas saat pelajaran sedang berlangsung. Rendahnya hasil belajar siswa juga disebabkan oleh faktor eksternal yang ditunjukkan oleh ketidaktepatan model pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Guru kurang memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran dalam menumbuhkan motivasi, minat, dan kreativitas siswa untuk belajar dan berusaha mengatasi kesulitannya. Proses pembelajaran seolah-olah telah berjalan dengan baik, karena materi yang telah digariskan dalam silabus telah disajikan sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan. Di satu sisi justru hal yang terjadi dapat mematikan gairah belajar siswa karena guru kurang kreatif, guru lebih mendominasi ketika menyampaikan materi pembelajaran dan cenderung mengabaikan kesiapan belajar siswa. Guru kurang memperhatikan setiap siswa yang memiliki keberagaman individual, baik latar belakang kemampuan/ pengetahuan, sikap, motivasi, dan sebagainya. Hal ini terungkap ketika guru memerintahkan siswa membentuk kelompok belajar untuk mendiskusikan mated. Hal ini juga diakui oleh kepala sekolah sewaktu penulis melakukan observasi awal yang menjelaskan bahwa rendahnya minat siswa untuk belajar IPS yang mungkin disebabkan oleh faktor eksternal dan internal di atas, termasuk disi adalah model pembelajaran yang masih sangat konvensional. (Agustiar, Kepala Sekolah SDN Z, wawancara waktu observasi) Untuk mengubah dan meminimalisir fenomena yang ada dalam proses pembelajaran IPS di atas, perlu kiranya dicoba menerapkan model pembelajaran yang memungkinkan siswa termotivasi dan terlibat secara aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Oleh sebab itu, guru sepatutnya sudah membah paradigma tujuan pembelajaran di atas dari orientasi "hasil" kepada "proses" maka dalam dalam hal ini, guru dituntut kemampuannya untuk memilih dan memilah atau mendesain pembelajaran yang tidak membosankan bagi peserta didik. Hal tersebut diantaranya bisa dilakukan dengan cara memilih dan menentukan sumber, media serta pendekatan pembelajaran yang beralih dari paradigma tradisional ke paradigma moderen. Secara teoritis salah satu pendekatan yang dianggap termasuk inovatif adalah pendekatan pembelajaran berbasis portofolio. Model pembelajaran berbasis portofolio dipandang dapat membantu guru dalam meningkatkan proses pembelajaran mata pelajaran IPS SD. Pada model pembelajaran berbasis portofolio mempakan karya terpilih dari seorang siswa, tetapi dapat juga bempa karya terpilih dan satu kelas secara keseluruhan atau kelompok siswa yang bekerja secara kooperatif membuat kebijakan untuk memecahkan masalah. Istilah "Karya terpilih" mempakan kata kunci dan portofolio. Maknanya adalah bahwa yang harus menjadi akumulasi dari segala sesuatu yang ditemukan para siswa dari topik mereka harus membuat bahan-bahan yang menggambarkan usaha terbaik siswa dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan kepadanya, serta mencakup pertimbangan terbaik tentang bahan-bahan mana yang paling penting. Oleh karena itu portofolio bukanlah kumpulan bahan yang asal ambil dari sana sini, tidak ada relevansinya satu sama lain, ataupun bahan yang tidak memperhatikan signifikansi sama sekali. Kelebihan dari model pembelajaran berbasis portofolio ini menumt Ami Fajar (2005:45) yaitu: (1) Siswa berlatih memadukan antara prinsip dan konsep yang diperoleh dan penjelasan guru atau dari buku/bacaan dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, (2) Siswa mampu mencari informasi di luar kelas, baik informasi berasal dan bundel bacaan, penglihatan, objek langsung, TV/ radio (internet) maupun orang/pakar/tokoh, (3) Siswa dapat membuat alternatif pemecahan masalah terhadap topik yang dibahas, (4) Siswa mampu membuat keputusan (sesuai kemampuannya) yang berkaitan dengan konsep yang telah dipelajarinya dan (5) Siswa mampu memmuskan langkah yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah. Pada dasarnya potofolio sebagai model pembelajaran yang akan di lakukan dalam penelitian mempakan suatu usaha yang dilakukan guru agar siswa memiliki kemampuan untuk mengungkapkan dan mengekspresikan dirinya sebagai individu maupun kelompok. Kemampuan tersebut diperoleh siswa melalui pengalaman belajar seperti mencari informasi, mengorganisir informasi, membuat laporan, menulis laporan yang dituangkan dalam pekerjaannya sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan siswa Sekolah Dasar. Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan dalam pembelajaan berbasis portofolio di Sekolah Dasar antara lain: 1. Mengidentifikasi masalah, yang meliputi: penugasan, kegiatan kelompok, diskusi dan tanya jawab. 2. Memilih masalah untuk kajian kelas, yang meliputi: masalah menarik, sesuai dengan kemampuan siswa sekolah dasar dan nyata dalam kehidupan masyarakat. 3. Mengurupulkan informasi yang meliputi sumber-sumber dari bahan pelajaran, surat kabar, kliping dan dari pemerintah (pemerintah desa atau camat) dan masyarakat. 4. Membuat portofolio kelas 5. Penyajian portofolio 6. Refleksi pada pengalaman belajar dengan mengambil kesimpulan dan penilaian. Kesemua langkah-langkah di atas akan di sesuaikan dengan tingkat perkembangan dan kemampuan siswa-siswa Sekolah Dasar agar dalam pembelajaran siswa tetap dapat menikmati pembelajaran dengan enjoyfull dan bukan merasakan suatu beban yang berat. Bagaimanapun metode pembelajaran berbasis portofolio tetap berprinsip bagaimana membelajarkan anak untuk belajar dengan mandiri dan kreatif. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut pengaruh metode pembelajaran berbasis portofolio untuk proses pembelajaran mata pelajaran IPS SD, untuk melihat seberapa besar kontribusi metode pembelajaran berbasis portofolio terhadap motivasi dan prestasi belajar pelajaran IPS siswa. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh metode pembelajaran berbasis portofolio terhadap motivasi dan prestasi belajar IPS siswa sekolah dasar? Rumusan masalah tersebut selanjutnya dijabarkan dalam pertanyaan-pertanyaan penelitian berikut. 1. Apakah terdapat peningkatan dalam motivasi belajar IPS antara siswa yang belajarnya memperoleh metode pembelajaran berbasis portofolio dengan siswa yang belajarnya memperoleh pembelajaran konvensional? 2. Apakah terdapat peningkatan dalam prestasi belajar IPS antara siswa yang belajarnya memperoleh metode pembelajaran berbasis portofolio dengan siswa yang belajarnya memperoleh pembelajaran konvensional? 3. Bagaimanakah deskripsi proses pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran berbasis portofolio dalam meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa? C. Pembatasan Masalah Agar permasalahan tidak meluas, penelitian dibatasi pada hal-hal berikut: 1. Penelitian ini hanya pada hasil belajar IPS pada aspek kognitif, tidak pada aspek afektif dan psikomotor. 2. Penelitian dilakukan di kelas VI sekolah dasar D. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan motivasi belajar IPS siswa melalui Metode pembelajaran berbasis portofolio dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. 2. Untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan prestasi belajar IPS siswa melalui metode pembelajaran berbasis portofolio dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. 3. Untuk mendeskripsikan proses pembelajaran yang menerapkan metode pembelajaran berbasis portofolio dalam meningkatkan motivasi dan prestasi belajar IPS siswa. E. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapakan dapat memberikan sumbangan pikiran dan titik tolak bagi penelitian lebih lanjut dan lebih spesifik tentang model pembelajaran berbasis portofolio terhadap motivasi dan prestasi belajar siswa pada pelajaran IPS di SD. b. Kegunaan Praktis Sedangkan kegunaan praktis dalam penelitian ini, diharapkan bermanfaat bagi berbagai pihak antara lain; 1. Bagi siswa dengan penerapan metode pembelajaran berbasis portofolio diharapkan dapat memperoleh pengalaman dan keterampilan yang berharga sehingga dapat digunakan sebagai latihan untuk mempelajari IPS secara bersama-sama dengan teman sebaya. 2. Bagi guru yang ingin menerapkan metode pembelajaran berbasis portofolio dalam pembelajaran IPS di SD dapat digunakan sebagai salah satu contoh dalam menerapkan pembelajaran. 3. Bagi kepala sekolah dan Kepala Dinas Pendidikan diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam menentukan kebijakan tentang metode pembelajaran yang cocok untuk mata pelajaran IPS di berbagai jenjang pendidikan umumnya, dan Sekolah Dasar (SD) khususnya. 4. Bagi peneliti sejenis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu dasar dan masukan dalam mengembangkan penelitian model-model atau metode-metode pembelajaran konstruktif selanjutnya. F. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional 1. Variabel penelitian Penelitian ini adalah penelitian kuasi eksperimen yang terdiri dari tiga variabel yaitu satu variabel bebas dan dua variabel terikat. Variabel bebas adalah pembelajaran berbasis portofolio (X) dan variabel terikat yaitu motivasi belajar (Y1) dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS (Y2). Analisis terhadap hubungan antara variabel bebas dan terikat ini akan diuji melalui uji statistik. 2. Definisi Operasional Dalam penelitian ini terdapat beberapa istilah yang diinterpretasikan sebagai berikut. a. Metode Pembelajaran Portofolio adalah metode pembelajaran dengan mengurupulkan kertas-kertas berharga dari suatu pekerjaan siswa dengan maksud tertentu dan terpadu yang diseleksi menurut panduan-panduan yang ditentukan. Setiap portofolio memuat bahan-bahan yang menggambarkan usaha terbaik siswa dalam mengerjakan tugas-tugas terbaik yang diberikan kepadanya, serta mencakup pertimbangan terbaiknya tentang bahan-bahan mana yang paling penting untuk di tampilkan (Arnie Fajar, 2005: 47). b. Motivasi belajar adalah dorongan semangat dalam belajar yang diperoleh siswa dalam mempelajari mata pelajaran IPS yang berasal dari dalam dan luar diri siswa setelah mendapatkan pembelajaran IPS dengan metode pembelajaran berbasis portofolio. c. Prestasi pada penelitian ini ditunjukan oleh peningkatan kemampuan kognitif siswa pada pembelajaran IPS yang merupakan hasil dari proses penerapan metode pembelajaran berbasis portofolio dalam belajar IPS . d. Pembelajaran Konvensional adalah metode ceramah yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran. G. Asumsi dan Hipotesis 1. Asumsi Penelitian ini didasarkan atas asumsi bahwa "Metode pembelajaran berbasis portofolio" mendorong siswa untuk belajar secara bersama dalam kelompok dan saling mendorong untuk berprestasi bersama. 2. Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Terdapat peningkatan dalam motivasi belajar IPS antara siswa yang belajarnya memperoleh metode pembelajaran berbasis portofolio dengan siswa yang belajarnya memperoleh pembelajaran konvensional. 2. Terdapat peningkatan dalam prestasi belajar IPS antara siswa yang belajarnya memperoleh metode pembelajaran berbasis portofolio dengan siswa yang belajarnya memperoleh pembelajaran konvensional. |
You are subscribed to email updates from gudang makalah, skripsi dan tesis To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
0 komentar:
Post a Comment