download makalah, skripsi, tesis dll. |
- SKRIPSI PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PADA ANAK USIA DINI
- SKRIPSI IMPLEMENTASI PENGGUNAAN MEDIA PUZZLE DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI TAMAN KANAK-KANAK
- SKRIPSI EFEKTIFITAS METODE BIL-HIKMAH DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA AL-QURAN PADA ANAK TAMAN KANAK-KANAK
| Posted: 03 Feb 2012 05:22 PM PST (KODE : PG-PAUD-0014) : SKRIPSI PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PADA ANAK USIA DINI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) ditujukan pada pengembangan pola pikir praktis, logis, kritis dan jujur dengan berorientasi pada penerapan matematika dalam menyelesaikan masalah. KBK mengisyaratkan bahwa empat pilar dasar pendidikan perlu diberdayakan agar nantinya anak mampu berbuat untuk memperkaya pengalaman belajarnya (learning to do) dengan meningkatkan interaksi dengan lingkungannya baik fisik, sosial, maupun budaya, sehingga mampu membangun pemahaman dan pengetahuannya terhadap dunia sekitarnya (learning to know). Dengan demikian anak dapat membangun pengetahuan dan kepercayaan dirinya (learning to be). Kesempatan untuk berinteraksi dengan individu atau pun kelompok yang bervariasi (learning to live together) akan membentuk pemahaman akan kemajemukan dan keragaman yang menumbuhkembangkan sikap positif dan toleran (Tarigan, 2006 : 16). Berbagai interaksi dengan lingkungan dan aktivitas sehari-hari anak dalam membangun pengetahuannya sering kali anak dihadapkan pada masalah yang membutuhkan suatu cara pemecahan masalah atau penalaran yang melibatkan matematika. Karena memang matematika tumbuh dan berkembang berdasarkan kebutuhan manusia dalam menghadapi persoalan hidup. Menurut Kirkpatrick (Payne, 1975 : 70) tujuan dari pembelajaran matematika pada masa kanak-kanak adalah untuk membantu anak melihat makna dalam situasi-situasi dan kejadian-kejadian yang dialaminya dalam aktivitas sehari-hari. Anak belajar menghubungkan suatu situasi kepada bentuk matematika. Saat menjalani kehidupan sehari-hari dengan menjelajah dan menemukan benda-benda di sekitarnya, anak dihadapkan pada dunia matematika. Pendidikan matematika merupakan bagian dari sistem pendidikan yang dapat mengembangkan kemampuan bernalar dan memecahkan masalah. Sejalan dengan KTSP pelajaran matematika (BNSP, 2006 : 28) menyatakan bahwa : Pembelajaran matematika bertujuan agar anak memahami konsep matematika, menggunakan penalaran, memecahkan masalah, mengkomunikasikan gagasan, serta meningkatkan sikap menghargai kegiatan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Hal senada juga diungkapkan oleh Fathani (2008 : 1), ada beberapa alasan mengapa matematika diajarkan pada anak, yakni : (a) matematika merupakan pengetahuan terpenting yang harus dikuasai oleh anak (b) setiap individu dalam hidup membutuhkan matematika (c) anak dikaruniai kecerdasan matematis logis (d) matematika sangat bermakna bagi kehidupan manusia. Dari beberapa penjabaran di atas, matematika merupakan sarana untuk melakukan pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Untuk membantu anak melihat hubungan antara kejadian sehari-hari dan model matematika yaitu dengan mengembangkan permasalahan yang berasal dari dunia nyata dan pengalaman anak sehari-hari sehingga anak mudah untuk memahaminya. Dari permasalahan tersebut anak mencoba untuk meyelesaikannya secara logis dan sistematis. Pada dasarnya, matematika adalah pemecahan masalah karena itu, matematika sebaiknya diajarkan melalui berbagai masalah yang ada disekitar anak dengan memperhatikan usia dan pengalaman yang mungkin dimiliki anak (Ariyanti, 2008 : 1). Kemampuan pemecahan masalah pada anak usia dini dapat dikembangkan melalui berbagai upaya. Copley (2001 : 1) dan Kirkpatrick (Payne, 1975 : 71) memaparkan salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada anak usia dini yaitu memberikan kesempatan atau peluang kepada anak untuk mencari solusi dari permasalahan yang dihadapinya dengan memberikan kebebasan kepada anak untuk bereksperimen dan bereksplorasi dengan benda-benda yang ada disekitarnya. Lebih lanjut diungkapkan bahwa permasalahan yang diberikan harus dihubungkan dengan dunia nyata dan berasal dari pengalaman anak sehari-hari. Hal ini dimaksudkan agar anak tertarik dan mudah untuk memecahkan masalah yang ditemuinya. Pembelajaran matematika yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah secara spesifik mengungkapkan standar pembelajaran matematika untuk anak usia dini (anak usia prasekolah sampai dengan SD kelas awal) yang direkomendasikan oleh The National Council of Teacher of Mathematics (NCTM) tentang prinsip dan standar Matematika Sekolah. Standar pembelajaran matematika untuk anak usia dini meliputi standar isi dan standar proses pembelajaran matematika, antara lain : (1) bilangan dan operasi bilangan, (2) aljabar (3) geometri, (4) pengukuran, (5) analisis data dan probabilitas, (6) problem solving, (7) penalaran dan pembuktian, (8) komunikasi, (9) koneksi, (10) representasi (Sriningsih, 2008 : 10). Sebagaimana telah dipaparkan pada standar pembelajaran matematika untuk anak usia dini, matematika merupakan disiplin ilmu yang bukan sekedar berhitung tetapi matematika juga merupakan sarana untuk melakukan pemecahan masalah. Matematika merupakan aktivitas untuk menemukan dan mempelajari pola dan hubungan. Matematika merupakan bahasa. Matematika dapat dijadikan cara dan alat untuk berpikir. Matematika digunakan oleh setiap orang. Matematika untuk mengerjakan matematika dan sarana untuk berpikir independen (Sriningsih, 2008 : 17). Riedesel (Sriningsih, 2008 : 18) menekankan tentang pentingnya matematika sebagai sarana untuk berpikir independen sehingga mampu mengubah pengetahuan teoretis yang dimiliki oleh manusia menjadi pengetahuan praktis yang bermanfaat dalam memecahkan berbagai permasalahan yang ditemui sehari-hari Belajar matematika pada anak terjadi secara alami. Anak usia dini dapat menemukan, menguji, serta menerapkan konsep matematika secara alami hampir setiap hari melalui kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan matematika tersebut dapat meningkatkan kemampuan anak dalam memecahkan masalah dan dapat merangsang anak untuk memahami fenomena alam atau perubahan lingkungan di sekitarnya. Menurut Fromboluti dan Rinck (Sriningsih, 2008 : 29) anak membangun konsep-konsep matematika melalui berbagai kegiatan sehari-hari yang ia lakukan melalui pengalaman langsung pada berbagai percobaan dan penemuan. Anak-anak sering mendengar dan mengucapkan kata-kata yang berhubungan dengan matematika dari orang tua, guru dan juga teman sesamanya. Pada umumnya anak mendengar dan mengucapkan terlebih dahulu berbagai konsep yang berhubungan dengan matematika bam kemudian seiring dengan meningkatnya usia dan kemampuan berpikirnya, ia mulai memahami konsep-konsep matematika itu dengan lebih mendalam. Anak usia 2-3 tahun sudah memiliki kemampuan untuk membilang buta namun belum diikuti oleh kesadaran terhadap kuantitas benda. Belajar matematika memerlukan kemampuan untuk berpikir abstrak. Pembelajaran matematika pada anak harus disesuaikan dengan tahapan kognitifnya. Tahapan kognitif anak usia prasekolah menumt Piaget (Sriningsih, 2008 : 30 ) berada pada tahap praoperasional (2-7 tahun), dimana anak mampu menggunakan simbol-simbol dalam pikirannya untuk merepresentasikan benda-benda atau kejadian Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti di TK X, ada beberapa masalah yang muncul dalam pembelajaran matematika temtama pada kemampuan pemecahan masalah. Pembelajaran matematika hanya ditekankan pada kemampuan berhitung. Tidak ada pendekatan pembelajaran yang dapat mengembangkan selumh aspek perkembangan anak temtama dalam hal pemecahan masalah. Pengembangan pembelajaran matematika yang disampaikan oleh guru tidak mengarahkan anak pada kemampuan pemecahan masalah yang dihubungkan dengan pengalaman anak sehari-hari. Masalah lain yang muncul di TK X adalah guru kurang kreatif dalam menyediakan media-media pembelajaran. Media pembelajaran yang kurang bervariasi berpengaruh terhadap kemampuan anak dalam perkembangan pemecahan masalah. Pembelajaran lebih terpaku pada buku tulis, atau metode pembelajaran yang ditekankan adalah metode konvensional sehingga pembelajaran lebih sering dilakukan dengan kegiatan menulis. Tidak ada kegiatan yang memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan minat dan kebutuhannya sehingga pembelajaran menjadi membosankan. Dari penjelasan di atas dapat dikatakan kurang maksimalnya penggunaan pendekatan dalam pembelajaran dan penyediaan media yang bervariasi sehingga berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah di TK X. Dengan demikian, diperlukan suatu cara untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. Banyak strategi, metode, pendekatan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada anak usia dini. Salah satu alternatif yang dapat menyelesaikan permasalahan di atas yaitu penerapan pendekatan pembelajaran matematika realistik (Realistic mathematic education atau disingkat RME. Pembelajaran matematika realistik merupakan suatu paradigma baru dalam proses pembelajaran matematika yang diperkenalkan oleh Freudenthal, ide utama dari RME menurut Gravemeijer adalah bahwa siswa harus diberi kesempatan untuk menemukan kembali (reinvent) ide dan konsep matematika dengan bimbingan orang dewasa. Usaha untuk membangun kembali ide dan konsep matematika tersebut melalui penjelajahan berbagai situasi dan persoalan-persoalan realistis. Menurut Heuvel (Caslam, 2007 : 34) realistis dalam pengertian tidak hanya situasi yang ada di dunia nyata, tetapi juga masalah yang dapat mereka bayangkan. Pembelajaran matematika realistik menurut Gravemeijer (Tarigan, 2006 : 18) adalah pembelajaran matematika yang menekankan akan pentingnya konteks nyata yang dikenal anak dan proses konstruksi pengetahuan matematika oleh anak sendiri. Pembelajaran matematika realistik merupakan pendekatan yang orientasinya menuju kepada penalaran anak yang bersifat realistik sesuai dengan salah satu tujuan pendidikan bagi anak yaitu mengembangkan pola pikir praktis, logis, kritis, dan jujur dengan berorientasi pada penalaran matematika dalam menyelesaikan masalah. Hasil penelitian Saragih (2008 : 18) menunjukkan bahwa pendekatan matematika realistik layak dipertimbangkan untuk digunakan di jenjang pendidikan dasar di Indonesia dalam rangka untuk meningkatkan berpikir logis dan sikap siswa terhadap matematika yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam matematika. Hasil penelitian lain yang dilakukan Caslam (2007 : 2) menerangkan bahwa penerapan model pembelajaran matematika realistik dapat meningkatkan hasil belajar matematika dalam pokok bahasan operasi hitung pada bilangan pecahan. Selanjutnya penelitian Caslam mengarah pada kemampuan memecahkan masalah, dimana anak akan terbiasa dengan memecahkan masalah realistis, sehingga mereka akan lebih siap menghadapi kehidupan yang penuh dengan berbagai persoalan. Penggunaan model pembelajaran realistic mathematic education akan mendorong siswa untuk memanipulasi persoalan-persoalan untuk mendapatkan solusi pemecahannya. Selanjutnya hasil penelitian Diyah (2007 : 86) yang menunjukan bahwa pembelajaran matematika realistik dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah pada mated segi tiga dan segi empat. Selain itu pembelajaran matematika realistik lebih efektif dibanding dengan pembelajaran konvensional. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Rachmawati dkk (Ahman, 2009 : 114) terhadap anak usia dini bahwa pembelajaran matematika realistik mempunyai keunggulan yang salah satunya adalah munculnya kemampuan problem solving pada anak. Kemampuan problem solving ini berkembang karena anak dapat menemukan dan menyelesaikan permasalahannya sendiri dengan caranya sendiri dan berbeda dengan temannya. Meskipun telah cukup sumber dan hasil penelitian mengenai pengaruh pendekatan pembelajaran matematika realistik terhadap peningkatan hasil belajar anak, akan tetapi sumber dan hasil penelitian mengenai pengaruh pendekatan pembelajaran matematika realistik terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah pada anak usia dini masih terbatas. Oleh karena itu berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas dan hasil kajian terhadap penelitian terdahulu, penelitian ini berfokus pada "Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika pada Anak Usia Dini". B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana tingkat kemampuan pemecahan masalah matematika pada anak usia dini di kelas kontrol dan kelas eksperimen di TK X sebelum menggunakan pendekatan pembelajaran matematika realistik? 2. Bagaimana tingkat kemampuan pemecahan masalah matematika pada anak usia dini di kelas kontrol dan kelas eksperimen di TK X setelah menggunakan pendekatan pembelajaran matematika realistik? 3. Apakah pendekatan pembelajaran matematika realistik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kemampuan pemecahan masalah matematika pada anak usia dini di TK X? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai pengaruh pendekatan pembelajaran matematika realistik terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika pada anak usia dini di TK X. 2. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Memperoleh gambaran tentang kemampuan pemecahan masalah matematika pada anak usia dini di kelas kontrol dan kelas eksperimen di TK X sebelum penerapan pendekatan pembelajaran matematika realistik. b. Memperoleh gambaran tentang kemampuan pemecahan masalah matematika pada anak kelas di kontrol dan kelas eksperimen di TK X setelah penerapan pendekatan pembelajaran matematika realistik. c. Memperoleh gambaran tentang pengaruh pembelajaran matematika realistik terhadap tingkat kemampuan pemecahan masalah pada anak usia dini di TK X. D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika pada anak usia dini di TK X setelah mendapatkan pendekatan pembelajaran matematika realistik. 2. Secara Praktis a. Bagi Peneliti Memberikan pengalaman dan wawasan pribadi dalam melakukan penelitian pendidikan, khususnya tentang pengaruh pembelajaran matematika realistik terhadap tingkat kemampuan pemecahan masalah matematika pada anak usia dini. b. Bagi Guru Penerapan pendekatan pembelajaran matematika realistik diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika pada anak usia dini dan dapat dijadikan acuan serta perbandingan dalam memperbaiki kondisi pembelajaran di kelas. c. Bagi Lembaga Pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan memberi kontribusi positif bagi lembaga penyelenggara pendidikan, khususnya TK X dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika pada anak usia dini. d. Bagi Peneliti Selanjutnya Dapat dijadikan bahan acuan bagi peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian dengan menggunakan metode yang berbeda. E. Asumsi Penelitian 1. Menurut Gravemeijer matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan aktivitas manusia. Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan relevan dengan kehidupan nyata sehari-hari (Tarigan, 2006). 2. Matematika dapat dijadikan sebagai sarana untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Membimbing anak untuk berpikir mendalam tentang berbagai realitas pandang matematika kemudian mencoba untuk menemukan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan memecahkannya secara logis dan sistematis (Sriningsih, 2008). 3. Pembelajaran matematika realistik memiliki pengaruh yang positif terhadap peningkatan kemampuan pemecahkan masalah matematika pada anak usia dini. F. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode penelitian eksperimen kuasi. Metode eksperimen kuasi ini digunakan untuk mencari pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Penelitian kuasi eksperimen dilakukan karena penelitian ini tidak memakai teknik randomization (sampel yang diacak) tetapi menggunakan kelompok yang sudah tersedia (intact group) di sekolah. Desain penelitian ini dilakukan dua kali observasi yaitu sebelum dan sesudah ekperimen (perlakuan). Observasi yang dilakukan sebelum perlakuan (X1), dan observasi sesudah perlakuan (X2). Perbedaan antara X1 dan X2 atau X2 dan X1 diasumsikan merupakan efek eksperimen (treatment) (Arikunto, 2006). |
| SKRIPSI IMPLEMENTASI PENGGUNAAN MEDIA PUZZLE DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI TAMAN KANAK-KANAK Posted: 03 Feb 2012 05:20 PM PST (KODE : PG-PAUD-0013) : SKRIPSI IMPLEMENTASI PENGGUNAAN MEDIA PUZZLE DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI TAMAN KANAK-KANAK BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Anak usia taman kanak-kanak adalah individu yang berusia empat sampai enam tahun yang sedang menjalani proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat dan fundamental dalam berbagai aspek yang meliputi motorik kasar, motorik halus, seni, kognitif, bahasa, serta social emosional. Semua aspek perkembangan ini harus dikembangkan sesuai dengan tahapannya. Pembelajaran pada anak usia dini bertujuan untuk memperkenalkan konsep-konsep dasar yang bermakna bagi kehidupan anak agar mereka mampu berinteraksi dengan lingkungan baik sekarang maupun di masa yang akan datang. Konsep-konsep tersebut sebaiknya diperkenalkan melalui kegiatan yang berorientasi pada kegiatan bermain karena melalui kegiatan yang berorientasi pada kegiatan bermain anak memiliki kesempatan untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan berbagai hal yang ditemui dalam kehidupan dengan cara yang menyenangkan. Salah satu konsep dasar yang dipelajari di TK adalah matematika. Matematika bagi anak usia dini merupakn salah satu cara bagi anak untuk memahami dunia dan pengalaman-pengalaman yang dilakukannya serta upaya untuk memecahkan berbagai permasalahan yang ditemuinya setiap hari (Nining Sriningsih, 2008). Pembelajaran matematika di Taman Kanak-kanak menurut Hiebert & Linquist (Kellough, 1996 : 189), adalah pengetahuan yang diperoleh berdasarkan intuisi, persepsi informasi, serta berbagai analisis sirtuasi sehari-hari yang dibangun secara alami berdasarkan interaksi anak dengan teman sebaya. Pembelajaran matematika di TK pada dasarnya adalah pembelajaran yang mengkaitkan berbagai aktivitas atau kegiatan sehari-hari anak yang dibawa ke dalam kelas. Sebagai salah satu bidang pengembangan, matematika sangat berperan penting dalam menumbuh kembangkan kemampuan berfikir kritis logis dan sistematis. Kellough (1996) menyatakan bahwa kemampuan berfikir kritis logis dan sistemaits pada anak TK ditandai oleh : (1) anak mengerti konsep matematika sederhana, (2) anak memahami prosedur atau cara kerja matematika, (3) anak dapat mencari cara pemecahan masalah, (4) anak mampu mengkomunikasikan persoalan-persoalan dalam matematika sederhana, (5) anak dapat menginterpretasikan atau mengungkapkan kembali apa yang telah anak ketahui sesuai dengan pemahamannya. Menurut Copley (2001), anak akan lebih efektif mempelajari berbagai konsep matematika bila anak dapat memanipulasi benda-benda baik itu benda dua dimensi maupun tiga dimensi. Jadi dalam memperkenalkan konsep matematika guru dapat memanfaatkan lingkungan sekitar dan pengalaman sehari-hari anak dan mengkaitkannya dengan kegiatan pembelajaran di kelas. Salah satu kegiatan pembelajaran untuk anak yang dapat membantu mereka dalam mengenalkan konsep matematika yaitu berupa pemberian media puzzle. Puzzle merupakan permainan yang membutuhkan kesabaran dan ketekunan anak dalam merangkainya. Dengan terbiasa bermain puzzle, lambat laun mental anak juga akan terbiasa untuk bersikap tenang, tekun dan sabar dalam menyelesaikan sesuatu. Kepuasan yang didapat saat ia menyelesaikan puzzle pun merupakan salah satu pembangkit motivasi untuk mencoba hal-hal yang baru baginya. Dengan mencoba beberapa cara memasang kepingan berupa potongan-potongan gambar maka anak dilatih untuk berfikir kreatif dan mengasah ketekunan anak dalam memecahkan masalah (http : //www.ayahbunda.co.id). Berkenaan dengan pembelajaran matematika dikembangkan pada anak taman kanak-kanak, berdasarkan penelitian di TK Islam Al Muawanah X, anak mengalami kesulitan dalam menyusun kepingan-kepingan puzzle yang diberikan, seperti pada saat ada warna puzzle yang berbeda dalam setiap kepingan anak menjadi bingung, serta pada saat ada bentuk geometri yang berbeda maka anak sering kali tidak dapat menyelesaikan puzzle tersebut. Hal ini berarti anak kurang mampu memahami konsep matematika yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan fenomena yang telah diuraikan, diperlukan suatu motivasi pada anak untuk lebih mengembangkan pembelajaran yang ada baik di sekolah, di rumah, maupun lingkungan sekitar. Media puzzle memberikan pengalaman yang lebih baik jika dibandingkan dengan media pembelajaran matematika lainnya. Sebagaimana penelitian yang dilakukuan oleh Heni (2008) dengan judul penelitiannya, Penggunaan Puzzle Pada Pembelajaran Operasi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Keterampilan Berhitung, telah dibuktikan bahwa penggunaan puzzle memberikan pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan penggunaan media pembelajaran matematika lainnya. Mencermati paparan sebelumnya, maka penelitian ini menitikberatkan pada implementasi penggunaan media puzzle dalam pembelajaran matematika di TK. Adapun judul penelitian uang diambil penulis adalah : "IMPLEMENTASI PENGGUNAAN MEDIA PUZZLE DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI TK ISLAM X" B. Identifikasi Masalah Berdasarkan pada pembahasan masalah diatas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana implementasi penggunaan media puzzle dalam aspek perencanaan pada pembelajaran matematika di TK Islam X? 2. Bagaimana implementasi penggunaan media puzzle dalam aspek pelaksanaan pada pembelajaran matematika di TK Islam X? 3. Bagaimana implementasi penggunaan media puzzle dalam aspek penilaian pada pembelajaran matematika di TK Islam X? 4. Apa kendala yang dihadapi guru TK Islam X pada implementasi penggunaan media puzzle dalam pembelajaran matematika? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini untuk : 1. Mendeskripsikan perencanaan implementasi penggunaan media puzzle dalam pembelajaran matematika di TK Islam X. 2. Mendeskripsikan pelaksanaan implementasi penggunaan media puzzle dalam pembelajaran matematika di TK Islam X. 3. Mendeskripsikan penilaian implementasi penggunaan media puzzle dalam pembelajaran matematika di TK Islam X. 4. Mengungkap kendala yang dihadapi guru TK Islam X pada implementasi penggunaan media puzzle dalam pembelajaran matematika. D. Manfaat Penelitian Secara rinci manfaat penelitian ini dipaparkan sebagai berikut : 1. Bagi para guru Taman Kanak-kanak tempat dilangsungkannya penelitian untuk menjadi bahan pertimbangan dalam menggunaan media pembelajaran yang dapat digunakan di Taman Kanak-kanak khususnya dalam pembelajaran matematika anak usia 4-6 tahun. 2. Bagi pihak Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) khususnya pada program Pendidikan Anak Usia Dini (PGAUD) sebagai rujukan dalam penggunaan media pembelajaran yang efektif dalam dunia pendidikan Anak Usia Dini. E. Definisi Operasional 1. Media Puzzle adalah media pembelajaran matematika yang berupa kepingan yang di dalamnya terdapat teka-teki yang harus anak selesaikan. 2. Pembelajaran matematika di taman kanak-kanak merupakan sarana yang dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan berfikir anak, untuk mengembangkan berbagai potensi intelektual yang dimilikinya, serta dapat dijadikan sebagai sarana untuk menumbuhkan berbagai sikap dan perilaku positif dalam rangka meletakan dasar-dasar kepribadian sedini mungkin (Sriningsih, 2008). F. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Metode deskriptif merupakan bagian dari penelitian kualitatif. Adapun tujuan dari penelitian kualitatif sendiri adalah untuk memberikan gambaran secara sistematis dan akurat dari fenomena-fenomena yang ada, atau hubungan-hubungan antara fenomena yang diteliti apa adanya tanpa perlakuan-perlakuan khusus. Berkaitan dengan hal tersebut, alasan peneliti menggunakan metode deskriptif ini adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai implementasi penggunaan media puzzle dalm pembelajaran matematika di TK islam X secara mendalam, terperinci dan utuh. Dalam penelitian deskriptif ini, jenis data yang diambil adalah jenis data kualitatif, dimana data diambil dari pengamatan langsung oleh peneliti mengenai implementasi penggunaan media puzzle dalam pembelajaran matematika yang belangsung di TK Islam X seacara alamiah tanpa ada intervensi peneliti G. Subjek Penelitian Dalam penelitian derkriptif ini yang diambil sebagai subjek penelitian adalah pihak-pihak yang bertanggung jawab, benar-benar mengetahui, menguasai, dan banyak terlibat dalam kegiatan pembelajaran, yaitu : Guru kelompok A yang betanggung jawab langsung terhadap penmbelajaran di kelas meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran, serta anak kelompok A sebanyak 18 orang. H. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa alat pengumpulan data, yaitu : 1. Studi Pustaka Studi Pustaka dalam penelitian ini dilakukan peneliti untuk mengumpulkan data dari berbagai literature dengan tujuan mendapatkan teori dan konsep-konsep yang dapat dijadikan sebagai landasan pemikiran dalam penelitian. Pada penelitian ini peneliti mempelajari sejumlah buku referensi, laporan tugas akhir, skripsi, thesis, website yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti. 2. Wawancara Wawancara merupakan salah satu bentuk teknik pengumpulan data yang banyak digunakan dalam penelitian deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif (Syaodih, 2007 : 216). 3. Dokumentasi Dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan oleh peneliti untuk melihat data-data yang ada serta pendokumentasian hasil penelitian di lapangan. Dokumentasi yang dilakukan adalah hasil data yang dikumpulkan, foto-foto selama penelitian. 4. Observasi Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Penelitian ini menggunakan observasi sistematis yang dilakukan pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai instrument pengamatan (Arikunto, 2002 : 133). I. Sistematika Penulisan Laporan hasil penelitian ini ditulis dengan sistematika sebagai berikut : Bab I Pendahuluan Memaparkan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, definisi operasional, metode penelitian, subjek penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data dan sistematika penelitian Bab II Kajian Pustaka/Kerangka teoritis Merupakan kajian kepustakaan sebagai gambaran padat menyeluruh sekaligus petunjuk untuk penelitian ini. Bab III Metode Penelitian Memaparkan tentang metode penelitian yang akan dipakai, dalam bab ini dijelaskan pengumpulan data yang akan dilakukan di lapangan dan mengumpulkan dokumen yang mendukung. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Masalah Merupakan pokok bahasan implementasi penggunaan media puzzle dalam pembelajaran matematika. Bab V Kesimpulan dan rekomendasi Merupakan bab penutup dan kesimpulan akhir dari penelitian yang telah dilakukan, serta berisikan rekomendasi yang diharapkan dapat bermanfaat. |
| Posted: 03 Feb 2012 05:17 PM PST (KODE : PG-PAUD-0012) : SKRIPSI EFEKTIFITAS METODE BIL-HIKMAH DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA AL-QURAN PADA ANAK TAMAN KANAK-KANAK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah satu-satunya agama yang haq dan diridhoi Alloh SWT yang disampaikan melalui nabi Muhammad SAW kepada selumh umat manusia agar dijadikan sebagai jalan hidup hingga akhir zaman, sebagaimana Firman Alloh SWT yang tercantum dalam Al-Quran surat Ali Imron ayat 19 yang terjemahannya : Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam... (QS. Ali Imron : 19) Islam telah mengatur manusia mengenai bagaimana cara menjalani dan menjalankan hidup dan kehidupan yang baik dan benar agar kelak mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Islam secara terperinci telah menetapkan ketentuan-ketentuan sebagai tuntunan untuk membentuk generasi paripurna yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pembentukan generasi yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dapat dimulai dengan upaya memberikan pendidikan dan pengetahuan agama terhadap anak-anak sedini mungkin, karena anak-anak adalah cerminan dan cikal bakal generasi yang kelak akan menggantikan generasi saat ini. Umar bin Al Khatab ra. pernah berkata "Hari ini adalah penentu hari esok, pemuda bisa diibaratkan dengan hari ini (sekarang), merekalah penentu masa yang akan datang". Pentingnya pendidikan agama terhadap anak-anak juga diatur dalam peraturan pemerintah yang termaktub dalam fungsi dan tujuan pendidikan Indonesia berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) dalam Himpunan Perundang-undangan (2003; 7) : Untuk mengembangkan kemampuan dan pembentukan watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut diatas terutama dalam menjadikan manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia serta berbudi pekerti luhur, maka pendidikan harus dibarengi dan dibentengi dengan pendidikan agama. Ajaran atau petunjuk dalam agama Islam tehimpun dalam sebuah kitab yaitu Al-Quran. Alloh SWT telah menurunkan Al-Quran kepada seluruh umat manusia melalui nabi Muhammad SAW untuk dijadikan sebagai tuntunan dan pedoman hidup manusia agar dapat selamat dalam mengarungi kehidupannya di dunia dan di akhirat serta kelak termasuk ke dalam golongan orang-orang yang beruntung, sebagaimana tercantum dalam Al-Quran surat Al-A'raaf ayat 52 yang terjemahannya : Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan sebuah kitab (Al-Quran) kepada mereka yang Kami telah menjelaskannya atas dasar pengetahuan Kami, menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. (Q.S Al-A'raaf : 52). Serta tercantum dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh imam Bukhori, bahwa Rosululloh SAW telah bersabda : "Aku tinggalkan dua perkara sepeninggalku, barang siapa yang berpegang teguh pada keduanya, maka dia tidak akan tersesat selamanya, yaitu kitab Alloh dan sunnah rosul." Ayat serta hadits diatas menjelaskan bahwa salah satu pedoman yang harus dijadikan rujukan dan pegangan dalam mengarungi dan menjalankan kehidupan ini adalah Al-Quran yang harus dapat dibaca, difahami dan diamalkan. Seluruh manusia harus menjadikan Al-Quran sebagai acuan pokok dalam memutuskan dan menjalankan roda kehidupannya, karena dalam Al-Quran telah terkandung tuntunan yang sangat lengkap, aturan, perintah, larangan, kisah-kisah terdahulu yang harus dijadikan ibroh atau pelajaran serta kabar gembira dan balasan atas semua perbuatan melalui keindahan surga dan dahsyatnya siksaan neraka. Pemahaman tentang betapa pentingnya Al-Quran dijadikan sebagai pedoman hidup manusia ini harus ditanamkan sejak dini. Salah satu pendidikan agama yang sangat penting adalah bagaimana orang tua mengenalkan serta memahamkan putra putri mereka sejak dini dengan pedoman dan tuntunan hidup yang benar yang akan membawa kebahagiaan dan keselamatan didunia dan di akhirat. Apabila semenjak kecil anak-anak sudah dididik dan diajarkan agar menjadikan Al-Quran sebagai pedoman hidup, maka mereka akan terbiasa untuk mengukur langkah dan perbuatannya dengan aturan dan tuntunan yang terdapat dalam Al-Quran. Kandungan yang terdapat dalam Al-Quran akan menjadi pertimbangan benar dan salahnya perbuatan yang akan mereka lakukan, hingga akhirnya Al-Quran adalah cerminan dari amal perbuatannya. Pemahaman tentang pentingnya Al-Quran sebagai pedoman hidup tentulah merupakan buah dari proses panjang dari mengenal, mengerti dan memahami Al-Quran secara keseluruhan, yang tentunya semua itu diawali dengan proses membaca. Disinilah peran penting dari orang tua untuk mengajarkan putra putri mereka dalam membaca Al-Quran. Sebuah tantangan, tuntutan, tanggung jawab serta lahan ibadah yang tentunya akan berbuah manis bagi orang tua bila peran ini dapat dilaksanakan dengan baik dan benar. Diriwayatkan Abu Dawud dari Mu'adz bin Anas bahwa Nabi SAW bersabda : "Barang siapa membaca Al-Quran dan mengamalkan kandungan isinya, niscaya Allah pada hari kiamat akan mengenakan kepada kedua orang tuanya sebuah mahkota yang cahayanya lebih indah daripada cahaya matahari di rumah-rumah dunia. Maka apa pendapatmu tentang orang yang mengamalkan hal ini". Dalam rangka mengenalkan serta memahamkan anak-anak terhadap Al-Quran, maka langkah pertama adalah bagaimana orangtua atau para pendidik menemukan dan menggunakan metode yang benar, sesuai dengan perkembangan anak dan efektif dalam mengajarkan anak-anak membaca Al-Quran. Membaca adalah kunci ilmu, awal dari memahami, mengamalkan dan akhirnya mengajarkan Al-Quran. Sebagaimana hadits Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh imam ahmad yaitu; " Hak anak atas orang tuanya ada tiga, yaitu : Memilihkan nama yang baik ketika baru lahir, mengajarkan Al-Quran ketika mulai berfikir dan menikahkan ketika dewasa". Dalam mengajarkan Al-Quran, Ibnu Khaldun dan Ibnu Sina menjelaskan bahwa "Pendidikan Al-Quran sangat penting diberikan sejak usia dini, karena dengan pendidikan Al-Quran sejak dini, fitrah suci anak akan dapat dilestarikan dengan baik dan tertanam dalam kalbunya" (Syarifuddin; 2004 : 12) Berbagai metode dalam mengajarkan anak-anak membaca Al-Quran sejak usia dini yang telah dilaksanakan khususnya di sekolah-sekolah Islam ataupun umum di Indonesia diantaranya metode bahgdadiyah, metode shautiyah, metode kalimah, metode Al-Barqi, metode Iqro dan metode Bil-Hikmah. Salah satu metode yang masih jarang digunakan bahkan masih banyak yang sama sekali tidak mengetahui metode ini akan dijadikan sebagai referensi oleh penulis dalam tulisan ini, Insya Alloh dapat dijadikan sebagai alternatif metoda dalam mengajarkan anak-anak membaca Al-Quran melalui cara serta perangkat yang berbeda, lebih aktif dan inovatif yang sesuai dengan perkembangan anak, yaitu metode Bil-Hikmah. TK X telah menggunakan salah satu metode tersebut diatas dalam mengajarkan membaca Al-quran, namun belum mampu secara efektif meningkatkan kemampuan membaca Al-Quran pada anak usia dini. Ketidakefektifan ini dapat dilihat dari evaluasi hasil pembelajaran selama satu semester. Oleh karena itu peneliti berupaya menggunakan metode Bil-Hikmah dengan tujuan mengetahui tingkat efektifitas metode Bil-Hikmah dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Quran pada anak-anak TK X. Berdasarkan permasalahan di atas maka penelitian ini berorientasi pada upaya menguji efektifitas metode Bil-Hikmah dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Quran pada anak Taman Kanak- kanak di TK X". B. Rumusan Masalah Berkenaan dengan latar belakang masalah diatas, maka secara umum penelitian ini memfokuskan kepada masalah tentang "Bagaimana efektifitas metode Bil-Hikmah dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Quran pada anak Taman Kanak-kanak di TK X. " Adapun rumusan masalah secara khusus, diantaranya yaitu : 1. Bagaimana kondisi awal kemampuan anak-anak TK X dalam membaca Al-Quran sebelum diberikan metoda Bil-Hikmah? 2. Bagaimana kondisi akhir kemampuan anak-anak TK X dalam membaca Al-Quran setelah diberikan metoda Bil-Hikmah ? 3. Apakah penggunaan metode Bil-Hikmah dapat meningkatkan kemampuan anak-anak TK X dalam membaca Al-Quran secara signifikan ? C. Tujuan Penelitian Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas metode Bil-Hikmah dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Quran pada anak Taman Kanak-kanak di TK X. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui kondisi awal kemampuan anak-anak TK X dalam membaca al-Quran sebelum diberikan metode Bil Hikmah. 2. Mengetahui kondisi kemampuan anak-anak TK X dalam membaca Al-Quran sesudah diberikan metode Bil-Hikmah. 3. Mengetahui efektivitas metode Bil-Hikmah dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Quran pada anak-anak TK X. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang akan diperoleh dari hasil penelitian adalah : 1. Secara Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang peningkatan kemampuan membaca Al-Quran anak usia Taman Kanak Kanak melalui metode Bil-Hikmah. 2. Secara Praktis a. Bagi anak Taman Kanak-kanak Memberikan pengalaman dan wawasan pribadi dalam mengembangkan program pembelajaran khususnya tentang membaca Al-Quran melalui metode Bil-Hikmah. b. Bagi Guru Sebagai bahan pertimbangan bagi guru dalam memilih metode pengajaran membaca Al-Quran untuk meningkatkan kemampuan membaca Al-Quran pada anak Taman Kanak-kanak. c. Bagi Lembaga Taman Kanak-kanak Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif kepada lembaga penyelenggaraan pendidikan khususnya TK X dalam rangka peningkatan kemampuan membaca Al-Quran pada anak TK. d. Bagi peneliti selanjutnya Dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut bagi peneliti selanjutnya mengenai hal yang sama secara lebih mendalam E. Asumsi Penelitian Asumsi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. " Hak anak atas orang tuanya ada tiga, yaitu : Memilihkan nama yang baik ketika baru lahir, mengajarkan Al-Quran ketika mulai berfikir dan menikahkan ketika dewasa". (H. R. Ahmad) 2. Diriwayatkan dari 'Aisyah r.a, dia berkata : Rosululloh SAW bersabda : Orang yang mahir dalam membaca Al-Quran kelak akan bersama golongan yang amat mulia lagi banyak berbakti, sedangkan orang yang gagap dalam membacanya dan (membaca Al-Quran) itu merupakan hal yang sulit baginya, baginya dua pahala. (H. R Muslim) 3. Pendidikan Al-Quran sangat penting diajarkan pada anak sejak usia dini, karena dengan pendidikan Al-Quran fitrah suci anak dapat dilestarikan dengan baik dan tertanam dalam kalbunya. (Syarifuddin; 2004 : 12) 4. Penerapan metode Bil-Hikmah dapat membantu meningkatkan kemampuan membaca Al-Quran pada anak usia Taman Kanak kanak. (Yahya; 1997) F. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode quasi eksperimen, dimana metode ini merupakan pengembangan dari true experimental design, adapun desain yang digunakan adalah nonequivaalent control group design dimana pada desain ini kelompok ekspeimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random. Desain penelitian ini memilih satu kelompok anak yang selanjutnya dari satu kelompok tersebut setengah diberi metode Bil-hikmah dan yang setengah lagi tidak. Metode ini dipilih untuk melihat efektifitas metode Bil-Hikmah dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Quran pada anak TK. |
| You are subscribed to email updates from gudang makalah, skripsi dan tesis To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
| Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 | |








0 komentar:
Post a Comment