download makalah, skripsi, tesis dll. |
- SKRIPSI PTK PENERAPAN PEMBELAJARAN SEMI INDIVIDUAL UNTUK MATERI SISTEM PENCERNAAN MAKANAN MANUSIA
- SKRIPSI PTK PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MODEL RELATING, EXPERIENCING, APPLYING, COOPERATING, TRANSFERRING (REACT) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR
- SKRIPSI PTK PENERAPAN METODE EVERYONE IS TEACHER HERE DALAM UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
- SKRIPSI PTK MENINGKATKAN MINAT STUDI LANJUT KE SMK MELALUI LAYANAN INFORMASI KARIER
- SKRIPSI PTK IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA KONSEP OPTIK GEOMETRI
- SKRIPSI PTK EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN EKONOMI PADA MATERI PAJAK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT
- SKRIPSI PTK EFEKTIFITAS PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING PADA MAPEL PKN
- SKRIPSI PTK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN MATERI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN MELALUI STRATEGI TANDUR
- SKRIPSI PTK EFEKTIVITAS PEMANFAATAN MEDIA AUDIO VISUAL VIDEO PEMBELAJARAN DALAM UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SEJARAH
- SKRIPSI PTK IMPLEMENTASI LEARNING CYCLE 5E BERORIENTASI CHEMOENTREPRENEURSHIP UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN KIMIA POKOK BAHASAN LARUTAN ASAM DAN BASA
SKRIPSI PTK PENERAPAN PEMBELAJARAN SEMI INDIVIDUAL UNTUK MATERI SISTEM PENCERNAAN MAKANAN MANUSIA Posted: 21 Mar 2014 12:35 AM PDT (KODE : PTK-0165) : SKRIPSI PTK PENERAPAN PEMBELAJARAN SEMI INDIVIDUAL UNTUK MATERI SISTEM PENCERNAAN MAKANAN MANUSIA (BIOLOGI KELAS VIII)BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peserta didik SMP X sangat beragam mulai dari perbedaan tingkat sosial, ekonomi, maupun kemampuan. Mereka memiliki aspirasi, bakat, dan kemampuan yang berbeda-beda antara satu dengan peserta didik lainnya. Khususnya kelas VIII memiliki heterogenitas kemampuan yang menonjol. Hasil observasi peneliti saat proses belajar mengajar di kelas VIII, menunjukkan bahwa heterogenitas kemampuan peserta didik terlihat jelas. Hal ini terbukti saat pembelajaran berlangsung hanya beberapa siswa saja yang aktif dan siswa yang tercatat aktif tersebut adalah siswa yang sama, peneliti mendapatkan data awal tentang hasil belajar siswa saat UHT dengan rentang nilai yang terlampau jauh yaitu antara 94-28. Selain hal tersebut pembentukan kelompok heterogen yang sering dilakukan guru justru membuat perbedaan mereka semakin menonjol sehingga hasil belajar siswa rendah karena saat dilakukan evaluasi nilai rata-rata hanya mencapai 6,2. Hasil belajar untuk Mata Pelajaran Biologi dari sebagian besar peserta didik masih menunjukkan tingkat rata-rata di bawah Ketentuan Kelulusan Minimal (KKM), yaitu 6,5. Untuk itu diperlukan pembelajaran yang cocok dengan paradigma di atas yaitu pembelajaran individual. Pembelajaran individual memiliki beberapa keunggulan. Dengan dilaksanakannya pembelajaran individual maka akan tercipta suatu ketuntasan belajar yang baik. Karena dalam hal ini, siswa yang dalam kategori berkemampuan rendah, akan dapat mencapai ketuntasan, mengikuti siswa yang berkemampuan sedang dan tinggi yang secara praktis memang lebih cepat menyerap pelajaran dibanding siswa berkemampuan rendah. Melalui pendekatan individual memungkinkan seorang guru untuk dapat memperhatikan siswa secara individual. Sehingga guru akan mengetahui secara persis potensi, kemampuan dan aspirasi siswa. Karena dalam pendekatan pembelajaran individual ini, guru melakukan pembelajaran atau bimbingan secara "face to face" dengan siswa. Seorang guru menangani beberapa orang siswa saja. Seorang guru harus memperhatikan siswa secara orang per orang. Tentu saja hal ini membutuhkan rasio Guru dan siswa yang ideal. Dengan kata lain, jumlah guru setiap mata pelajaran, harus memadai untuk mengawal sejumlah siswa yang ada. Hal ini pada sistem klasikal, dimana seorang guru mengajar untuk 30 sampai 40 siswa. Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu bentuk interaksi sosial. Interaksi antara guru dengan siswa guna mencapai tujuan pembelajaran sebagaimana telah ditetapkan. Oleh karena merupakan interaksi, maka harus terjadi komunikasi dua arah. Harus terjadi hubungan yang bersifat timbal balik. Agar terjadi komunikasi timbal balik, maka seorang guru harus memperhatikan keunikan masing-masing siswa. Seorang guru harus memperhatikan heterogenitas peserta didik agar dicapai hasil yang optimal (Slameto : 1995). Lebih lanjut, Slameto mengemukakan, ada 2 cara untuk membantu siswa agar belajar sesuai dengan keadaan individual tiap siswa, yaitu : a). Siswa dikelompokkan sesuai dengan tujuan yang mau dicapai dan berdasar sifat-sifat tersebut. Cara ini banyak dilakukan dalam kegiatan di bidang musik dan atletik. b). Materi, perlengkapan, ruang diatur secara fleksibel untuk memungkinkan belajar secara independen agar siswa dapat belajar sesuai dengan tempo dan caranya sendiri. Namun, Pembelajaran individual juga memiliki beberapa kendala. Kendala yang dihadapi adalah rasio guru siswa yang terlampau tinggi. Jumlah guru yang tak sebanding dengan jumlah siswa merupakan kendala utama pelaksanaan pembelajaran individual. Oleh karena itu, pembelajaran di sekolah-sekolah formal masih lebih memilih pembelajaran model klasikal, pembentukan kelompok masih bersifat heterogen, serta perhatian terhadap siswa yang berkemampuan rendah masih sangat kurang. Di sisi lain Julyan dan Ducworth dalam Prayitno (2004) menyatakan bahwa guru perlu memperhatikan secara sungguh-sungguh interpretasi siswa terhadap data yang ditemukan sambil menaruh perhatian khusus pada keraguan, kesulitan, dan kebingungan setiap siswa, memperhatikan perbedaan pendapat dalam kelas, dan memberikan penghargaan terhadap setiap siswa. Ketidaktahuan siswa bukanlah hal yang jelek dalam belajar melainkan merupakan langkah awal untuk mulai belajar. Atas dasar semua itu, maka diperlukan model pembelajaran yang merupakan alternatif solusi atas permasalahan ini. Yakni model pembelajaran Klasikal yang menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran individual, yang tidak lain adalah Pembelajaran Semi Individual. Dengan pembelajaran semi individual ini akan dapat mengatasi keberagaman kemampuan siswa yang tinggi, dengan cara mengajarkan fakta dan konsep secara klasikal, kemudian mengaplikasikan prinsip dan skill secara kelompok menggunakan media Lembar Kerja, dan membagi kelas dalam tiga kelompok : kelompok pandai, sedang dan kurang. Dengan demikian heterogenitas peserta didik bisa diaktualisasikan lebih optimal. Berdasarkan pemikiran di atas dilakukan penelitian tentang pembelajaran semi individual yang penulis angkat dalam skripsi berjudul "PENERAPAN PEMBELAJARAN SEMI INDIVIDUAL UNTUK MATERI SISTEM PENCERNAAN MAKANAN PADA MANUSIA PADA KELAS VIII DI SMP X". B. Rumusan Masalah Apakah pembelajaran semi individual dapat diterapkan pada siswa kelas VIII dalam materi Sistem pencernaan makanan pada manusia ? C. Tujuan Penelitian Untuk menguji apakah pembelajaran semi individual dapat diterapkan pada siswa kelas VIII dalam materi Sistem Pencernaan Pada Manusia. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru, siswa dan sekolah. 1. Bagi guru Dapat memperkaya variasi penyampaian pengetahuan pada materi sistem pencernaan makanan manusia dalam kehidupan. 2. Bagi peserta didik a. Dapat meningkatkan aktivitas siswa selama pembelajaran menggunakan pendekatan yang diberikan oleh guru. b. Dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 3. Bagi sekolah Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi sekolah dalam sebagai upaya perbaikan proses pembelajaran secara menyeluruh, sehingga kualitas pembelajaran akan lebih meningkat. |
Posted: 21 Mar 2014 12:29 AM PDT (KODE : PTK-0164) : SKRIPSI PTK PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MODEL RELATING, EXPERIENCING, APPLYING, COOPERATING, TRANSFERRING (REACT) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR (EKONOMI KELAS VII)BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai arti yang sangat penting dalam kehidupan kita, baik dalam kehidupan individu, bangsa maupun negara. Oleh karena itu pendidikan harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, sehingga sesuai dengan tujuan. Keberhasilan suatu bangsa terletak pada mutu pendidikan yang dapat meningkatkan kualtias sumber daya manusianya. Pendidikan pada dasarnya suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan dirinya, sehingga mampu menghadapi segala perubahan dan permasalahan dengan sikap terbuka serta pendekatan-pendekatan yang kreatif tanpa harus kehilangan identitas dirinya. Sekolah merupakan bagian dari sistem pendidikan formal yang mempunyai aturan-aturan jelas atau lebih dikenal dengan GBPP (Garis-garis Besar Program Pengajaran) sebagai acuan proses pembelajaran dan guru sebagai fasilisator yang berperan dalam keberhasilan seorang siswa, sehingga guru harus tepat dalam memilih metode pembelajaran yang akan digunakan. Pada kenyataannya, guru dalam melakukan kegiatan belajar mengajar di kelas cenderung menggunakan strategi pembelajaran tradisional. Artinya guru mentransformasi ilmu pengetahuannya dengan menggunakan metode ceramah sehingga pembelajaran berpusat pada guru (Teacher Centered). Kegiatan belajar mengajar harus berpusat pada siswa yang artinya siswa harus lebih aktif menggali informasi sendiri. Seperti halnya di SMPN X, dalam penyampaian materi guru masih cenderung menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Salah satu aspek penting dalam mengajar termasuk mengajar ekonomi ialah membangkitkan motivasi anak untuk belajar. Berbagai cara telah dianjurkan oleh ahli pendidikan untuk mencapai hal itu. Hal ini penting karena motivasi seseorang adalah bagian internal manusia. Seseorang menetapkan alasan dan membuat keputusannya sendiri berdasarkan penglihatannya (perception) terhadap lingkungannya. Tentang bagaimana guru mempengaruhi motivasi siswa adalah dengan menciptakan situasi eksternal sehingga siswa akan bertindak sesuai dengan yang diharapkan. Dalam proses belajar mengajar motivasi merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi aktifitas belajar. Proses belajar akan berjalan lancar apabila disertai dengan motivasi dari sekarang. Motivasi merupakan alat yang dapat membangkitkan semangat belajar siswa dalam rentan waktu tertentu. Motivasi adalah prasyarat utama dalam pembelajaran, tanpa itu hasil belajar yang dicapai tidak akan optimal, dan motivasi sendiri merupakan dorongan yang timbul dari dalam diri sendiri atau ditimbulkan oleh lingkungan sekitar. Faktor-faktor psikologi dalam belajar yang menyebabkan pembelajaran akan berhasil baik, jika didukung oleh faktor-faktor psikologi dari peserta didik, Salah satu faktor psikologi itu adalah motivasi. Hampir semua guru setuju akan pentingnya motivasi dalam proses belajar mengajar, karena dapat menimbulkan kemauan, dan memberikan semangat untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Pentingnya motivasi belajar bagi siswa adalah untuk : (1) menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil akhir, (2) menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar yang dibandingkan dengan teman sebaya, (3) mengarahkan kegiatan belajar sehingga anak mengubah cara belajarnya lebih tekun, (4) membesarkan semangat belajar, seperti mempertinggi semangat untuk lulus tepat waktu dengan hasil yang memuaskan; dan (5) menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja yang berkesinambungan, individu dilatih untuk menggunakan kekuatannya sedemikian rupa hingga dapat berhasil. Di SMPN X siswanya belum menyadari pentingnya motivasi belajar, karena ketika belajar motivasi siswanya kurang terlihat. Dalam proses belajar mengajar peserta didik harus diberi rangsangan melalui teknik dan cara pengajaran yang tepat agar mereka merasa senang dan tertarik terhadap pelajaran yang diajarkan. Kebanyakan di sekolah-sekolah menunjukkan bahwa kurangnya motivasi belajar akan menimbulkan penurunan pada hasil belajar siswa. Kurangnya motivasi belajar dalam proses pembelajaran ekonomi dilatarbelakangi oleh adanya beberapa faktor yaitu : (1) Proses pembelajaran masih didominasi oleh guru; (2) Kurangnya sarana dan prasarana penunjang dalam pembelajaran, (3) Konsentrasi siswa kurang terfokus pada pembelajaran, dan (4) Kurangnya kesadaran siswa dalam pembelajaran. Hasil belajar yang baik dapat ditunjang dengan berbagai faktor, antara lain motivasi belajar dan kemampuan guru dalam penerapan metode maupun pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran. Proses pembelajaran ekonomi dapat dikatakan berhasil apabila guru mempunyai kemampuan dasar yang baik. Seorang guru ekonomi dituntut untuk memahami dan mengembangkan suatu metode pengajaran di dalam kelas untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Hal ini juga bertujuan agar dapat mengurangi rasa jenuh pada siswa saat proses belajar mengajar. Cara mengajar yang mempergunakan teknik atau metode yang dilakukan secara tepat akan memperbesar motivasi belajar siswa dan karena itu pula diharapkan akan meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satu alasan peneliti memilih pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) model REACT adalah karena model ini merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan metode pembelajaran kontekstual, hasil belajar diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa, strategi pembelajaran lebih dipentingkan dari pada hasil, dimana siswa belajar mengkonstruksikan sendiri, karena diasumsikan dengan strategi dan pendekatan yang baik, maka akan memperoleh hasil yang baik pula. Selain itu ada beberapa alasan lagi mengapa pendekatan kontekstual menjadi pilihan yaitu : (1) Pendidikan kita masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Kelas masih terfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah menjadi pilihan utama strategi belajar. Untuk itu diperlukan sebuah strategi belajar baru yang lebih memberdayakan siswa. Sebuah strategi yang tidak mengharuskan siswa untuk menghafal tetapi strategi yang mendorong siswa mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri. (2) Melalui landasan filosofi konstruktivisme, CTL dipromosikan menjadi alternatif strategi belajar yang baru. Melalui strategi belajar pendekatan kontekstual, siswa diharapkan belajar melalui "mengalami" bukan "menghafal". Dari hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Nunin Ni'mah, Tahun 2007. Hasil penelitian dapat dikatakan bahwa penerapan pembelajaran kontekstual strategi Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, Transferring (REACT) mampu diterapkan dan sudah bisa dikatakan cukup berhasil. Walaupun pada siklus I masih banyak kendala namun pada siklus II kendala-kendala sudah berkurang. Hal itu ditunjukkan pada siklus I rata-rata hasil belajar siswa adalah 59,06% sedangkan pada siklus II rata-rata hasil belajar adalah 76,97%. Peningkatan hasil belajar siswa dilihat dari selisih nilai rata-rata siklus I dan siklus II yaitu 17,91%. Berdasarkan hasil respon siswa cukup baik dan proses belajar mengajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi dengan menggunakan pembelajaran kontekstual strategi REACT bisa dimengerti dan mudah dipahami. Yang membedakan penelitian ini yaitu pada penelitian terdahulu yang diteliti adalah peningkatan prestasi belajar siswa, sedangkan penelitian yang saya lakukan adalah meneliti peningkatan motivasi belajar siswa. Penelitian yang pernah dilakukan oleh Zulaikha, 2004, tentang efektifitas pembelajaran kontekstual dengan strategi REACT terhadap prestasi belajar siswa dalam pokok bahasan sistem koloid. Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwasanya peningkatan prestasi belajar kimia pada kelompok eksperimen yang menggunakan strategi REACT mempunyai peningkatan rata-rata nilai sebesar 7,566 sedangkan pada kelompok kontrol yang menggunakan pendekatan konvensional peningkatannya hanya sebesar 3, jadi dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan prestasi belajar kimia pada kelompok eksperimen lebih tinggi dibanding kelompok kontrol. Yang membedakan penelitian ini yaitu pada penelitian terdahulu yang diteliti adalah peningkatan prestasi belajar siswa, sedangkan penelitian yang saya lakukan adalah meneliti peningkatan motivasi belajar siswa. Oleh karena itu, maka peneliti mengangkat sebuah judul yang relevan dengan masalah tersebut yaitu : "PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MODEL RELATING, EXPERIENCING, APPLYING, COOPERATING, TRANSFERRING (REACT) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VII SMPN X". B. Rumusan Masalah Dengan mengacu pada latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan rumusan masalah penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimanakah proses perencanaan pembelajaran kontekstual model relating, experiencing, applying, cooperating, transferring (REACT) untuk meningkatkan motivasi belajar mata pelajaran ekonomi siswa kelas VII SMPN X ? 2. Bagaimanakah proses pelaksanaan pembelajaran kontekstual model relating, experiencing, applying, cooperating, transferring (REACT) untuk meningkatkan motivasi belajar mata pelajaran ekonomi siswa kelas VII SMPN X ? 3. Bagaimanakah hasil penilaian pembelajaran kontekstual model relating, experiencing, applying, cooperating, transferring (REACT) untuk meningkatkan motivasi belajar mata pelajaran ekonomi siswa kelas VII SMPN X ? C. Tujuan Penelitian Berdasar rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Mendeskripsikan proses perencanaan pembelajaran kontekstual model relating, experiencing, applying, cooperating, transferring (REACT) untuk meningkatkan motivasi belajar mata pelajaran ekonomi siswa kelas VII SMPN X 2. Mendeskripsikan proses pelaksanaan pembelajaran kontekstual model relating, experiencing, applying, cooperating, transferring (REACT) untuk meningkatkan motivasi belajar mata pelajaran ekonomi siswa kelas VII SMPN X 3. Mendeskripsikan hasil penilaian pembelajaran kontekstual model relating, experiencing, applying, cooperating, transferring (REACT) untuk meningkatkan motivasi belajar mata pelajaran ekonomi siswa kelas VII SMPN X D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Siswa - Meningkatkan motivasi siswa dalam proses pembelajaran ekonomi. Mendorong siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran. - Membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami konsep ekonomi karena materi dikaitkan dengan konteks keseharian siswa dan lingkungan dunia nyata siswa. 2. Bagi Peneliti dan Guru - Mendapatkan pengalaman langsung dalam menerapkan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. - Membantu guru dalam pemilihan model pembelajaran yang sesuai sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang lebih menarik minat siswa. 3. Bagi Sekolah Memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam rangka perbaikan proses pembelajaran, guna meningkatkan kualitas pembelajaran ekonomi. E. Sistematika Pembahasan Sistematika adalah tata urutan yang beraturan dan berkesesuaian. Sistematika ini memuat kerangka pemikiran yang akan digunakan dalam pelaporan hasil penelitian yang dilakukan. Adapun sistematika dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : BAB I Pendahuluan Pendahuluan menjelaskan tentang pokok-pokok pemikiran yang melatarbelakangi penulisan skripsi, yaitu terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, pembatasan masalah, definisi operasional dan sistematika pembahasan. BAB II Kajian Pustaka Kajian pustaka menguraikan tentang kajian teori yang berhubungan dengan pembelajaran kontekstual dengan model Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, Transferring (REACT) yang mendasari penelitian tindakan kelas ini. BAB III Metode Penelitian Metode penelitian menjelaskan tentang metode-metode yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas yang berisi pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data, pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan data, tahap-tahap penelitian (siklus penelitian : perencanaan, implementasi, pengamatan dan refleksi). BAB IV Hasil Penelitian Hasil penelitian menjelaskan data-data yang diperoleh di lapangan (rencana pembelajaran dan hasil pembelajaran) yaitu gambaran umum SMPN X dan deskripsi data sesuai dengan rumusan masalah. BAB V Pembahasan Hasil Penelitian Pembahasan menjelaskan hasil penelitian dikaitkan dengan teori-teori yang sudah ada yang berisi tentang perencanaan dan penerapan pembelajaran kontekstual model Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, Transferring (REACT), proses dan hasil penelitian. BAB VI Penutup Penutup berisi tentang kesimpulan dari penelitian dan saran yang akan diberikan oleh peneliti terhadap hasil penelitian. |
Posted: 21 Mar 2014 12:26 AM PDT (KODE : PTK-0163) : SKRIPSI PTK PENERAPAN METODE EVERYONE IS TEACHER HERE DALAM UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA (SOSIOLOGI KELAS X)BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar membudayakan manusia atau memanusiakan manusia. Manusia itu sendiri adalah pribadi yang utuh dan pribadi yang kompleks sehingga sulit dipelajari secara tuntas, oleh karena itu, masalah pendidikan tidak akan pernah selesai, sebab hakikat dari manusia itu sendiri selalu berkembang dan mengikuti dinamika kehidupan. Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam meningkatkan kualitas manusia. Oleh karena itu, manusia merupakan kekuatan sentral dalam pembangunan, sehingga mutu dan sistem pendidikan akan dapat ditentukan keberhasilannya melalui peningkatan motivasi belajar siswa. Beberapa usaha dalam rangka menciptakan keberhasilan motivasi belajar siswa yang efektif dan kondusif, salah satunya adalah kedekatan dari seorang guru dalam memilih sebuah metode dan pendekatan emosional terhadap siswa. Untuk seorang guru bukan hanya dituntut untuk bisa menguasai beberapa metode dan pendekatan emosional yang akan di terapkan saja, tetapi guru juga harus bisa menguasai teknik pengelolaan kelas, keterampilan mengajar, pemanfaatan sumber belajar, penguasaan emosional siswa penguasaan kondisi kelas, dan sebagainya. Oleh karena itu, guru harus bisa mengoptimalkan keaktifan dan motivasi siswa di saat sebuah metode di terapkan. Dengan diaplikasikannya sebuah metode pembelajaran aktif (Active Learning) yang mana metode ini dalam proses belajar mengajar siswa dapat berperan aktif dan diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran. Faktor -faktor yang dapat menentukan keberhasilan dalam peningkatan keaktifan dan motivasi siswa khususnya pada pembelajaran mata pelajaran sosiologi, Faktor tersebut antara lain adalah kurangnya minat siswa terhadap mata pelajaran sosiologi, hal ini dapat dilihat dari kurangnya partisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Pembelajaran yang ada di dalam kelas yang dilakukan oleh guru sosiologi pada umumnya kurang bervariasi dan menggunakan metode yang monoton dalam kegiatan belajar mengajarnya tersebut, penggunaan metode yang sama secara terus menerus akan membuat siswa jenuh dan bosan terhadap mata pelajaran sosiologi. Oleh karena itu, perlu diterapkan suatu cara alternatif guna mempelajari sosiologi yang kondusif dengan suasana yang cenderung rekreatif sehingga mendorong siswa untuk mengembangkan potensi dan kreatifitas. Salah satu alternatif yang bisa dikembangkan adalah dengan penerapan metode everyone is teacher here. Alternatif pembelajaran sosiologi yang kondusif dengan menggunakan metode Every One Is Teacher Here sudah pernah diteliti sebelumnya oleh Nur Hadi. Dimana, berdasarkan penelitian yang dilaksanakan tersebut menunjukkan hasil pembelajaran pada mata pelajaran fiqih dengan menggunakan metode Everyone Is a Teacher Here dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada kelas XI MA Al-Falah. Yang menyatakan bahwa penerapan Strategi Everyone Is a Teacher Here pada mata pelajaran Fiqih kelas XI di MA Al-Falah adalah termasuk dalam kategori baik, dengan perolehan rata-rata pada dua kali pertemuan adalah 3,69 dan juga terbukti dari hasil prosentase responden sebesar 81,66%. Masalah belajar merupakan proses ke arah terbentuknya tingkah laku yang baru. Perbuatan belajar dilakukan manusia sepanjang hidupnya secara terus menerus dan dilakukan berulang-ulang, sehingga terbentuklah kebiasaan belajar, melalui belajar manusia berusaha mengaktualkan potensi dirinya dan juga lingkungan secara optimal. Suatu proses pembelajaran dapat dikatakan efektif bila seluruh komponen yang berpengaruh terhadap proses pembelajaran saling mendukung dalam rangka mencapai tujuan salah satu komponennya. Maka dari itu untuk mempelajari dan juga memahami isi pelajaran sosiologi melalui metode Everyone Is Teacher Here karena sangat mendukung sekali karena siswa dapat memahami pengertian isi materi sedikit demi sedikit secara rutin yaitu melalui sebuah metode Everyone Is Teacher Here Dimana guru dapat secara langsung menggunakan metode Everyone Is Teacher Here dalam proses belajar mengajar khususnya tentang penguasaan dan juga pemahaman materi. Penggunaan metode Everyone Is Teacher Here sebagai bentuk instruksional pada mata pelajaran sosiologi diharapkan dapat memberi pengaruh yang positif dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Selain itu metode Everyone Is Teacher Here dapat digunakan dengan cara yang relative misalnya dalam proses belajar berlangsung, yaitu guru memberikan kesempatan belajar pada siswa untuk mengajukan pertanyaan atau Tanya jawab yang kemudian dapat dijawab dan dapat langsung diberi nilai. Maka penulis mencoba untuk mengkaji dan juga meneliti pendidikan khususnya berkenaan dengan pemberian motivasi terhadap siswa, untuk itu penulis mengangkat judul : "PENERAPAN METODE EVERYONE IS TEACHER HERE DI KELAS X SMAN X DALAM UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TERHADAP MATA PELAJARAN SOSIOLOGI". B. Rumusan Masalah Sehubungan dengan fenomena diatas, maka ada permasalahan yang akan diajukan dalam penelitian ini yaitu : 1. Apakah metode Everyone Is Teacher Here dapat meningkatkan motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi di kelas X SMAN X ? 2. Bagaimana cara kerja metode Everyone Is Teacher Here dalam motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran sosiologi ? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui apakah metode Everyone Is Teacher Here dapat meningkatkan motivasi belajar di kelas X SMAN X. 2. Untuk mengetahui cara kerja metode Everyone Is Teacher Here sebagai motivasi untuk meningkatkan proses belajar siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi. D. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam upaya untuk meningkatkan pembelajaran sosiologi di SMAN X Khususnya pada kegiatan pengajaran Sosiologi di kelas X SMAN X Adapun untuk mengetahui secara detail kegunaan-kegunaan tersebut adalah : 1. Lembaga atau Sekolah Memberikan masukan pada sekolah yang berkaitan dengan penggunaan metode Everyone Is Teacher Here untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan sebuah pengajaran yang lebih baik sehingga merasa aman dalam proses belajar mengajar. 2. Guru Penggunaan metode Everyone Is Teacher Here ini sangat diharapkan dapat bermanfaat bagi para guru dalam proses belajar mengajar sehingga dapat meningkatkan keaktifan, kreativitas bagi peserta didik dan juga pemahaman peserta didik sehingga terbentuk proses pembelajaran yang diinginkan atau tercapainya proses kegiatan belajar mengajar yang diharapkan. 3. Siswa Memberikan pengetahuan, semangat, dorongan serta solusi untuk belajar lebih giat atau lebih aktif lagi dalam setiap mempelajari materi yang disampaikan oleh guru sehingga siswa terfokus pada pelajaran yang diajarkan oleh guru. 4. Peneliti. Menambah pengetahuan atau wawasan dalam penggunaan metode Everyone Is Teacher Here sehingga nantinya dapat dijadikan sebagai bahan, latihan dan pengembangan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. |
SKRIPSI PTK MENINGKATKAN MINAT STUDI LANJUT KE SMK MELALUI LAYANAN INFORMASI KARIER Posted: 21 Mar 2014 12:23 AM PDT (KODE : PTK-0162) : SKRIPSI PTK MENINGKATKAN MINAT STUDI LANJUT KE SMK MELALUI LAYANAN INFORMASI KARIER (BIMBINGAN KONSELING KELAS VIII)BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan hasil analisis angket yang diberikan kepada siswa oleh guru BK SMPN X, menunjukan bahwa persentase minat siswa melanjutkan studi ke SMK pada tahun 2012 yaitu 30,55%. Sedangkan menurut peta perencanaan yang dibuat pemerintah, direncanakan rasio SMK dibanding SMA pada tahun 2010 sekitar 50 : 50 dan pada tahun 2015 sekitar 70 : 30 (Depdiknas 2006). Dengan demikian apabila peta perencanaan tersebut dibandingkan dengan persentase minat siswa SMPN X untuk studi lanjut ke SMK pada tahun 2012 masih dibawah rasio perbandingan SMA dan SMK tahun 2010 dan tahun 2015 sehingga persentase dikategorikan rendah. Selanjutnya untuk memperdalam data dari hasil analisis angket yang dilakukan oleh guru BK maka dilakukan wawancara dengan guru BK SMPN X sehingga diketahui bahwa rendahnya minat siswa melanjutkan studi ke SMK di sebabkan oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal siswa. Faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi minat siswa diperoleh guru BK melalui wawancara dengan siswa dan orang tua siswa. Faktor internal tersebut meliputi; (a) kurangnya pemahaman siswa tentang SMK (b) kurangnya ketertarikan siswa untuk melanjutkan studi ke SMK, (c) kemampuan siswa untuk melanjutkan studi, sehingga orang tua menyarankan siswa untuk masuk SMK dari pada tidak sekolah sama sekali akan tetapi sekolah di SMK tersebut bukan keinginan dari siswa sendiri bahkan siswa tidak tahu sebenarnya tujuan yang akan dicapai pada saat sekolah dan setelah lulus, (d) siswa mempersepsikan bahwa lulusan SMK tidak bisa melanjutkan ke Perguruan Tinggi karena lulusan SMK hanya bagi siswa yang ingin kerja setelah lulus. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi minat siswa melanjutkan studi ke SMK, yaitu (a) latar belakang orang tua siswa termasuk kategori menengah ke bawah hal tersebut dapat terlihat dari pekerjaan orang tua siswa yang didominasi sebagai petani, buruh bangunan, pengrajin anyaman, buruh di sawah, pedagang, hal itu membuat orang tua tidak yakin mampu menyekolahkan anaknya sampai ke Perguruan Tinggi, (b) faktor ekonomi keluarga yang menyebabkan siswa dan orang tua kurang menyadari tentang pentingnya pendidikan sehingga mendorong siswa untuk bekerja ke luar kota setelah lulus SMP, (c) jarak sekolah (SMK) yang jauh dari tempat tinggal, (d) Minimnya SMK yang ada di Kecamatan X sehingga jika siswa berkeinginan melanjutkan ke SMK maka harus ke kota yang membutuhkan biaya banyak, (e) SMK yang ada di Kecamatan X belum berkembang dan kurangnya tenaga pendidik serta fasilitasnya, (f) Siswa lebih memilih sekolah di SMA dari pada SMK karena di Kecamatan X kualitas SMA lebih bagus dari pada SMK, (g) kurangnya dukungan orang tua terhadap pendidikan anaknya, (h) kurang maksimalnya guru BK dalam memberikan layanan klasikal khususnya layanan informasi. Di samping itu (i) masyarakat mempersepsikan bahwa siswa SMK banyak yang nakal dan mempersepsikan bahwa lulusan SMK tidak bisa melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi, (j) faktor lingkungan sekitar yang memiliki sisi positif dan sisi negatif yang mudah mempengaruhi siswa sehingga membuat siswa mempersepsikan bahwa pendidikan bukan hal yang menjamin seseorang menjadi orang sukses dan kaya sehingga memilih merantau ke luar kota untuk bekerja dengan ikut saudara tanpa memiliki keterampilan untuk bekerja. Sedangkan dalam dunia kerja dibutuhkan keterampilan dan pendidikan, sehingga dengan kurangnya keterampilan yang dimiliki membuat mereka ada yang tidak tahan lama dan ada yang tahan lama bekerja di luar kota dengan pekerjaan seadanya bahkan ada yang menjadi buruh kasar. Bagi yang tidak tahan lama lebih memilih pulang kampung dan bekerja seadanya bahkan ada yang menganggur. Jadi pendidikan yang diperoleh oleh mereka tidak dapat dimanfaatkan dan bermanfaat dengan baik karena tidak diimbangi dengan keterampilan yang mendukung dunia kerja. Menurut guru BK SMPN X pada waktu tahun-tahun ajaran tersebut sudah ada layanan klasikal namun pelaksanaannya belum maksimal karena terbatasnya waktu serta fasilitas untuk memberikan layanan klasikal bagi guru BK, mencari informasi lewat internet namun fasilitas internet belum ter akses dengan baik di Kecamatan X, selain itu pada tahun 2007 belum ada SMK di Kecamatan X sehingga siswa kurang memiliki pengetahuan, pemahaman, dan kurang berminat studi lanjut ke SMK. Di Kecamatan X kualitas SMA lebih bagus dari pada SMK sehingga banyak diminati siswa untuk melanjutkan studi setelah dari SMP. Dengan demikian fenomena yang ada di lapangan, selain mengenai permasalahan siswa yaitu rendahnya minat studi lanjut ke SMK juga terdapat permasalahan dari pihak sekolah yaitu pada guru BK SMPN X yang belum maksimal dalam melaksanakan layanan informasi. Bila masalah tersebut tidak ditangani secara baik maka akan berdampak negative bagi beberapa pihak yang bersangkutan diantaranya yang pertama, bagi siswa yaitu kurangnya pengetahuan siswa tentang SMK yang meliputi tujuan, manfaat, prospek karier setelah lulus dari SMK. Kedua, bagi Orang tua, siswa, serta masyarakat akan tetap salah mempersepsikan tentang SMK yang sebenarnya memiliki kualitas dan prospek karier yang bagus buat masa depan siswa setelah lulus. Ketiga, bagi sekolah terutama guru BK jika kurang maksimalnya pelayanan informasi mengenai sekolah lanjutan tidak segera diatasi maka pengetahuan, pemahaman, bakat, dan kompetensi siswa tidak akan berkembang serta pemberian layanan informasi menjadi tidak bervariatif. Untuk mengatasi hal tersebut dibutuhkan layanan informasi karier mengenai sekolah lanjutan yaitu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sehingga siswa mempunyai gambaran yang luas tentang SMK dan menimbulkan minat dari dalam dirinya sendiri untuk masuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Disamping itu siswa juga tahu tujuan dan manfaat masuk SMK serta mengetahui bagaimana pengaruhnya terhadap masa depan siswa. Cara penyampaian yang dilakukan dengan memanfaatkan media dan metode yang menarik perhatian siswa terhadap layanan. Menurut Chamid dan Rochmanudin (2011 : 8) minat adalah suatu keadaan dimana seseorang menaruh perhatian pada sesuatu dan disertai keinginan untuk mengetahui, memiliki, mempelajari dan membuktikan. Sedangkan minat studi lanjut ke SMK adalah suatu keadaan dimana seseorang menaruh perhatian dan ketertarikan pada pendidikan serta disertai keinginan untuk mengetahui, memiliki, mempelajari dan membuktikan dengan memilih salah satu pendidikan tersebut serta melaksanakan semua aktivitas-aktivitas yang ada di dalamnya. Selain itu SMK merupakan sebuah sekolah lanjutan yang didalamnya terdapat berbagai macam program keahlian yang dapat dipilih salah satu dan ditekuninya (Abdul dan Rochmanudin 2010 : 39). Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan jenis pendidikan menengah yang secara khusus mempersiapkan lulusannya untuk menjadi tenaga kerja terampil tingkat menengah, atau membuka lapangan kerja sendiri secara mandiri serta lulusan SMK dapat melanjutkan studi ke perguruan tinggi sesuai dengan keterampilannya masing-masing. Semua itu dibutuhkan fasilitator yaitu guru pembimbing untuk dapat mengarahkan siswa-siswanya dengan pemberian layanan informasi karier mengenai studi lanjut. Alasan diberikannya layanan informasi karena informasi diperlukan bagi individu yang semakin penting mengingat kegunaan informasi sebagai acuan untuk bersikap dan bertingkah laku sehari-hari, sebagai pertimbangan bagi arah pengembangan diri, dan sebagai dasar pengambilan keputusan. Salah pilih sekolah, salah pilih pekerjaan, seringkali menjadi akibat dari kurangnya informasi. Sedangkan digunakannya media untuk memudahkan siswa memahami materi layanan yang diberikan serta siswa dapat tertarik dengan layanan informasi karier yang biasanya dilakukan hanya dengan ceramah dan siswa diminta untuk mendengarkan guru BK berceramah namun dengan penggunaan media selain karena membantu siswa dalam belajar juga untuk memudahkan guru BK menyampaikan layanan informasi karier yang sekolahnya tidak tersedia fasilitas yang mendukung dapat menggunakan media tradisional atau bagi sekolahnya didukung dengan fasilitas yang memadai dapat menggunakan media modern sehingga siswa tidak bosan dengan jalannya layanan informasi karier mengenai sekolah lanjutan yaitu SMK. Layanan informasi yaitu suatu layanan yang berguna bagi individu sebagai acuan untuk bersikap dan bertingkah laku sehari-hari, sebagai pertimbangan bagi arah pengembangan diri, dan sebagai dasar pengambilan keputusan (Prayitno 2004 : 2). Sedangkan layanan informasi karir merupakan suatu proses yang dinamis dalam menuju sauatu sasaran pengetahuan mengenai dunia kerja dan pendidikannya. Dengan layanan informasi karir akan secara langsung bisa membantu para siswa untuk memahami dirinya dalam kaitannya dengan dunia kerja, pendidikan, sosial dan masalah-masalah kemasyarakatan lainnya. Disamping itu salah satu cara pembentukan minat studi lanjut ke SMK adalah dengan memberikan informasi yang seluas-luasnya terhadap subjek mengenai objek yang dimaksud. Berdasarkan permasalahan tersebut yaitu rendahnya minat studi lanjut ke SMK pada siswa serta kurang maksimalnya pelaksanaan layanan informasi karier dalam membentuk minat studi lanjut ke SMK pada siswa maka peneliti ingin melalukan perbaikan dengan "MENINGKATKAN MINAT STUDI LANJUT KE SMK MELALUI LAYANAN INFORMASI KARIER PADA SISWA KELAS VIII SMPN X". B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah yang muncul adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana gambaran kondisi awal minat studi lanjut ke SMK pada siswa sebelum mendapatkan layanan informasi karier ? 2. Bagaimana gambaran minat studi lanjut ke SMK pada siswa sesudah mendapatkan layanan informasi karier ? 3. Apakah layanan informasi karier dapat meningkatkan minat studi lanjut ke SMK pada siswa ? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui : 1. Gambaran kondisi awal minat studi lanjut ke SMK pada siswa sebelum mendapatkan layanan informasi karier. 2. Gambaran minat studi lanjut ke SMK pada siswa setelah mendapatkan layanan informasi karier. 3. Peningkatan minat studi lanjut ke SMK melalui layanan informasi karier pada siswa. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah dan pengetahuan dalam bidang bimbingan dan konseling mengenai Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling (PTBK). 2. Manfaat Praktis a. Bagi Kepala Sekolah 1) Kepala Sekolah dapat mengetahui sarana dan prasarana serta fasilitas yang mendukung pelaksanaan layanan dalam bimbingan dan konseling terutama layanan informasi karier. 2) Dapat mengetahui perkembangan dan permasalahan peserta didik mengenai minat studi lanjut ke SMK b. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam pemberian layanan bimbingan dan konseling khususnya layanan informasi untuk meningkatkan minat studi lanjut siswa ke SMK. c. Bagi Peneliti Penelitian ini dapat digunakan peneliti untuk menambah pengalaman dalam melakukan penelitian tindakan dan sebagai acuan untuk mengembangkan penelitian berikutnya terkait dengan peningkatan minat studi lanjut ke SMK. E. Sistematika Penulisan Skripsi Sistematika penulisan skripsi digunakan untuk mempermudah dalam menelaah skripsi. Adapun penyusunannya sebagai berikut : 1. Bagian Awal Bagian awal skripsi terdiri atas halaman judul, halaman pernyataan, halaman pengesahan, halaman motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan daftar lampiran. 2. Bagian Pokok Bagian pokok skripsi terdiri atas bab pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, sistematika penulisan skripsi. Bab landasan teori terdiri dari penelitian terdahulu, teori yang mendukung seperti minat studi lanjut ke SMK, layanan informasi karier, peningkatan minat studi lanjut ke SMK melalui layanan informasi karier. Bab metode penelitian terdiri dari jenis penelitian, desain penelitian, fokus penelitian, waktu dan tempat penelitian, subjek penelitian, peran dan posisi penelitian, data dan sumber data, teknik dan alat pengumpulan data, validitas dan reliabilitas, teknik analisis data. Bab hasil penelitian dan pembahasan yang terdiri dari hasil penelitian, pembahasan, keterbatasan penelitian, dan bab penutup yang terdiri dari simpulan dan saran. 3. Bagian Akhir Bagian akhir skripsi terdiri atas daftar pustaka dan lampiran. |
Posted: 21 Mar 2014 12:21 AM PDT (KODE : PTK-0161) : SKRIPSI PTK IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA KONSEP OPTIK GEOMETRI (FISIKA KELAS X)BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Riyanto belajar adalah aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas. Dengan adanya perubahan-perubahan pada diri seseorang melalui proses belajar tersebut maka akan menghasilkan sesuatu yang baru yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain. Proses pembelajaran yang sesungguhnya ialah kegiatan belajar peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Belajar bukan hanya menghapal dan bukan pula mengingat. Proses pembelajaran di kelas yang optimal dapat menghasilkan hasil belajar yang optimal pula. Peningkatan hasil belajar peserta didik selalu dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya ialah metode mengajar. Seorang guru dituntut untuk pintar dalam memilih model pembelajaran yang tepat untuk diterapkan dalam proses pembelajaran di kelas. Guru sebagai seorang pengajar kadang-kadang salah dalam menerapkan metode apa yang seharusnya digunakan dalam proses pembelajaran. Kesalahan dalam menerapkan metode mengajar dapat menimbulkan ketidakefektifan dalam belajar, perolehan hasil belajar yang tidak optimal, kejenuhan dalam belajar, dan hal-hal lain yang dapat menghambat proses pembelajaran. Berdasarkan hal inilah seorang guru atau pengajar harus mampu memberikan motivasi yang besar pada peserta didik agar mereka dapat menerima materi yang diberikan dengan rasa senang. Pemilihan metode dalam pembelajaran hendaknya dapat melibatkan peserta didik secara aktif, baik secara fisik, intelektual dan emosionalnya dalam belajar, apalagi dalam pembelajaran fisika yang menuntut peserta didik untuk aktif dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi awal yang telah dilakukan di sekolah SMAN X khususnya di kelas X-D, diperoleh hasil pertama, sebanyak 62,07% peserta didik di kelas X-D tidak menyukai mata pelajaran fisika. Hal ini disebabkan karena sebagian besar peserta didik menganggap bahwa materi pelajaran fisika sulit, inilah yang menyebabkan nilai fisika peserta didik di kelas X-D sangat rendah dibandingkan dengan kelas-kelas yang lain. Terutama pada konsep optik geometri. Kedua, konsep fisika yang dianggap sulit oleh peserta didik di kelas X-D adalah konsep optik geometri. Hal ini dapat dimaklumi karena konsep optik geometri bersifat matematis, sehingga untuk memahaminya diperlukan kemampuan matematika yang cukup tinggi. Ketiga, setelah ditelaah ternyata konsep optik geometri bersifat kontekstual, karena banyak berkaitan atau ditemui peserta didik dalam kehidupan sehari-harinya. Hal ini mengisyaratkan bahwa kegiatan pembelajaran pada konsep optik geometri lebih baik menggunakan model atau pendekatan yang bersifat kontekstual. Keempat, metode pembelajaran yang sering digunakan oleh guru untuk mengajar fisika adalah ceramah, diskusi, eksperimen dan pemecahan masalah. Dari keempat metode yang sering digunakan di kelas X-D diatas metode ceramah lebih dominan dibandingkan metode diskusi, eksperimen, dan pemecahan masalah yang hanya sesekali diterapkan. Kelima, kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan belum sepenuhnya melibatkan peserta didik secara aktif, sehingga tidak semua peserta didik dapat mengembangkan kemampuannya dalam menyelesaikan permasalahan yang muncul di dalam proses belajar mengajar. Untuk itu seorang guru harus mampu menerapkan suatu model pembelajaran yang dapat melibatkan peserta didik untuk mencari pengetahuannya sendiri. Fisika merupakan salah satu cabang dari ilmu pengetahuan alam yang di dalamnya dipelajari tentang perilaku dan struktur benda secara fisis. Fisika mempelajari gejala alam yang tidak hidup atau materi dalam lingkup ruang dan waktu. Tujuan dari mempelajari fisika adalah untuk mengetahui keteraturan alam berdasarkan pengamatan manusia melalui proses ilmiah. Namun di sisi lain peserta didik beranggapan bahwa fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang paling ditakuti. Padahal, mata pelajaran fisika itu sebenarnya menarik dan dekat dengan kehidupan. Oleh sebab itu perlu penerapan metode, strategi dan model yang bervariasi dalam pembelajaran fisika, sehingga peserta didik tidak menganggap fisika adalah sesuatu yang perlu ditakuti, melainkan sesuatu yang menarik untuk dipelajari. Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan belum sepenuhnya melibatkan peserta didik secara aktif, sehingga tidak semua peserta didik dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya kritis dalam menyelesaikan permasalahan yang muncul di dalam proses belajar mengajar. Salah satu materi pelajaran fisika yang menghubungkan antara konsep dengan kejadian-kejadian nyata di lingkungan peserta didik adalah konsep optik geometri karena di dalamnya berhubungan erat dengan kehidupan sehari-hari para peserta didik. Selama ini peserta didik selalu kesulitan terutama dalam hal membedakan sifat bayangan maya dan nyata yang terbentuk khususnya pada cermin dan lensa. Untuk mengatasi hal tersebut biasanya mereka menghafalkan setiap pembentukan bayangan, padahal pembelajaran yang diinginkan tidak seperti itu. Peserta didik diharapkan mampu memahami sifat bayangan maya dan nyata pada cermin dan lensa. Untuk mencapai tujuan tersebut, akan lebih baik jika peserta didik melihat langsung proses pembentukan bayangan tersebut, melalui percobaan laboratorium sehingga mereka dapat membedakan kedua sifat bayangan tersebut tanpa harus menghafal tetapi peserta didik harus memahami dengan benar sesuai dengan apa yang mereka lihat ketika melakukan percobaan. Artinya pembelajaran fisika pada konsep optik geometri membutuhkan pemahaman tingkat tinggi, bukan hanya bersifat matematis. Konsep optik geometri merupakan konsep yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Salah satu model yang mendorong peserta didik untuk memiliki kepekaan terhadap lingkungan dan berusaha untuk memecahkan masalahnya adalah model problem based learning. Model problem based learning dapat melatih peserta didik untuk mengorganisasikan pengetahuan dan kemampuan peserta didik, karena menggunakan pendekatan pemecahan masalah. Pemecahan masalah akan mengembangkan motivasi, ketekunan, dan kepercayaan diri peserta didik. Model pembelajaran ini menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan, memfasilitasi penyelidikan dan mendiskusikannya untuk menyelesaikan masalah. Pada model problem based learning pembelajaran dimulai setelah peserta didik dikonfrontasi dengan struktur masalah yang rill. Semua informasi akan mereka kumpulkan melalui penelaahan materi, praktikum ataupun melalui diskusi dengan teman sebaya, untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapi. Pembelajaran berdasarkan masalah dimaksudkan untuk meningkatkan hasil belajar fisika dan dapat memotivasi peserta didik, karena melalui belajar berdasarkan masalah, peserta didik belajar bagaimana menggunakan sebuah proses literatif untuk menilai apa yang mereka ketahui, mengidentifikasi apa yang mereka ingin ketahui, mengumpulkan informasi dan secara kolaborasi menyelaraskan hipotesisnya berdasarkan data yang telah mereka kumpulkan. Berdasarkan uraian di atas, penggunaan model pembelajaran yang melibatkan peserta didik mempunyai peranan penting dalam meningkatkan hasil belajar fisika. Dipilihnya model problem based learning dalam penelitian ini karena model pembelajaran ini pada dasarnya lebih mendorong peserta didik untuk aktif dalam memperoleh pengetahuan. Berdasarkan alasan-alasan tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : "IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED-LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA PADA KONSEP OPTIK GEOMETRI". B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diidentifikasi permasalahan-permasalahan sebagai berikut : 1. Terdapat kesulitan peserta didik dalam memahami konsep Optik Geometri berdasarkan hasil observasi awal. 2. Belum ada model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada konsep optik geometri. 3. Terdapat faktor-faktor kesulitan yang dihadapi peserta didik ketika mempelajari konsep Optik Geometri. C. Pembatasan Masalah Untuk memfokuskan masalah yang diteliti, maka masalah yang akan diteliti dibatasi pada penerapan model problem based learning dalam meningkatkan hasil belajar fisika pada konsep optik geometri. Ada pun masalah yang akan dibatasi pada : 1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model problem based learning menurut Arends yang terdiri dari 5 tahapan pembelajaran. 2. Hasil belajar yang diteliti merupakan hasil belajar peserta didik pada ranah kognitif menurut Taksonomi Bloom yang telah direvisi oleh Anderson dan Krathwohl yang mencakup aspek Cl, C2, C3, C4 dan C5. D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : "Apakah penerapan Model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar fisika pada konsep optik geometri ?". Pertanyaan-pertanyaan dalam penelitian ini, sebagai berikut : 1. Bagaimana hasil belajar fisika peserta didik setelah penerapan model problem based-learning ? 2. Apakah model problem based-learning merupakan pembelajaran yang efektif diterapkan pada konsep optik geometri ? E. Tujuan Hasil Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Seberapa besar peningkatan hasil belajar fisika pada konsep optik geometri. 2. Keefektifan penerapan model problem based-learning dalam pembelajaran fisika pada konsep optik geometri. F. Manfaat Hasil Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peserta didik, guru, dan peneliti. Adapun manfaat dari penelitian ini secara : 1. Peserta didik, penelitian ini diharapkan dapat mengatasi kesulitan peserta didik dalam mempelajari konsep fisika. 2. Guru, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan alternatif pilihan untuk menggunakan model pembelajaran yang lebih efektif dalam pembelajaran fisika. 3. Peneliti, penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru dalam bidang penelitian pendidikan dan model-model pembelajaran yang akan menjadi bekal untuk diaplikasikan dalam kehidupan nyata setelah menyelesaikan studinya. |
Posted: 21 Mar 2014 12:18 AM PDT (KODE : PTK-0160) : SKRIPSI PTK EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN EKONOMI PADA MATERI PAJAK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (IPS EKONOMI KELAS VIII)BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan keharusan mutlak bagi setiap manusia. Tanpa pendidikan, manusia tidak akan dapat berkembang sebagaimana mestinya, sebab pendidikan merupakan suatu proses dalam mengembangkan potensi yang ada pada manusia. Dalam pendidikan juga terdapat bimbingan dan pengalaman kepribadian, sehingga peserta didik dapat menjadi seseorang yang berguna bagi dirinya selaku individu yang menjalani pendidikan, dan masyarakat sebagai tempat interaksi keluarga, bangsa dan negara sebagai tempat tinggal peserta didik itu sendiri. Pendidikan adalah suatu proses yang berfungsi membimbing peserta didik dalam kehidupan sesuai dengan tugas dan perkembangannya yang harus dijalani oleh peserta didik, pendidikan juga merupakan suatu usaha sadar yang teratur dan sistematik, yang dilakukan oleh orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk membuat peserta didik agar mempunyai sifat atau tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan. Sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu bahwa : "Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara". Ngalim Purwanto mengatakan dalam bukunya, "pendidikan ialah pimpinan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak, dalam pertumbuhannya (jasmani dan rohani) agar berguna bagi diri sendiri dan bagi masyarakat". Pendidikan merupakan salah satu cara manusia untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan dalam proses tersebut seseorang haruslah belajar karena hal tersebut sangatlah dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia itu sendiri. Mengingat begitu pentingnya pendidikan bagi kehidupan manusia, maka pendidikan harus dilaksanakan sebaik-baiknya sehingga memperoleh hasil yang baik pula. Dalam rangka meningkatkan pendidikan di Indonesia serta menumbuhkan suatu sistem pembelajaran yang berkualitas, maka sistem pembelajaran tersebut harus menuju pada proses belajar yang kompetitif dan mandiri, karena salah satu tujuan utama pendidikan adalah meningkatkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis, membuat keputusan rasional tentang apa yang diperbuat atau apa yang diyakini. Berikut ini merupakan alasan mengapa manusia membutuhkan pendidikan : l. Dasar Biologis Kaitan dengan dasar biologis pendidikan menurut Redja Mudyahardjo, bahwa pendidikan adalah perlu karena manusia dilahirkan tidak berdaya, sebab : a. Manusia lahir tidak dilengkapi insting yang sempurna untuk dapat menyesuaikan diri dalam menghadapi lingkungan. b. Manusia perlu masa belajar yang panjang sebagai persiapan untuk dapat secara tepat berhubungan dengan lingkungan secara konstruktif. c. Awal pendidikan terjadi setelah manusia mencapai penyesuaian jasmani (manusia dapat berjalan sendiri, dapat makan sendiri, dapat menggunakan tangan sendiri) atau mencapai kebebasan fisik dan jasmani. 2. Implikasi a. Manusia yang tidak menerima bantuan dari manusia lainnya yang telah dewasa akan menjadi manusia yang tidak berbudaya atau bahkan mati. b. Manusia memerlukan perlindungan dan perawatan, sebagai masa persiapan pendidikan. c. Kemampuan pendidikan terbatas. d. Orang dewasa yang tidak berhasil dididik perlu pendidikan kembali atau reedukasi. Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut, siswa hams berkembang secara optimal dengan kemampuan untuk berkreasi, mandiri dan bertanggung jawab serta dapat memecahkan masalah yang dihadapi. Lebih lanjut Redja Mudyahardjo menyatakan bahwa : Dalam definisi luas, pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan, segala situasi hidup dan sepanjang hidup, yang mempengaruhi pertumbuhan individu. Sedangkan dalam definisi sempit, pendidikan adalah sekolah, pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, pendidikan adalah pengaruh yang diupayakan sekolah terhadap anak dan remaja yang diserahkan kepadanya agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap hubungan-hubungan dan tugas-tugas sosial mereka. Karena pada kenyataannya, seorang anak atau peserta didik nantinya akan berhubungan dan berkontribusi untuk masyarakat. Hal ini merupakan bagian dari tugas sosial individu. Ekonomi yang merupakan bagian dari ilmu sosial berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata oikonomia, kata ini berasal dari kata oikos dan nomos, oikos berarti rumah tangga dan nomos berarti terlaksana atau pengaturan, jadi Ekonomi mengandung arti tentang hubungan manusia dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhannya. Menurut Umasih, "manusia adalah makhluk Ekonomi (homo economicus) yang selalu bertindak dengan penuh perhitungan dan berusaha mencari keuntungan bagi dirinya". Sebagai makhluk Ekonomi, manusia selalu ingin memenuhi kebutuhan hidupnya dengan cara yang rasional, karena ia yakin bahwa dengan memenuhi kebutuhannya akan dapat tercapai kesejahteraan. Manusia selalu berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya dan mencari kepuasan tertinggi dari nilai guna barang yang menjadi kebutuhannya tersebut. Ekonomi menurut kamus bahasa Indonesia yaitu "pengetahuan dan penelitian mengenai asas-asas penghasilan (produksi), pembagian (distribusi) dan pemakaian (konsumsi) barang-barang serta kekayaan, penghematan, tempat dimana ia tinggal hal ini demikian merupakan tuntutan dasar untuk memenuhi kebutuhan". Manusia dalam kegiatan ekonominya melalui tahapan-tahapan, yang pertama adalah melakukan kegiatan produksi, distribusi hingga konsumsi. Kegiatan tersebut dalam sehari-harinya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Dalam belajar ilmu Ekonomi diperlukan juga efektivitas, efektivitas belajar Ekonomi adalah hasil akhir yang diterima setelah mengalami proses belajar mengajar Ekonomi yang tidak hanya diarahkan pada penguasaan materi saja, tetapi juga menyentuh ranah kognitif, afektif, dan juga psikomotorik dalam mewujudkan nilai-nilai positif, sehingga belajar Ekonomi diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari, mengatur hidupnya sendiri dan mampu merubah tingkah laku ke arah yang lebih baik lagi. Efektivitas proses belajar mengajar menekankan pada suatu usaha yang akan melahirkan aktifitas belajar yang efektif. Belajar yang efektif merupakan suatu aktifitas belajar yang optimal pada diri siswa. Menciptakan kondisi belajar yang efektif bagi siswa sangat bergantung kepada cara mengelola kegiatan belajar mengajar yang memungkinkan siswa dapat belajar sebaik mungkin berdasarkan kemampuannya. Guru sebagai pendidik dan seorang yang merencanakan pembelajaran di sekolah memiliki peran yang penting terhadap keberhasilan pembelajaran tersebut. Di samping memberi petunjuk-petunjuk tentang cara-cara belajar yang efektif, sebaiknya guru juga mengawasi dan membimbing siswa sewaktu mereka belajar di sekolah. Akan lebih baik lagi, apabila cara-cara belajar efektif tersebut dipraktekkan dalam tiap pelajaran yang diberikan. Namun ada kalanya terjadi kekeliruan-kekeliruan dalam pendidikan. Kekeliruan itu contohnya dalam bentuk-bentuk kegiatan pendidikan yang tujuannya tidak benar dan/atau cara pencapaiannya tidak tepat. Tujuan pendidikan dikatakan tidak benar apabila berisi nilai-nilai hidup yang bersifat mengingkari dan merusak harkat dan martabat manusia sebagai pribadi, warga, dan hamba Allah. Suatu pendidikan dikatakan benar apabila berhasil membantu individu dalam mempertahankan dan meningkatkan mutu hidup. Hal ini dapat terjadi apabila bentuk kegiatan pendidikan mempunyai tujuan yang tepat. Bukan hanya guru yang berperan sebagai motivator dan fasilitator saja yang dapat mempengaruhi proses belajar, namun pemilihan model pembelajaran yang sesuai juga dapat berpengaruh pada kelangsungan proses belajar. Dimana dalam pengajaran, bukan hanya dalam mata pelajaran ilmu Ekonomi saja namun juga pada mata pelajaran yang lainnya model dan cara pengajarannya harus benar-benar disesuaikan dengan kondisi dan situasi siswa. Sehingga dengan begitu siswa dapat dengan mudah dan menerima serta memahami materi yang disampaikan. Strategi pembelajaran yang diterapkan di sekolah dalam menyajikan mata pelajaran Ekonomi, umumnya adalah strategi belajar mengajar yang kurang mementingkan kebutuhan dan kepentingan siswa, bahkan pembelajaran lebih berpusat pada guru. Metode pengajaran yang dipakai pun hanya terbatas pada metode ceramah dan demonstrasi sehingga pembelajaran dirasakan monoton dan membosankan, pengetahuan yang didapat oleh siswa pun hanya sebatas hafalan dan apa yang dipelajari oleh siswa tidak dapat diserap secara bermakna. Dengan begitu siswa tidak dapat memahami konsep yang dipelajari dengan baik. Selain itu para guru terjebak dengan target kurikulum yang harus dicapai, sehingga kurang memperhatikan apakah siswa mengerti atau tidak dengan materi yang diterimanya. Padahal dalam proses belajar mengajar diharapkan terjadi transfer belajar, yakni materi yang disajikan guru dapat diterapkan ke dalam struktur kognitif siswa. Struktur kognitif adalah perangkat fakta-fakta, konsep-konsep, generalisasi-generalisasi yang terorganisasi yang telah dipelajari dan dikuasai seseorang. Dengan terjadinya transfer belajar yang diterapkan ke dalam struktur kognitif siswa, sehingga siswa dapat menguasai materi pelajaran tidak hanya terbatas pada tahap ingatan tanpa pemahaman, namun juga bahan pelajaran dapat diserap secara bermakna. Demikian pula dengan tujuan pembelajaran Ekonomi, yang akan tercapai dengan pembelajaran yang bermakna. Saat ini kenyataan yang terjadi di kelas adalah pembelajaran yang disajikan guru hanya bertopang pada konsep yang abstrak dan sulit dimengerti peserta didik secara utuh dan mendalam. Untuk itu agar peserta didik belajar lebih aktif, guru harus memunculkan teknik pengajaran yang tepat dalam memotivasi peserta didik. Guru sebagai fasilitator harus memfasilitasi peserta didik agar mendapat informasi yang bermakna, agar memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan ide mereka sendiri. Agar siswa dapat memahami konsep ekonomi dengan baik maka perlu dikembangkan suatu cara atau teknik pengajaran Ekonomi guna membantu siswa dalam memahami konsep dan menentukan hubungan yang bermakna. Kurang tepatnya penggunaan model pembelajaran akan menjadi penghalang proses pembelajaran sehingga banyak tenaga dan waktu yang terbuang sia-sia. Pemilihan model pembelajaran diharapkan sesuai dan cocok terhadap suatu materi pelajaran. Menurut Robert E. Slavin, model pembelajaran yang diterapkan oleh seorang pendidik "harus dapat menarik perhatian siswa dan tidak membosankan, salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif dengan teknik Teams Games Tournament (TGT). Model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) ini pada mulanya dikembangkan oleh David DeVries dan Keith Edwards, model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran pertama dad Johns Hopkins". Model pembelajaran TGT ini menggunakan tim kerja seperti pembelajaran kooperatif pada umumnya, namun yang membedakannya adalah terdapat kuis dengan turnamen, dimana siswa memainkan game akademik dengan anggota tim lain untuk menyumbangkan poin bagi skor timnya Dalam model pembelajaran TGT ini menurut Robert E. Slavin : Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dengan anggota 4-6 siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras, dan etnisitas. Fungsi utama dari kelompok ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi, adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. Mereka dalam kelompok saling bekerjasama, saling berdiskusi dan tolong menolong dalam mengerjakan tugas kelompok dan memahami suatu konsep pelajaran serta mereka saling berkompetisi antar kelompok. Setiap individu dalam kelompok tersebut memberikan kontribusi untuk pencapaian skor kelompok. Kelompok yang memiliki nilai tertinggi akan mendapatkan penghargaan. Di dalam kegiatan pembelajaran dengan model TGT ini semua siswa memiliki peluang yang sama untuk memperoleh prestasi, baik sebagai individu maupun anggota kelompok. Pembelajaran dengan menggunakan model TGT ini diharapkan dapat membantu proses belajar mengajar agar lebih efektif, menarik dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan efektifitas belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Ekonomi. Pembelajaran Ekonomi yang efektif adalah suatu pembelajaran yang memungkinkan peserta didik dapat belajar dengan mudah, menyenangkan dan dapat tercapai tujuan pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan. Dilihat dari pembelajaran yang diterapkan oleh pendidik di kelas, terdapat kecenderungan bahwa proses belajar mengajar di kelas berlangsung secara klasikal dan hanya bergantung pada buku teks pegangan siswa dengan model pengajaran yang menitikberatkan proses menghafal dari pada pemahaman konsep, sehingga tidak tercapai hasil belajar yang optimal. Pembelajaran Ekonomi dengan menggunakan model TGT diharapkan dapat membantu para siswa agar lebih memahami secara mendalam tentang materi yang dipelajarinya serta dapat membantu proses belajar mengajar yang berlangsung lebih menarik dan menyenangkan, sehingga mampu meningkatkan pengetahuan konsep siswa terhadap pelajaran Ekonomi yang nantinya dapat meningkatkan efektifitas belajar. Adapun konsep yang dimaksud adalah konsep-konsep tentang pajak, yaitu pengertian pajak, unsur pajak, ciri-ciri pajak, penggolongan dan jenis-jenis pajak, penghitungan pajak, fungsi pajak, serta sanksi kelalaian membayar pajak. Banyak siswa gagal atau tidak mendapat hasil belajar yang baik dalam pelajarannya karena mereka tidak mengetahui cara-cara belajar yang efektif. Para siswa biasanya hanya menghafal pelajaran. Seperti diketahui, belajar itu sangat kompleks. Kecakapan, ketangkasan serta kemampuan belajar berbeda secara individual. Walaupun demikian, guru dapat membantu siswa dengan memberi petunjuk-petunjuk umum tentang cara-cara belajar yang efektif. Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan yang diharapkan. Namun ini tidak berarti bahwa mengenal petunjuk-petunjuk umum tersebut dengan sendirinya akan menjamin kesuksesan siswa. Banyak aspek yang mempengaruhi dalam proses tercapainya kesuksesan tersebut. Melihat hal tersebut, maka perlu dilakukan suatu penelitian ilmiah untuk menemukan sebuah alternatif pemecahan masalah dalam upaya meningkatkan efektivitas pembelajaran peserta didik. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul "EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN EKONOMI PADA MATERI PAJAK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT)". B. Identifikasi Area dan Fokus Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka permasalahan pada penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut : 1. Model pembelajaran Ekonomi yang diterapkan para pendidik saat ini belum dapat meningkatkan kemampuan siswa. 2. Model pembelajaran Ekonomi yang digunakan para pendidik belum dapat meningkatkan pengetahuan siswa. 3. Belum diketahuinya pengaruh penerapan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) terhadap penguasaan konsep pajak. 4. Belum diketahuinya efektivitas belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT). 5. Belum diketahuinya respon siswa terhadap model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) pada mata pelajaran Ekonomi. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka peneliti membatasi ruang lingkup masalah agar pemecahannya terfokus dan jelas. Masalah yang akan diteliti adalah mengenai tingkat efektivitas pembelajaran Ekonomi siswa di SMPN X dengan menggunakan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT). D. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah tersebut di atas, maka masalah yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut : "Apakah dengan digunakannya model pembelajaran TGT akan meningkatkan efektivitas belajar siswa ? E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui tingkat pemahaman konsep Ekonomi siswa pada materi pajak dengan menggunakan model pembelajaran TGT. 2. Mengetahui respon siswa terhadap model pembelajaran TGT. 3. Mengetahui efektivitas belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran TGT. F. Manfaat Penelitian Dengan mengacu pada latar belakang masalah diatas, kemampuan pemahaman Ekonomi siswa sangat penting untuk ditingkatkan. Oleh karena itu model pembelajaran TGT perlu dicoba sebagai alternatif strategi pembelajaran Ekonomi guna meningkatkan pemahaman konsep Ekonomi siswa, sehingga hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi berbagai pihak. 1. Bagi Siswa : a. Siswa akan lebih mengenal model-model pembelajaran sehingga siswa tidak merasa jenuh hanya dengan satu model pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar. b. Siswa akan terangsang untuk dapat menyelesaikan persoalan yang dihadapi, dapat berfikir kritis dan terlatih untuk dapat mengemukakan pendapatnya serta dapat meningkatkan efektivitas belajar siswa dalam mata pelajaran lainnya dan mata pelajaran Ekonomi khususnya. 2. Bagi Guru : a. Menjadi bahan masukan bagi guru untuk lebih mengetahui alternatif-alternatif model pembelajaran yang digunakan dalam upaya meningkatkan pemahaman konsep Ekonomi siswa. b. Meningkatkan profesionalisme guru, melalui upaya penelitian yang dilakukan. 3. Bagi Sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan wawasan untuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi serta kualitas pembelajaran Ekonomi. 4. Bagi Peneliti Lanjut, hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan untuk mengadakan perbaikan kualitas pendidikan dan menjadi acuan bagi peneliti yang ingin mengadakan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan model pembelajaran yang sejenis namun dengan pokok bahasan yang berbeda. |
SKRIPSI PTK EFEKTIFITAS PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING PADA MAPEL PKN Posted: 21 Mar 2014 12:15 AM PDT (KODE : PTK-0159) : SKRIPSI PTK EFEKTIFITAS PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING PADA MAPEL PKN (PKN KELAS VIII)BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cooperative Learning adalah suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Dengan pembelajaran kooperatif ini memungkinkan siswa terlibat langsung dalam pembelajaran sebagai upaya mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai moral dan keterampilan sosial (Etin Solihatin, 2005 : 4). Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok setiap anggota dalam satu kelompok saling bekerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pelajaran. Pada model pembelajaran kooperatif disamping mengembangkan siswa untuk mencapai hasil belajar akademik, model pembelajaran kooperatif juga efektif untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa dan membantu siswa untuk memahami materi pelajaran yang dianggap sulit. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan ini sangat penting untuk dimiliki di dalam masyarakat dimana banyak kerja orang dewasa sebagian besar dilakukan dalam organisasi yang saling bergantung satu sama lain. Untuk menunjang tercapainya tujuan pendidikan kewarganegaraan harus didukung oleh iklim pembelajaran yang kondusif. Iklim pembelajaran yang dikembangkan oleh guru mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan dan kegairahan belajar siswa. Kualitas dan keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih dan menggunakan model pembelajaran. Pada umumnya Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dianggap pelajaran yang cukup mudah, sehingga hal ini mengakibatkan perhatian siswa pada mata pelajaran ini menjadi rendah. Tetapi apabila materi pelajaran yang disajikan menarik, siswa dengan tekun dan antusias akan memperhatikan guru pada saat pelajaran. Tapi perhatian siswa terhadap mata pelajaran pendidikan Kewarganegaraan pada saat proses belajar mengajar masih rendah, salah satu penyebabnya adalah sikap siswa yang pasif saat proses pembelajaran berlangsung. Berdasarkan informasi dari Guru MTs X belum menggunakan model pembelajaran kooperatif. Padahal model pembelajaran kooperatif memiliki banyak kelebihan antara lain sebagai suatu alternative dalam memecahkan salah yang dihadapi dalam upaya mengaktifkan siswa dalam belajar, siswa akan lebih mudah menyampaikan ide, maupun gagasannya, dapat meningkatkan rasa kebersamaan dan kerja sama, banyak siswa yang pilih-pilih dalam setiap pembentukan kelompok belajar yang mengakibatkan kurangnya pemahaman siswa akan pentingnya kebersamaan dan kerjasama diantara sesamanya dalam menyelesaikan materi pelajaran yang sulit. Nilai rata-rata kelas baru mencapai 61,02 dan prosentase ketuntasan klasikalnya mencapai 75%. Hal ini perlu adanya penggunaan model pembelajaran kooperatif dengan harapan dapat meningkatkan prestasi belajar, keaktifan siswa dalam belajar, dan akan terjalin sikap saling mengenal, belajar menghargai pendapat satu sama lainnya sehingga akan timbul hubungan kerja sama yang positif dan saling membantu dalam memahami materi pelajaran yang dianggap sulit. Berdasarkan uraian diatas maka disusunlah skripsi dengan judul "EFEKTIFITAS PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KELAS VIII MTS X". B. Permasalahan Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan adalah : Apakah model Cooperative Learning efektif digunakan pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan siswa kelas VIII MTs X ? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian Untuk mengetahui efektifitas penggunaan model cooperative learning pada mata pelajaran PKn kelas VIII MTs X. 2. Manfaat penelitian a. Bagi penulis Dapat menambah pengetahuan tentang efektifitas penggunaan model cooperative learning pada mata pelajaran PKn kelas VIII MTs X. b. Bagi guru MTs X Dapat dijadikan informasi mengenai efektifitas penggunaan model cooperative learning pada mata pelajaran PKn kelas VIII.. D. Sistematika Penulisan Skripsi Sistematika penulisan sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN terdiri dari : A. Latar Belakang B. Permasalahan C. Tujuan dan manfaat penulisan D. Sistematika penulisan BAB II TINJAUAN PUSTAKA terdiri dari : A. Model Pembelajaran 1. Pengertian model pembelajaran 2. Jenis-jenis model pembelajaran B. Model Cooperative Learning 1. Pengertian model Cooperative Learning 2. Tujuan model Cooperative learning 3. Kelebihan dan kelemahan model Cooperative learning 4. Ciri-ciri model Cooperative learning 5. Unsur-unsur dasar model Cooperative learning 6. Prinsip-prinsip dasar model Cooperative learning 7. Langkah-langkah model Cooperative learning C. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 PKn SMP/MTs 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan 2. Tujuan dan manfaat Pendidikan Kewarganegaraan 3. Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan 4. Kajian Materi PKn Kelas VIII semester genap dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. D. Uraian Materi Pembelajaran Kedaulatan rakyat dan sistem Pemerintahan di Indonesia E. Efektifitas 1. Pengertian Efektifitas 2. Pengukuran Efektifitas 3. Efektifitas penggunaan BAB III METODOLOGI PENELITIAN berisi tentang : A. Jenis Penelitian B. Subyek Penelitian C. Rancangan Penelitian D. Indikator Keberhasilan E. Sumber Data F. Metode Pengumpulan Data G. Analisis data BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Umum Obyek Penelitian B. Hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Siklus I C. Hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Siklus II D. Pembahasan BAB V PENUTUP A. Simpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN |
Posted: 21 Mar 2014 12:35 AM PDT (KODE : PTK-0158) : SKRIPSI PTK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN MATERI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN MELALUI STRATEGI TANDUR (BIOLOGI KELAS VIII)BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses belajar mengajar merupakan rangkaian kegiatan komunikasi antara siswa yang belajar dengan guru yang mengajar. Keberhasilan komunikasi dua arah antara subyek tersebut, dipengaruhi oleh beberapa faktor utama, antara lain kondisi pengajaran, fasilitas, kemampuan dan kesiapan yang dimiliki oleh guru, motivasi belajar siswa, dan lingkungan masyarakat di sekitar tempat belajar. Kegiatan pembelajaran diarahkan kepada kegiatan yang mendorong siswa untuk belajar secara aktif baik secara fisik, sosial maupun psikis untuk memahami konsep. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran Biologi hendaknya guru menggunakan suatu strategi pengajaran yang memberikan kesempatan siswa banyak beraktivitas. Dari observasi awal yang dilakukan di SMPN X, melalui diskusi dengan guru mata pelajaran Biologi, didapatkan fakta bahwa pembelajaran Biologi pada materi pertumbuhan dan perkembangan di kelas VIII belum optimal, terutama di kelas VIII C. Proses pembelajaran masih terpusat pada guru karena guru masih menjadi sumber utama pembelajaran, partisipasi siswa masih perlu ditingkatkan karena semestinya siswa tidak hanya mencatat dan mendengarkan melainkan harus responsif dalam pembelajaran. Motivasi siswa juga masih perlu ditingkatkan karena perhatian siswa dalam pembelajaran masih kurang. Guru juga masih kesulitan menerapkan metode pembelajaran yang menarik, inovatif, dan lebih mengaktifkan siswa juga variasi metode, media, model pembelajaran yang kurang optimal dalam pelaksanaannya. Dari hal tersebut di atas, menyebabkan pemahaman siswa menjadi rendah sehingga berdampak pada hasil belajar siswa juga rendah. Hal ini bisa dilihat dari rata-rata hasil ulangan harian materi pertumbuhan dan perkembangan kelas VIII C yaitu 49,5. Juga dilihat dari nilai akhir mata pelajaran Biologi yang hanya 43,18% siswa kelas VIII C yang mencapai KKM yang telah ditetapkan yaitu 65. Masalah-masalah pembelajaran tersebut, menjelaskan kualitas pembelajaran khususnya materi pertumbuhan dan perkembangan belum optimal sehingga diperlukan suatu upaya untuk dapat memecahkan masalah tersebut, antara lain dengan mengembangkan metode pembelajaran. Metode pembelajaran yang saat ini diperlukan adalah metode pembelajaran yang kreatif, inovatif dan menuntut keaktifan siswa. Salah satu metode pembelajaran yang dipilih yaitu menerapkan strategi TANDUR yang terdapat dalam pembelajaran quantum teaching. Quantum teaching adalah suatu metode pembelajaran yang menyenangkan, dengan interaksi antara siswa dan guru terjalin dengan baik. Metode quantum teaching membantu dalam menciptakan lingkungan belajar yang efektif dengan cara memanfaatkan unsur-unsur yang ada pada siswa misalnya rasa ingin tahu siswa dan lingkungan belajarnya melalui interaksi-interaksi yang terjadi di dalam kelas. Menurut Rudiono (2006) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa secara keseluruhan mutu proses belajar mengajar pada kajian sistem ekskresi pada manusia dengan penerapan strategi TANDUR adalah baik dengan nilai 78,9. Strategi TANDUR (Tanamkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan) dirancang untuk meningkatkan aktivitas siswa dengan pemberian pengalaman belajar melalui pengamatan, penyelidikan, maupun diskusi atas permasalahan yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Pengalaman belajar tersebut dikemas dalam skenario pembelajaran yang menyenangkan. Beberapa alasan mengapa penelitian ini menerapkan strategi TANDUR pada materi pertumbuhan dan perkembangan yaitu; 1. Sebagai variasi dalam belajar sehingga siswa tidak merasa jenuh dan termotivasi untuk belajar, 2. Metode pembelajaran yang menguraikan tentang cara-cara baru yang mempermudah proses pembelajaran dan menekankan pada terciptanya suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga siswa termotivasi untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran (De Porter, 2000). Berdasarkan uraian di atas akan dilakukan penelitian untuk meningkatkan kualitas pembelajaran siswa terhadap materi pertumbuhan dan perkembangan dengan menerapkan strategi TANDUR. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang diuraikan tersebut, permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut : "Apakah dengan menerapkan strategi TANDUR dapat meningkatkan kualitas pembelajaran materi pertumbuhan dan perkembangan pada siswa kelas VIII SMPN X?" C. Penegasan Istilah Berikut ini dijelaskan beberapa istilah yang berkaitan dengan judul penelitian ini. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi salah pengertian. Istilah yang perlu dijelaskan adalah sebagai berikut. 1. Kualitas pembelajaran Pembelajaran merupakan salah satu upaya untuk mengubah tingkah laku siswa ke arah yang lebih baik. Pembelajaran dikatakan berkualitas apabila siswa berpartisipasi aktif dalam proses belajar mengajar serta menguasai kompetensi yang akan dijadikan sebagai standar penilaian hasil belajar (Mulyasa 2002). Partisipasi aktif siswa dalam penelitian ini yaitu, aktif mendiskusikan LDS, mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, dan mengemukakan pendapat. 2. Strategi TANDUR TANDUR adalah kependekan dari Tumbuhkan, Alami, Namai, Ulangi, Demonstrasikan, dan Rayakan. Strategi TANDUR yang diterapkan dalam penelitian ini merupakan rencana dan cara-cara membawakan pengajaran yang tersusun dalam suatu rangkaian dengan tahapan sebagai berikut. a. Tumbuhkan, yaitu penumbuhan motivasi dengan menghadirkan permasalahan atau fakta dalam kehidupan sehari-hari siswa yang terkait dengan materi pertumbuhan dan perkembangan, b. Alami, yaitu pemberian pengalaman belajar dengan eksperimen, penyelidikan maupun kajian pustaka, c. Namai, yaitu penamaan konsep atas permasalahan atau fakta yang dialami oleh siswa dengan bimbingan guru, d. Demonstrasikan, yaitu pengetahuan yang telah dikuasai siswa dengan mempresentasikan hasil kegiatan yang telah dilakukan di depan kelas, e. Ulangi, yaitu tahap pelurusan dan penegasan konsep yang telah diperoleh siswa olah guru, f. Rayakan, yaitu perayaan atau penghargaan atas pengetahuan yang telah diperoleh, 3. Materi pertumbuhan dan perkembangan Materi pertumbuhan dan perkembangan dalam KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) termasuk dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas VIII semester gasal. Standar kompetensinya adalah memahami berbagai sistem dalam kehidupan. Sedangkan kompetensi dasarnya adalah menganalisis pentingnya pertumbuhan dan perkembangan pada makhluk hidup. Materi pertumbuhan dan perkembangan terdiri dari beberapa pokok bahasan yaitu a. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan b. Pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan berbunga c. Pertumbuhan dan perkembangan pada hewan d. Metamorfosis dan metagenesis D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan kualitas pembelajaran pada materi pertumbuhan dan perkembangan pada siswa kelas VIII SMPN X melalui strategi TANDUR. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berarti bagi siswa, guru, dan sekolah sebagai suatu sistem pendidikan yang mendukung peningkatan kualitas pembelajaran siswa. 1. Manfaat bagi siswa a. Mendorong siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran b. Mendorong minat siswa untuk belajar Biologi c. Membantu meningkatkan hasil belajar siswa 2. Manfaat bagi guru a. Mendapatkan alternatif model pembelajaran Biologi yang menarik dalam upaya meningkatkan proses belajar dan mengaktifkan siswa dalam belajar b. Guru memiliki pengalaman untuk lebih meningkatkan kinerja dalam menjalankan tugasnya 3. Manfaat bagi sekolah Hasil penelitian ini diharapkan akan memperbaiki, meningkatkan, dan memberi masukan sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan proses belajar mata pelajaran Biologi. |
Posted: 21 Mar 2014 12:10 AM PDT (KODE : PTK-0157) : SKRIPSI PTK EFEKTIVITAS PEMANFAATAN MEDIA AUDIO VISUAL VIDEO PEMBELAJARAN DALAM UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SEJARAH (IPS SEJARAH KELAS VIII)BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembukaan UUD 1945 menyatakan dengan tegas bahwa mencerdaskan bangsa merupakan salah satu cita-cita luhur dari perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. Maka untuk mewujudkan cita-cita tersebut pendidikan menempati urutan pertama yang mendapatkan perhatian khusus, karena maju mundurnya suatu bangsa ditentukan oleh berhasil atau tidaknya bangsa itu dalam mendidik seluruh generasi mudanya. Mengutip Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB II Pasal 3, bahwa pendidikan nasional memiliki fungsi sebagai berikut : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan diperlukan kurikulum yang sesuai dengan keadaan, kebutuhan lingkungan, dan dapat mengantisipasi keadaan yang akan datang. Kurikulum diartikan sebagai program mengenai sejumlah pengalaman yang ditaati melalui kegiatan pembelajaran. Kualitas proses pembelajaran sangat bergantung pada tiga unsur, yaitu : kurikulum, guru dan siswa. Walaupun kurikulum tersebut saling bergantung dan menentukan, namun unsur guru paling menentukan diantara ketiganya. Guru memegang peranan yang penting di dalam proses pendidikan salah satu kode etik yang harus dimiliki oleh seorang guru profesional adalah ia harus mampu menggunakan alat atau media pembelajaran. Dan dalam kegiatan belajar mengajar dikenal adanya motivasi belajar yang diterapkan dalam kegiatan belajar I Motivasi belajar memegang peranan sangat penting dalam hal memberikan gairah/semangat dan rasa senang dalam belajar, sehingga mempunyai motivasi tinggi mempunyai tenaga yang banyak untuk melaksanakan kegiatan belajar. Dimana menurut Hamzah B. Uno "motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya". Faktor lain yang tak kalah penting yakni hasil belajar, dimana hasil belajar merupakan salah satu alat tolak ukur sejauh mana tingkat pemahaman siswa dalam memahami suatu materi. Tidak dapat dipungkiri lagi dalam setiap proses pembelajaran terjadi hambatan dalam proses pembelajaran terutama pada mata pelajaran sejarah. Faktor yang menjadi penghambat proses pembelajaran sejarah diantaranya yakni motivasi belajar siswa rendah karena adanya anggapan siswa bahwa mata pelajaran sejarah adalah mata pelajaran yang cenderung membosankan karena berisi tentang materi saja, media yang digunakan kurang bervariasi sehingga siswa kurang tertarik terhadap mata pelajaran sejarah, terkadang guru kurang memvariasikan metode ataupun penggunaan media dalam proses pembelajaran, rendahnya hasil belajar siswa. Terkadang siswa malas-malasan dalam belajar, dan siswa mengantuk saat pelajaran sejarah dimulai. Hal tersebut merupakan masalah yang terjadi di SMP X dimana motivasi siswa rendah terhadap mata pelajaran sejarah, tentu saja hal tersebut berpengaruh pada rendahnya nilai siswa pada mata pelajaran sejarah. Oleh karena itu, untuk mengatasi hal tersebut salah satunya adalah dengan menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa perubahan yang sangat signifikan terhadap berbagai dimensi kehidupan manusia, baik dalam ekonomi, sosial, budaya maupun pendidikan. Agar pendidikan tidak tertinggal perlu adanya penyesuaian-penyesuaian terutama yang berkaitan dengan faktor-j faktor pengajaran di sekolah. Salah satu faktor tersebut adalah media pembelajaran yang perlu dipelajari dan dikuasai oleh guru, sehingga mereka dapat menyampaikan materi pelajaran kepada siswa secara baik berdaya guna dan berhasil. Untuk itu media sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar adalah suatu kenyataan yang tidak bisa dipungkiri keberadaannya. Keberadaan media sangat membantu tugas guru dalam menyampaikan pesan-pesan dad bahan pelajaran yang akan disampaikan oleh guru kepada peserta didik. Guru sadar bahwa tanpa bantuan media, maka bahan pelajaran sukar untuk dipahami oleh setiap peserta didik terutama bahan pelajaran yang sangat kompleks dan rumit. Media memiliki peranan penting di dalam tercapainya proses pembelajaran. Dunia sekarang boleh dikatakan sebagai dunia yang hidup dengan menggunakan media. Kegiatan pembelajaran sekarang bergerak maju seiring kemajuan teknologi, sehingga secara tidak langsung membawa dampak yang baik bagi kemajuan dalam hal penyampaian materi. Yang pada awalnya materi disampaikan dengan menggunakan ceramah saat ini dunia pembelajaran bergerak maju dan banyak menggunakan media. Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dad sumber pesan melalui saluran atau media tertentu ke penerima pesan. Adakalanya penerima pesan (siswa) benar dalam menafsirkan pesan yang disampaikan oleh guru, tetapi adakalanya mereka salah dalam menafsirkannya. Ada beberapa faktor yang menjadi penghambat atau penghalang proses komunikasi, di antaranya hambatan psikologis, hambatan kultural, dan hambatan lingkungan. Media pendidikan sebagai salah-satu sumber belajar yang dapat menyalurkan pesan dapat membantu mengatasi hal tersebut. Nurbayati dalam skripsinya menyatakan bahwa "media audio visual dapat memudahkan belajar, menarik perhatian siswa, membangkitkan motivasi dan mampu memberikan stimulus". Dan seiring dengan berkembangnya Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), mengharuskan dunia pendidikan untuk menerapkan pembelajaran berbasis komputer. Guru harus dapat menciptakan suatu pembelajaran yang berpotensi menciptakan suasana belajar mandiri, serta membawa kelas bagaikan magnet yang mampu memikat dan menarik siswa untuk belajar dalam suasana yang menyenangkan, salah satunya dengan memanfaatkan video pembelajaran. Pemanfaatan multimedia berbasis komputer dalam pembelajaran, selain dapat digunakan media presentasi dan CD multimedia interaktif, ia juga dapat dimanfaatkan untuk memutar video pembelajaran. Video pembelajaran yang bersifat interaktif tutorial membimbing peserta didik untuk memahami sebuah materi melalui visualisasi. Penggunaan media juga harus sesuai dengan pedoman kurikulum yang ada. Media pembelajaran yang digunakan pun jangan terlalu banyak dan berlebihan karena bila belebihan dapat membingungkan siswa dan tidak memperjelas konsep yang diajarkan. Upaya guru dalam proses belajar mengajar juga berpengaruh terhadap motivasi belajar. Guru yang tinggi gairahnya untuk mengajar menjadikan siswa lebih bergairah dalam belajar. Guru yang bersungguh-sungguh menyampaikan materi menjadikan tingginya motivasi siswa dalam belajar dan tentunya berpengaruh pada meningkatnya hasil belajar siswa. Berangkat dari permasalahan diatas, mendorong penulis untuk meneliti "EFEKTIVITAS PEMANFAATAN MEDIA AUDIO VISUAL VIDEO PEMBELAJARAN DALAM UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN SEJARAH". B. Identifikasi Area Dan Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, peneliti mengidentifikasikan masalah sebagai berikut : 1. Motivasi belajar siswa pembelajaran sejarah. 2. Hasil belajar siswa rendah dalam pembelajaran sejarah. 3. Media yang digunakan kurang menarik perhatian siswa. 4. Guru menggunakan metode pembelajaran yang monoton. 5. Materi pembelajaran yang cenderung membosankan di mata siswa. C. Pembatasan Penelitian Karena terlalu luasnya masalah yang teridentifikasi dan untuk memberi arah yang jelas dalam proses penelitian, maka dalam hal ini perlu diadakan pembatasan masalah. Adapun batasan-batasan masalah tersebut adalah : 1. Motivasi belajar siswa rendah dalam pembelajaran sejarah. 2. Hasil belajar siswa rendah dalam pembelajaran sejarah. Dalam penelitian ini media pembelajaran yang digunakan adalah media audio visual video pembelajaran untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada pembelajaran sejarah. D. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah diatas berikut ini dirumuskan permasalahan yang akan dijadikan objek penelitian : 1. Bagaimanakah efektivitas pemanfaatan media audio visual video pembelajaran terhadap peningkatan motivasi belajar siswa pada pembelajaran sejarah ? 2. Bagaimanakah efektivitas pemanfaatan media audio visual video pembelajaran terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran sejarah ? E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang pemanfaatan media audio visual video pembelajaran. Secara rinci tujuan dibagi menjadi beberapa poin sebagai berikut : 1. Untuk memperoleh gambaran tentang efektivitas pemanfaatan media audio visual video pembelajaran dalam upaya peningkatan motivasi belajar siswa pada pembelajaran sejarah. 2. Untuk memperoleh gambaran tentang efektivitas pemanfaatan media audio visual video pembelajaran dalam upaya peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran sejarah. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis penelitian ini memperkuat teori-teori tentang pembelajaran aktif (active learning), pemanfaatan media pembelajaran terutama pada pembelajaran sejarah. 2. Manfaat Praktis Manfaat praktis dari penelitian ini adalah : a. Bagi peneliti, menerapkan ilmu pendidikan yang selama ini didapat pada perkuliahan. b. Bagi guru, dapat memberikan masukan yang berarti sebagai bahan kajian untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. c. Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, riset ini mendukung teori media, motivasi dan hasil belajar sehingga dapat menjadi landasan untuk melakukan riset. d. Bagi peserta didik, memberikan pengalaman belajar yang bermakna sehingga mempermudah peserta didik untuk membangun dan menemukan konsep-konsep dalam pembelajaran. |
Posted: 21 Mar 2014 12:07 AM PDT (KODE : PTK-0156) : SKRIPSI PTK IMPLEMENTASI LEARNING CYCLE 5E BERORIENTASI CHEMOENTREPRENEURSHIP UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN KIMIA POKOK BAHASAN LARUTAN ASAM DAN BASA (KIMIA KELAS XI)BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran yang terjadi di lingkungan sekolah (pendidikan formal) sangat bergantung pada unsur-unsur yang ada di dalamnya yaitu tujuan, bahan, metode dan alat, serta penilaian. Namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa unsur-unsur tersebut belum terpenuhi dengan baik. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh sebagian guru dalam praktik pendidikan di sekolah selama ini lebih berpusat pada guru dan metode yang digunakan kurang bervariasi. Ilmu kimia sebagai cabang ilmu pengetahuan alam mestinya mampu memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam meningkatkan kecerdasan siswa. Saat ini masih banyak siswa yang beranggapan bahwa mata pelajaran kimia bersifat abstrak dan sukar dipahami sehingga siswa mengalami kesulitan untuk mempelajarinya. Larutan asam dan basa merupakan salah satu pokok bahasan dalam mata pelajaran kimia SMA. Dalam pokok bahasan larutan asam dan basa ini banyak konsep-konsep yang sangat dekat dengan kehidupan siswa. Oleh karena itu sangat penting bagi siswa untuk menguasai konsep larutan asam dan basa sehingga dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi saat ini masih banyak guru yang kurang mengkaitkan materi dengan obyek nyata atau fenomena yang ada di sekitar siswa. Metode yang digunakan juga masih menggunakan metode ceramah. Metode ini membuat siswa cenderung pasif dan hanya menerima saja materi -materi yang diajarkan guru sehingga pembelajaran bersifat verbal. Belajar secara verbal kurang membawa hasil bagi siswa. Oleh karena itu perlu dikembangkan suatu model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa. Belajar sambil melakukan aktivitas lebih banyak mendatangkan hasil bagi siswa sebab kesan yang didapatkan oleh siswa lebih tahan lama tersimpan dalam benak siswa. Beberapa dalil, konsep, atau suatu rumus akan mudah terlupakan apabila tidak dipraktekkan dan dibuktikan melalui perbuatan siswa sendiri. Berdasarkan wawancara dengan guru kimia dan observasi yang dilaksanakan di kelas XI SMA X, dapat diketahui bahwa hasil belajar, aktivitas dan kreativitas siswa di kelas tersebut masih rendah. Berdasarkan data nilai Ulangan Harian Terprogram, nilai siswa pada mata pelajaran kimia masih kurang dari standar ketuntasan belajar di SMA Ibu Kartini (nilai > 60). Nilai rata-rata kelas 48,04 dengan persen ketuntasan klasikal hanya 24%. Dari hasil wawancara dengan guru mata pelajaran kimia, jumlah siswa yang aktif dalam pembelajaran hanya sekitar 20% dan siswa yang memiliki kreativitas tinggi hanya sekitar 16%. Ada beberapa faktor yang menyebabkan hasil belajar, aktivitas, dan kreativitas siswa rendah, diantaranya faktor guru, faktor siswa, dan faktor sarana prasarana di sekolah. Siswa menganggap mata pelajaran kimia sulit dipahami, siswa masih malu bertanya, dan hanya mau menjawab pertanyaan jika ditunjuk guru. Guru hanya menyampaikan materi dengan menggunakan metode ceramah dan jarang mengkaitkan materi dengan fenomena yang ada di sekitar siswa sehingga siswa kurang berminat mengikuti kegiatan pembelajaran. Hal ini menyebabkan kegiatan pembelajaran di kelas kurang efektif. Proses pembelajaran kimia sangat penting untuk meningkatkan kualitas pembelajaran siswa, oleh karena itu perlu adanya perbaikan dalam proses pembelajaran. Guru dituntut untuk dapat merancang kegiatan pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa. Learning Cycle merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat membuat siswa belajar secara aktif membangun konsep-konsepnya sendiri dengan cara berinteraksi dengan lingkungan fisik maupun sosial. Siswa mempelajari materi secara bermakna dengan bekerja dan berpikir sehingga pengetahuan dikonstruksi dari pengalaman siswa sendiri. Dengan demikian proses pembelajaran bukan lagi sekedar transfer pengetahuan dari guru ke siswa tetapi merupakan proses pemerolehan konsep yang berorientasi pada keterlibatan siswa secara aktif dan langsung. Proses pembelajaran demikian akan lebih bermakna dan menjadikan skema dalam diri siswa menjadi pengetahuan fungsional yang dapat diaplikasikan oleh siswa untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Hasil penelitian yang pernah dilakukan dengan model pembelajaran Learning Cycle oleh Febriyanti (2006) diketahui bahwa penggunaan model belajar Learning Cycle dapat meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fisika di SMP Laboratorium Universitas Negeri Malang. Dalam penelitian Sarjana (2008), model pembelajaran Learning Cycle juga dapat meningkatkan hasil belajar kimia materi kelarutan dan hasil kali kelarutan di SMAN 1. Hasil penelitian Winarno (dalam Rochmah, 2005 : 12) mengemukakan bahwa penggunaan model Learning Cycle dapat mewujudkan keteraturan dalam proses pembelajaran kimia sehingga siswa lebih mudah memahami suatu konsep dan dapat mengembangkan pengetahuan yang diperoleh dengan cara berperan aktif selama pembelajaran. Begitu juga Soebagio (2001 : 52), hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pembelajaran dengan model Learning Cycle menjadikan pembelajaran lebih bermakna karena siswa secara langsung mengalami proses perolehan konsep dan memahami aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan hasil observasi awal dan wawancara yang telah dilakukan di kelas XI SMA X, ada beberapa hal yang menyebabkan hasil belajar dan kreativitas siswa rendah diantaranya : Kondisi guru : 1. Guru masih menggunakan pola lama, yaitu menyampaikan materi dengan ceramah. 2. Guru hanya mengajarkan materi yang ada di buku saja dan jarang mengaitkan materi dengan objek nyata/fenomena yang ada di sekitar siswa. 3. Guru jarang mengadakan kegiatan praktikum. Kegiatan praktikum yang dilaksanakan selalu terpaku pada materi bukan aplikasi sehingga belum menuntun siswa untuk berkreasi. 4. Guru hanya menilai hasil belajar siswa berdasarkan aspek kognitif saja sedangkan aspek afektif dan psikomotorik kurang diperhatikan. Kondisi siswa kelas XI : 1. Siswa kurang aktif dalam pembelajaran dan cenderung hanya menerima materi yang diberikan guru. 2. Siswa kurang kreatif dalam pembelajaran, ditandai dengan siswa malu bertanya dan hanya mau menjawab jika ditunjuk guru. 3. Siswa menganggap kimia itu sulit. 4. Sebagian besar siswa berasal dari golongan ekonomi menengah ke bawah. Kondisi sarana dan prasarana : 1. Pemanfaatan laboratorium belum maksimal. 2. Buku-buku kimia yang tersedia di perpustakaan masih kurang. 3. Peralatan dan bahan yang ada di laboratorium masih kurang sehingga tidak semua percobaan dapat dilakukan. Akibatnya pembelajaran kimia di SMA X kurang efektif artinya siswa belum benar-benar memahami materi yang diajarkan guru. Berdasarkan identifikasi masalah diatas, dapat disimpulkan akar permasalahannya adalah proses pembelajaran yang kurang bervariasi dan kurang melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Oleh karena itu, peneliti bermaksud untuk meningkatkan kualitas pembelajaran kimia pada pokok bahasan larutan asam dan basa siswa kelas XI SMA X dengan mengimplementasikan Learning Cycle 5E berorientasi CEP (Chemo Entrepreneurship). Yang dimaksud dengan kualitas pembelajaran di sini yaitu hasil belajar, aktivitas, dan kreativitas siswa. C. Permasalahan Permasalahan penelitian adalah bagaimanakah perencanaan dan pelaksanaan model pembelajaran Learning Cycle 5E berorientasi CEP dapat meningkatkan kualitas pembelajaran kimia di kelas XI SMA X ? D. Pemecahan Masalah Berdasarkan permasalahan diatas maka pemecahan masalah yang dipilih adalah dengan cara : 1. Menganalisis penyebab mengapa para siswa cenderung memiliki hasil belajar rendah, kurang aktif dan kreatif dalam kegiatan pembelajaran. 2. Menerapkan model pembelajaran Learning Cycle 5E berorientasi CEP (Chemo Entrepreneurship) sebagai strategi untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada. E. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Tujuan Umum Meningkatkan kualitas pembelajaran yang ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah siswa yang memiliki pemahaman yang lebih baik terhadap konsep larutan asam dan basa. 2. Tujuan Khusus Pada akhir penelitian : a. Sekurang-kurangnya 85% siswa mencapai ketuntasan belajar (mendapat nilai > 60). b. Sekurang-kurangnya 85% siswa mengalami peningkatan aktivitas. c. Sekurang-kurangnya 85% siswa mengalami peningkatan kreativitas. F. Manfaat Penelitian Adapun penelitian ini diharapkan dapat mempunyai manfaat sebagai berikut : 1. Bagi siswa, dapat meningkatkan hasil belajar, aktivitas, dan kreativitas dalam pembelajaran. 2. Bagi guru, sebagai bahan pertimbangan dan informasi dalam memilih pendekatan pembelajaran yang efektif dan efisien, sehingga dapat meningkatkan aktivitas, kreativitas, dan hasil belajar siswa. 3. Bagi sekolah, memberikan perbaikan kondisi pembelajaran, sehingga dapat membantu menciptakan panduan pembelajaran dan bahan pertimbangan dalam membuat keputusan penggunaan pendekatan yang akan diterapkan. |
You are subscribed to email updates from gudang makalah, skripsi dan tesis To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
0 komentar:
Post a Comment